Menurut hasil pencarian di Kamus Besar Bahasa Indonesia daring (KBBI daring) (2016), arti dari kata ‘komunikasi’ adalah proses penyampaian dan penerimaan sebuah pesan dan proses tersebut dapat dilakukan oleh dua pihak atau lebih. Proses komunikasi merupakan sebuah kegiatan atau aktivitas dimana semua pihak terlibat harus ikut serta (Pearson, Nelson, Titsworth, & Harter, 2010). Menurut Dr Suriati dan rekan-rekannya (2022), komunikasi memiliki beberapa tujuan yakni, sebagai bentuk pembelajaran informasi, alat introspeksi diri, sarana membangun dan menjaga hubungan dengan orang lain, bentuk hiburan, dan yang terakhir adalah untuk mempengaruhi atau mempersuasi. Dari pengetahuan tersebut, komunikasi bisa didefinisikan sebagai proses petukaran informasi yang dilakukan untuk pembelajaran, menjalin hubungan, menghibur, dan sebagai alat persuasi.

Proses komunikasi hanya bisa berjalan dengan adanya dua atau lebih pihak agar informasi bisa mengalir. Seperti yang dikatakan oleh Gischa (2022), manusia merupakan makhluk sosial, maka mereka tidak bisa memenuhkan keperluannya sendiri dan membutuhkan dukungan dari manusia lain. Itu bisa diaplikasikan ke komunikasi. Manusia saling membutuhkan untuk menjalankan dan memlihara proses komunikasi.

Menurut Dr. Rani (2016), ada lima (5) jenis penghambat komunikasi. Penghambat tersebut adalah sikap, perilaku, budaya, bahasa, dan lingkungan. Artikel ini akan membahas lima penghambat komunikasi tersebut. Proses komunikasi seringkali dapat menghadapi beberapa tantangan yang menghambat proses untuk mengalir dengan baik. Jika komunikasi terhambat, informasi tidak dapat disampaikan dan proses komunikasi tidak berjalan dengan efektif.

Untuk melaksanakan komunikasi yang efektif, mengetahui dan memahami faktor-faktor yang berpotensi mengganggu proses komunikasi itu sangatlah krusial. Itulah sebabnya di bagian ini akan menjelajah lebih dalam dan membahas setiap faktor secara detil. Berikut merupakan lima hambatan yang dapat menggangu proses berkomunikasi menurut Dr. Rani (2016):

  1. Sikap dalam berkomunikasi

Dr. Rani (2016) mengatakan bahwa salah satu faktor umum yang menyebabkan komunikasi tidak bisa berjalan adalah sikap dan nilai yang berbeda. Menurut Oxford Research Encyclopedia of Psychology atau OREP (Hanel, Foad, & Maio, 2021), sikap atau attitude merupakan pandangan dan pendapat seseorang terhadap suatu hal atau topik. Lalu OREP (2021)mengatakan bahwa nilai (value) adalah prinsip atau standar tentang hal yang dianggap baik dan buruk oleh seseorang. Sikap dan nilai merupakan suatu hal yang digunakan oleh orang dalam kehidupan sehari-hari, termasuk berkomunikasi. Sikap seorang komunikator juga dapat menentukan keberhasilan komunikasi yang dijalankan (Wulandari & Rahmi, 2018). Jika ada perbedaan sikap dan nilai, ada kemungkinan besar proses komunikasi bisa mengalami pertentangan akibat dari perbedaan tersebut. Perselisihan pendapat dapat menjadi hambatan yang sulit untuk dilewati, namun jika sikap para komunikator terbuka, hambatan tersebut dapat dilewati dan proses komunikasi dapat dilanjutkan.

  1. Perilaku dalam berkomunikasi

Menurut Dr. Rani (2016) tindakan seperti generalisasi atau stereotip orang lain dapat menciptakan penghalang komunikasi efektif. KBBI (2016) mengartikan kata ‘generalisasi’ sebagai tindakan membuat kesimpulan umum terhadap suatu hal atau kejadian, lalu mengaplikasikan kesimpulan tersebut ke hal atau kejadian lain. Definisi ‘stereotip’ menurut KBBI (2016) adalah memandang suatu kelompok dengan prasangka yang tidak akurat dan bias. Melakukan salah satu dari tindakan tersebut dalam berkomunikasi dapat menghambat prosesnya karena pihak lain yang terlibat dapat merasa tersinggung atau terganggu.

