Keluargaimerupakan kelompok sosialiterkecil yang dipimpin oleh kepalaikeluarga danisejumlah anggota yang tinggal bersama di dalam satu rumah. Suatu keluargaiterbentuk akibat pernikahaniyang dimana merupakaniperwujudan resmiidari sebuah pasangan sebelum memutuskan untuk hidup bersama (Pranata, Lestari, & Pamungkas, 2016). Keluarga menjadi penopang komunikasi internal anak dalam tumbuh berkembangnya anak mulai dari bayi hingga dewasa. Seorangianak tumbuh menjadiianak yang baikidan buruk tergantung dengan kondisi atau keadaan keluarga. Mempunyai keluargaiyang utuhidan harmonisimenjadi keinginanisetiap anak, namun ada beberapa anak yang tumbuh dan berkembang harusimerasakanipahitnya keluargaiyang kurang harmonis dan tidak utuh.

Keegoisan kedua orang tua, menjadi suatu hal yang berdampak buruk bagi anak. Ketika anak membutuhkan kasih sayang dari mereka, mereka lupa dengan tanggung jawab itu. Sehingga, anak kurang mendapatkan kasih sayang dan nasihat-nasihat dalam menjalani kehidupan di luar sana. Akibat dari keegoisan kedua orang tua tersebut mengakibatkan kasus broken home. Broken home sendiri merupakan perkawinan yang buruk antara kedua orang tua dan tidak mencariipenyelesaian masalahiyang dapat memuaskanikedua belah pihak. Brokenihome pada umumnyaidi sebabkan olehibeberapa faktoriseperti masalah ekonomi, masalah kesibukan, masalahipendidikan, perselingkuhan, perang dingin, dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) (Farhan, 2021).

Adanya kasus broken home, hal yang harus dilakukan adalah komunikasi interpersonaliantara anakidan orang tua. Komunikasi interpersonal adalah proses di mana orang berkomunikasi satu sama lain dan berbagi ide atau pendapat. Satu pengaturan untuk komunikasi di mana setiap orang secara langsung mengekspresikan sentimen, pikiran, emosi, dan informasi lainnya kepada yang lain.

Komunikasi interpersonal merupakan jalan yang tepat dalam menangani kasus broken home yangiterjadi antara anakidan orangitua. Ketikaiadanya perceraianidalam keluarga, baik ayah maupun ibu secara pribadi kepada anak dalam perihal kehidupannya mendatang. Komunikasiiorang tua danianak sangat pentingibagi orang tuaidalam mengontrol, memantauidan mendukungianak dalam berbagaiihal mulai dariikehidupanisehari-hari hinggaidalamimenggapaiicita-cita. Adanya komunikasi interpersonal, dapat membuat anak menjadi merasa nyaman dan anak tersebut tidak kehilangan kasih sayang, meskipun kedua orang tua mereka pisah (Maulana, 2019).

Komunikasi interpersonal memilikiibeberapa tujuan, antarailain sebagai berikut: (1) keterbukaan, Interaksi dengan orang lain akan mengurangi kesepian. Orang-orang berusaha untuk membatasi interaksi sosial mereka dalam upaya untuk mengurangi perasaan kesepian mereka.  (2) Mendapatkan rangsangan, manusia membutuhkan stimulasi atau kemampuan untuk memperoleh stimulasi. (3) belajar tentang diri sendiri, memahamiidiri kitaisendiri melaluiiinteraksi denganiorang lain. Apa yangikita yakini dan pikirkanitentang diriikita sendiri memiliki dampak besar pada bagaimana kita melihat diri kita sendiri. (4) Memaksimalkan kesenangan, Mencoba membangun hubungan dengan orang-orang untuk meningkatkan tingkat kesenangan kita adalah alasanipaling sering untukiberada dalamisuatu hubungan. Kitaiharus berkomunikasi denganiorang lainitentang bagaimana perasaan kita tentang nasib (Nurseha, Fitri, & Kiani, 2022).

Semakin banyak dan maraknya kasus broken home. Beberapa kasus mungkin disebabkan karena pandangan hidup yang berbeda, perselingkuhan, atau faktor-faktor yang disebabkan oleh masalah suatu pihakibaik di dalam maupunidi luar hubungan. Kasus broken homeisama denganikasus sosial lainnyaiyakni inti permasalahannyaiadalah komunikasi yang baikiantar keluarga, terutamaiantara ayah dan ibu, karenaimereka berdua merupakaniorang yangipenting dalam mengaturikehidupan di dalam rumah, danimemburuknya komunikasi antaraisuami dan istri biasanyaimenjadi pemicu utama dalamikasus ini, sehingga adanya salingipercaya, dan kejujuraniantara dua orang ituisangat penting dalamimenjaga keharmonisanidan kenyamanan diidalam keluarga.

Dalam kasus ini anak juga bisa kehilangan identitas sosialnya. Anak tersebut menjadi seseorang yang memiliki rasa emosional atau sakit hati yang berlebihan, sehingga anak itu merasa bahwa tidak ada yang menyayangi dia, hal ini disebut broken heart. Kasus broken heart anak dikarenakan krisisikasih sayang danibiasanya bersifatikeanehan seksualiseperti seksibebas, (Sari, 2021). Selain broken heart, muncul pula broken relation. Anak merasa tidak dihargai, dan tidak adanya orang yang dapat dia percaya untuk berkeluh kesah. Anak dengan kasus seperti ini biasanya memiliki sifat yang masa bodoh terhadap orang lain dan terkesan acuh dengan nasihat orang lain. Anak juga tidak memiliki nilai kehidupan, hal ini dinamakan broken values. Kecenderungan seperti ini tidak bisa membedakan bahwa mana yang baik dan benar, seperti jika dia pergi ke diskotik dan itu merasa menyenangkan, maka dia akan melakukan itu secara terus menerus. Pada kenyataannya hal yang dilakukaniadalah hal yangisalah danidapat merugikanidiri dia sendiri (Fauzi, 2020).

Dari penjelasan di atas, maka dapat dilihat bahwa dampak anak broken home ada 3 hal, yakni broken heart, broken relation, dan broken values. Hal ini bisa diatasi jika anak tersebut mendapatkan kasih sayang serta dukungan. Anak merupakan karunia yang diberikan Tuhan untuk kedua orang tua. Orang tua seharusnya selalu berada di samping anak dalam tumbuh kembangnya. Meskipun sudah berpisah, kasih sayang dari orang tua haruslah selalu terjaga. Agar anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.

Daftar Pustaka

Pranata, J., Lestari, M. T., & Pamungkas, I. N. (2016). Komunikasi Interpersonal Anak Broken Home Akibat Pernikahan Ulang Dalam Keluarga. e-Proceeding of Management.

Farhan, A. (2021). Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dengan Anak Broken Home. Studi Pada Perumahan Villa Permata Sungga atau Gg langgar.

Maulana, M. R. (2019). Komunikasi Interpersonal Anak Dengan Orang Tua Tiri. Studi Kasus Mahasiswa Broken Home Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2015 Faktultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Nurseha, L. I., Fitri, L. A., & Kiani, M. P. (2022). Pengalaman Komunikasi Interpersonal Remaja Pada Keluarga Broken Home. Journal Of Digital Communication and Design (JDCODE).

Sari, S. P. (2021). Pola Komunikasi Antarpribadi Anak dan Orangtua. Studi Kasus Keluarga Broken Home Di Masyarakat Desa Penggalangan Kecamatan Tebing Syahbandar .

Fauzi, R. (2020). Komunikasi Interpersonal Anak Broken Home Pasca Perceraian Orang Tua. Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam.