Kebijakan oleh Presiden Jokowi atas larangan ekspor batu bara dan pencabutan 2.078 izin usaha tambang menuai pro dan kontra saat ini. Salah satunya kontra dalam bidang usaha otomotif berbahan listrik.

Pro dan Kontra Terhadap Batu Bara dan Keputusan Joe Biden

Batu bara digunakan untuk pembuatan listrik, lalu bagaimana cara pemerintah membagi pemanfaatan batu bara untuk listrik yang ada di Indonesia jika larangan ekspor batu bara mempengaruhi hubungan dengan negara sahabat seperti China, India, Jepang, dan Korea Selatan?

Maraknya mobil listrik beberapa tahun ini seakan memberikan era baru dalam dunia otomotif di Indonesia. Amerika Serikat mendukung kebijakan penggunaan mobil listrik sebagai langkah menuju netralitas karbon dan mendukung kendaraan tanpa emisi pada tahun 2035 seperti yang dikatakan oleh Joe Biden. Pernyataan tersebut terbukti saat Amerika membeli 60.000 unit mobil listrik sebagai transportasi yang digunakan oleh para anggota parlemen. Pemerintah Amerika Serikat juga membangun 500 stasiun pengisi daya mobil listrik di berbagai daerah.

Mobil Listrik di Indonesia, Bagaimana?

Jika Indonesia mengikuti jejak Amerika Serikat maka kebutuhan akan batu bara menjadi meningkat. Namun saat ini, pemerintah menghentikan ekspor ke negara lain untuk kepentingan pemasokan dalam negeri atau keperluan untuk pembangkit listrik.

“Keputusan batu bara untuk sustain pasokan listrik. Pilihan sulit apakah listrik RI mati dan kita eskpor batu bara, jadi ini pilihan policy ini akan dicoba dijaga secara hati-hati. Pasti ada pengorbanannya karena gak ada pilihan free. Pemerintah cari yang dampaknya seminimal mungkin bagi rakyat, namun distorsi juga kecil. Makanya, Domestic Market Obligation/DMO) diputuskan.” Ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN 2021, Senin (03/01/2022)

Namun bila Indonesia memfokuskan pasokan batu bara ke dalam negeri untuk kebutuhan listrik dalam jangka waktu yang panjang, maka Indonesia mampu menguasai industri mobil listrik secara global. Menurut pengamat ekonomi dari INDEF, Tauhid Ahmad, Indonesia memiliki bahan baku nikel komponen baterai listrik sehingga memiliki daya saing dalam pasar global. Jokowi juga menyampaikan pentingnya ekosistem mobil listrik ramah lingkungan agar segera dibangun.

Pemerintah bisa saja menggunakan tenaga angin sebagai sumber pembangkit listrik. Namun tenaga angin di Indonesia belum meluas saat ini. Keperluan mobil listrik di Indonesia sangat banyak. Salah satunya stasiun pengisi daya mobil listrik yang belum tersedia serta akselerasi kendaraan listrik masih butuh dana yang sangat besar di Indonesia. Oleh sebab itu, Indonesia perlu melakukan persiapan bila benar-benar ingin mengikuti langkah seperti Amerika Serikat untuk menggunakan mobil listrik di RI.