Pada awalnya mungkin bagi sebagian orang untuk berkegiatan dirumah itu suatu hal yang menyenangkan. Tidak perlu untuk bangun pagi dan bergegas ke sekolah atau kantor, tidak lelah-lelah untuk menjalani kegiatan yang waktunya hampir seharian itu. Termasuk saya pribadi yang mengira bahwasannya pengumuman libur 2 minggu pada awal pandemi  untuk seluruh masyrakat dan untuk berdiam diri dirumah itu sangatlah menyenangkan. Akan tetapi tidak ada yang berekspetasi bahwasannya banyak dampak buruk atau duka yang kita semua alami.

Berbagai persoalan yang terjadi di masa pandemi rasanya tak ada habisnya untuk kita telisik lebih jauh. Tak hanya kebocoran bansos atau kepadatan wisma atlit yang harus-nya menjadi sorotan media.

Kita juga perlu bergeser ke arah Pendidikan. Di saat pandemi seperti sekarang, dapat dilihat bahwa Pendidikan kita memiliki perubahan ke arah pendekatan teknologi yang menuntut semua pelajar untuk menguasai dunia internet dalam gadget.

Seperti yang kita tahu, Indonesia adalah bangsa yang luasnya membentang dari sabang hingga Merauke. Dengan hampir setengah dari jutaan populasinya merupakan peserta didik yang masih aktif menempuh Pendidikan.

Disamping itu, perbedaan demografis dan sosial menjadi kendala yang cukup serius untuk keberlangsungan proses Pendidikan di Indonesia selama pandemi Covid-19. Lantas bagaimana keterbelakangan demografis ini dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa?

Coba kita menengok ke salah satu sekolah swasta di daerah perbatasan terpencil di daerah Jawa Tengah. Sejumlah hambatan yang harus mereka alami antara lain adalah fasilitas multimedia bagi tenaga pengajar dan para siswa. Sarana komunikasi siswa yang belum memadai, dikarenakan orang tua siswa mayoritasnya bekerja sebagai petani, sehingga kepemilikan ponsel tidak 100 persen dipegang oleh para siswa-siswi. Hambatan lain adalah medan geografis sekolah dan letak rumah siswa di daerah perbukitan, menyebabkan minimnya resepsi sinyal internet dan ponsel.

Jika hal ini berlangsung terlalu lama, para siswa akan mengalami penurunan akan motivasi belajar dan mengurangi tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa. Tentu ini merupakan mimpi buruk untuk negara kita Indonesia jikalau generasinya memiliki kualitas pendidikan yang kurang.