  1. Budaya

Masing-masing orang dan kelompok memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Keanekaragaman budaya dapat ditemukan di Indonesia serta dalam skala internasional, masing-masing budaya memiliki adat, nilai, dan tradisi yang berbeda. Perbedaan tersebut menjadi faktor yang rentan memicu hambatan komunikasi. Pearson dan rekan-rekannya (2010) mengatakan bahwa etnosentrisme, stereotip, dan prasangka buruk dapat mengganggu proses komunikasi. Etnosentrisme merupakan pandangan bahwa budaya pribadi memiliki nilai atau derajat yang lebih tinggi dibandingkan yang lain (Pearson, Nelson, Titsworth, & Harter, 2010). Prasangka buruk atau prejudice adalah memiliki pandangan yang buruk atau negatif terhadap budaya lain (Pearson, Nelson, Titsworth, & Harter, 2010).

  1. Bahasa

Selain variasi budaya, ada juga banyak bahasa yang digunakan di dunia. Perbedaan bahasa dapat menjadi penyebab komunikasi tidak bisa berjalan. Jika pihak-pihak yang sedang berkomunikasi tidak bisa menggunakan bahasa yang sama, maka mereka tidak bisa saling mengerti dan menyampaikan informasinya. Contohnya, ada orang Jerman berbicara dengan orang Indonesia yang ingin berbicara. Kedua pihak tidak bisa menggunakan lain kecuali bahasa ibunya, maka mereka tidak bisa melakukan proses komunikasi karena tidak saling mengerti.

  1. Lingkungan

Penghambat komunikasi yang terakhir adalah lingkungan komunikasi. Dr Rani (2016) mengatakan bahwa tidak semua penghambat komunikasi disebabkan oleh orang, terkadang lingkungan dimana proses komunikasi dilakukan dapat menjadi penghalang. Lokasi dimana para komunikator berada dapat mempengaruhi prosesnya, seperti melalui media digital. Jika pembicaraan dilakukan secara langsung (tatap muka) informasi bisa mengalir dengan lancar. Namun jika pembicaraan dilaksanakan melalui media digital seperti telpon, faktor seperti sinyal, jaringan, atau kendala teknis dapat menghambat pembicaraanya.

Dari pembahasan mengenai jenis-jenis penghambat komunikasi, dapat dilihat bahwa potensi proses komunikasi terganggu dapat datang dari berbagai sumber. Hambatan komunikasi yang disebabkan oleh manusia sendiri meliputi sikap, perilaku, budaya , dan bahasa. Sedangkan hambatan komunikasi yang disebabkan oleh faktor eksternal adalah lingkungan. Sebagai makhluk sosial yang perlu berkomunikasi untuk kepentingan diri sendiri dan sesama, kita harus sadar dan peka terhadap hal yang dapat menggangu proses interaksi dengan orang lain. Penghambat yang disebut di atas penting untuk dipelajari agar dapat diidentifikasi, dicegah serta memahami penanganan situasi jika salah satu atau lebih hambatan muncul dalam proses berkomunikasi.

Referensi

Dr. Suriati, S. M., Dr. Samsinar S, M., & A. Nur Aisyah Rusnali, S. M. (2022). Pengantar Ilmu Komunikasi. Akademia Pustaka.

Generalisasi. (2016). KBBI Daring. Retrieved from https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/generalisasi

Gischa, S. (2022, Agustus 3). Manusia sebagai Makhluk Sosial. Retrieved from Kompas.com: https://www.kompas.com/skola/read/2022/08/03/143000069/manusia-sebagai-makhluk-sosial?page=all

Hanel, P. H., Foad, C., & Maio, G. R. (2021). Attitudes and Values. Oxford Research Encyclopedia of Psychology.

Komunikasi. (2016). KBBI Daring. Retrieved from https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/komunikasi

Pearson, J. C., Nelson, P. E., Titsworth, S., & Harter, L. (2010). Human Communication (Fourth edition). New York: McGraw-Hill.

Rani, D. K. (2016). Communication Barriers. Journal of English Language and Literature (JOELL), 74-76.

Stereotip. (2016). KBBI Daring. Retrieved from https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/stereotip

Wulandari, R., & Rahmi, A. (2018). Relasi Interpersonal Dalam Psikologi Komunikasi. Islamic Comunication Journal Volume 3, Nomor 1, 56-73.