Pada tahun 2018, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) memaparkan ada sekitar 19 juta penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun yang mengidap gangguan mental emosional dan lebih 12 juta penduduk yang berusia di atas 15 tahun mengidap gangguan depresi. Dr.Celestinus Eigya Munthe, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza berpendapat untuk saat ini Indonesia memiliki tantangan gangguan jiwa yang tinggi karena 20% dari 250 juta jiwa memiliki potensi untuk mengalami masalah dalam kesehatan jiwa (drg. Widyawati, 2021).

Gangguan mental tidak terjadi begitu saja, ada beberapa faktor yang memengaruhi diri kita dalam kesehatan mental, salah satunya adalah komunikasi interpersonal. komunikasi dengan keluarga, teman, rekan kerja, atasan dapat memengaruhi diri seseorang dalam berpikir dan bertindak. Sebelum kita membahas lebih jauh, mari kita mengenal apa itu komunikasi, komunikasi interpersonal, dan mental health.

Apa Itu Komunikasi?

Komunikasi adalah aktivitas atau kegiatan interaksi untuk bertukar pesan baik antar individu, individu dan kelompok, kelompok dengan kelompok. Seller menggambarkan komunikasi sebagai simbol verbal dan nonverbal yang dikirim dan diterima serta diberi arti. (Aziz, 2017)

Forsdale menjelaskan bahwa “Communication is the process by the which a system is estabilished, maintained, and altered by means of shared signals thet operate according to rules.”(Aziz, 2017). Donald Byker dan Loren J. Anderson berpendapat dalam Mulyana (2000) bahwa komunikasi adalah “manusia membagi informasi antara dua orang atau lebih”(Ramli Mokodompit Frankyramli, 2013).Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, komunikasi adalah proses bertukar pesan antar pemberi dan penerima pesan.

Apa Itu Komunikasi Interpersonal?

Effendy (1986) berpendapat bahwa, pada kenyataannya komunikasi antar pribadi adalah “komunikasi antar seorang komunikator dengan seorang komunikan” (Manara 2012). Selain itu menurut Dean C. Barnlund (1968) “komunikasi antar pribadi selalu dihubungkan dengan pertemuan antar dua, tiga, atau mungkin empat orang yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur”. (Rosmalina et al., 2018).

Dalam Depari (1988) Rogers menjelaskan “komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara pribadi. Menurut Tan (1981) “komunikasi antarpribadi adalah komunikasi tatap muka antara dua orang atau lebih (Mulyana 2008) (Rosmalina et al., 2018).

Apa Itu Mental Health?

Kesehatan mental didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk memiliki kesejahteraan, kemampuan untuk mewujudkan potensi diri, kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal dalam berbagai situasi kehidupan, dan kemampuan untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta dapat berkontribusi terhadap komunitasnya (Yuliandari et al., 2018).

WHO membagikan pengertian kesehatan mental sebagai “A state of well-being in which the individual realizes his or her own abilities, can cope with normal stresses of life, can work productively and fruitfully, and is able to make a contribution to his or her community“ (WHO, 2001).  (Yuliandari et al., 2018).

Bagaimana pengaruh komunikasi interpersonal terhadap kesehatan mental saat ini?

Komunikasi interpersonal cukup berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang. Pasalnya komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh seseorang bisa memengaruhi cara orang berpikir dan menerima pesan yang disampaikan oleh orang lain. Sebagai contoh peran orang tua dalam komunikasi dengan sang anak membuat anak tersebut menerima dan merasakan apa yang telah orang tua nya sampaikan, sehingga tindakan yang anak tersebut lakukan merupakan pengaruh dari komunikasi dirinya dengan orang tuanya.

Tidak hanya itu, lingkungan pertemanan, lingkungan kerja dan tempat-tempat dimana komunikasi interpersonal dapat terjadi juga memungkinkan untuk memengaruhi kesehatan mental seseorang. Jika seseorang berada di lingkungan yang positif dan supportif, maka kesehatan mental mereka akan cenderung mengarah ke mental yang sehat dibandingkan sebaliknya. Seperti contoh bullying yang terjadi diantara para pelajar, biasanya korban bullying akan stress dan merasa takut. Ketika korban tidak memiliki seseorang untuk diajak berkomunikasi, pikiran mereka akan penuh dengan pertanyaan-pertanyaan dan rasa gelisah dari kejadian-kejadian yang menimpa mereka. Mereka cenderung akan merasa depresi dan paling buruknya, mereka menyakiti diri mereka sendiri.

Pada saat ini sudah banyak dokter – dokter spesialis kejiwaan yang menggunakan komunikasi sebagai teknik pengobatan. Dokter – dokter ini merawat pasiennya pun tidak hanya dengan mendiagnosa dan memberikan obat, tetapi juga melakukan komunikasi  dan memberikan konseling kepada pasien-pasien mereka. Hadirnya psikolog dan psikiater membantu pasien mereka untuk merasa lebih terbuka, terlebih lagi bagi mereka yang merasa tidak punya teman atau tempat untuk meluapkan isi pikiran mereka.

REFERENSI

Aziz, A. (n.d.). KOMUNIKASI PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM.

drg. Widyawati, M. (2021, October 7). Kemenkes Beberkan Masalah Permasalahan Kesehatan Jiwa di Indonesia – Sehat Negeriku. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20211007/1338675/kemenkes-beberkan-masalah-permasalahan-kesehatan-jiwa-di-indonesia/

Ramli Mokodompit Frankyramli, F. (n.d.). PENGARUH KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP EFEKTIVITAS KINERJA PADA PT.RADIO MEMORA ANOA INDAH.

Rosmalina, A., Dan, B., Islam, K., Adab, U., & Dakwah, D. (2018). Peran Komunikasi Interpersonal Dalam Mewujudkan Kesehatan Mental Seseorang. In Asriyanti Rosmalina _____________________________________ Prophetic (Vol. 1, Issue 1).

Yuliandari, E., Pengertian, A., & Mental, K. (2018). Kesehatan Mental Anak dan Remaja.