Saat ini media sosial menjadi sebuah kebutuhan utama yang harus dipenuhi. Apalagi semenjak adanya pandemi covid-19 ini penggunaan media sosial terus meningkat. Berdasarkan laporan we are social yang dikutip dari dataindonesia.id jumlah penggunaan aktif media sosial Indonesia di awal tahun tahun 2022 mencapai 191 juta. Dari data tersebut, di tahun 2022 mengalami peningkatan pengguna sebanyak 12,35% dibanding tahun 2021 lalu sebesar 170 juta. Dari data ini sudah terlihat jelas bahwa media sosial mengambil andil yang besar dalam proses komunikasi di Indonesia.

Dengan adanya pandemi Covid-19 proses komunikasi secara langsung di Indonesia mengalami hambatan yang cukup besar. Orang-orang melakukan proses komunikasi lebih banyak melalui media sosial. Dengan adanya pandemi ini seakan-akan mempercepat adanya proses digitalisasi di sektor komunikasi. Meski kegiatan komunikasi melalui media sosial terasa lebih ideal karena informasi yang didapatkan lebih luas dan instant. Namun tidak jarang orang menjadi ketergantungan dan malah menyebabkan stres berat karena tidak menggunakan media sosial.

Sebenarnya proses komunikasi secara digital ini memiliki dampak yang baik maupun dampak buruk. Seperti yang sudah dijelaskan, informasi yang kita dapatkan melalui media sosial sangat cepat dan instant. belum lagi, melalui media sosial kita dapat memperoleh informasi dari negara atau bahkan dari belahan dunia yang lain tanpa adanya hambatan ruang dan waktu. Kita dapat mengonsumsi konten-konten yang ada di media sosial tanpa harus melihat dan datang secara langsung. Contohnya, kita dapat melihat konser atau menonton sepak bola melalui handphone tanpa harus jauh-jauh pergi ke tempat tersebut. Lalu banyak orang yang sukses di masa pandemi karena peran media sosial. Jika kita mampu membaca setiap kesempatan dengan baik dan menggunakan sosial media dengan bijak, media sosial dapat berdampak positif bagi diri kita sendiri. Media sosial juga dapat menjadi sarana untuk menyalurkan bakat kita contohnya banyak pelukis, penyanyi, atau mungkin artis film yang sukses menggunakan media sosial sebagai sarana promosi hasil karyanya.

Selain memiliki dampak yang baik, proses digitalisasi ini juga memberikan dampak yang buruk. Kebiasaan kita untuk terbiasa berkomunikasi melalui media sosial membuat kita malas untuk melakukan kontak secara langsung. Orang-orang sering merasa malu saat berhadapan dengan orang lain dan lebih nyaman untuk mengetik di dalam rumah. Memang selama pandemi ini ruang sosial kita dibatasi dan dipaksa untuk menetap di dalam rumah. Namun, jika dilanjutkan terus-terusan seperti ini dikhawatirkan orang-orang akan mengalami penurunan kehidupan sosial. Karena terbatasnya rasa empati dan budaya tata krama yang kita dapatkan melalui proses komunikasi secara langsung.

Selain itu, media sosial sekarang memiliki konten yang sangat beragam. Orang-orang dapat mengonsumsi konten tersebut secara bebas tanpa adanya batasan umur dan budaya. Banyak Anak-anak di bawah umur yang mengonsumsi konten secara instan tanpa mengerti dan memahami isi dari konten tersebut. Hal tersebut ditakutkan membuat anak di zaman sekarang mengalami krisis budaya dan tidak lagi relevan dengan budaya di Indonesia. Belum lagi, remaja-remaja yang suka mengikuti trend dari luar negeri yang sebenarnya tidak bermanfaat dan tidak eduaktif. Mereka malah kehilangan arah dan condong dengan budaya luar.  Selain itu, budaya-budaya slang, budaya latah atau ikut-ikutan, terbiasa dengan hal-hal instan, dan mudahnya tergiring opini merupakan hal-hal buruk lainnya dari media sosial.

Media sosial juga menjadi sebuah identitas virtual kita, tidak jarang orang sering mengupload keseharian mereka bahkan berdiskusi mengenai pengalaman mereka dengan pengikutnya. Beberapa orang bertujuan untuk mempromosikan dirinya namun ada juga yang sengaja untuk menyombongkan status sosial mereka. Hal tersebut tentu membuat adanya kecemburuan sosial yang mempengarui emosi mereka. Banyak influencer yang mengalami depresi karena adanya terror dari haters mereka mengenai perilaku mereka di media sosial. Karena itu bijak dalam media sosial itu diperlukan agar kita menerima dampak negatif tersebut.

Digitalisasi komunikasi yang dipercepat oleh pandemi ini tentu merupakan sebuah lingkungan baru yang perlu untuk diperhatikan. Jika kita mampu menguasai dan mengontrol media sosial dengan baik tentu berdampak positif untuk kita. Namun sebaliknya jika media sosial yang lebih menguasai, kita akan menjadi budak dari media sosial. Bijaksana dan cerdas menggunakan setiap Media sosial, jangan mudah tergiring opini atau pemikiran lainnya, mencintai budaya sendiri bukan budaya luar, tidak berlebihan menggunakan medsos apalagi sampai ketergantungan adalah hal-hal yang harus kita ingat agar tidak terbawa arus digitalisasi.

 

Referensi :