“Halah, gini doang gak bisa!”

“Duh, masa segampang itu bisa salah sih”

Umpatan-umpatan semacam ini pasti sering kita temui di tempat kerja kita, terlebih di lingkungan yang sangat fast paced atau goal oriented. Marah merupakan sesuatu yang wajar untuk dilakukan. Sejujurnya, JuKo juga seorang pemarah(bercanda kok).

Mau bagaimana lagi, kita adalah makhluk yang penuh dengan emosi, dan marah adalah salah satu luapan ekspresi yang kita lakukan, terlebih ketika sesuatu tidak terjadi sesuai dengan keinginan kita. 

Jika ditilik kembali, salah satu alasan terbesar kemarahan kita adalah ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, seperti inkompentensi dari teman kerja, bawahan, maupun ketika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginan kita. 

Nah, disinilah kemampuan komunikasi kita diuji. Sadar atau tidak, kemarahan bukanlah cara yang efektif untuk menyampaikan maksud dan tujuan kita. Sudah capek, darah tinggi, pesan yang ingin disampaikan pun tidak tersampaikan dengan baik.

“Terus gimana dong Juk? Kan kesel!”

Nah, karena itu JuKo ingin berbagi tips dan trik bagaimana cara “marah” tanpa marah:

  • “Ingat, kita semua punya perasaan.” – (Bukan) NKCTHI

Sebelum kita marah, coba kita pikir kembali perasaan orang yang hendak kita marahi. Bisa jadi orang tersebut sedang mengalami masalah juga. Sedang bertengkar dengan pasangan, belum makan, dimarahi atasan pula. Haduh!

Karena itu sebelum marah, coba deh dipikir-pikir kembali. Apakah lalu kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan? Apakah orang yang kita marahi mengerti apa yang kita maksud? Belum lagi jika orang lain menganggap kita mengidap darah tinggi atau emosian. Kalau kata teman JuKo yang orang Jawa sih, jangan spaneng-an (tegang).

 

  • Mempunyai output untuk kemarahan kita 

 

“Mas, kopinya kurang manis nih!”, teriak kita pada office boy karena gula yang dia berikan kurang 17 butir.

Kesel, kesel, kesel, duar. Alasan yang sangat simpel dapat membuat kita meledak dalam amarah, terlebih jika selama ini kita memendam rasa kesal atau marah kita. Karena itu, alangkah baiknya jika kita tidak menimbun apapun yang membuat kita kesal. Baik itu berolahraga, mempunyai teman untuk curhat, ataupun menulis di buku. Seperti kata sebuah peribahasa jaman dulu, “Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi banyak bukit.”

 

  • Refleksi Diri

 

Mungkin gak sih, kalau sebetulnya cara kita menyampaikan sesuatu itu sebetulnya sulit dimengerti oleh orang lain? Sudah marah-marah, narik urat, eh rupanya salah kita sendiri. Haduh, bikin malu banget gak sih. Karena itu mungkin ada baiknya jika kita berkaca dulu sebelum mulai menyalahkan orang lain. 

Pada akhirnya semua orang mempunyai hak untuk marah. Akan tetapi, kita harus ingat bahwa pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk bersosialisasi, berkembang, dan menjadi diri sendiri seutuhnya. Karena itu, berpikir sebelum bertindak kerap menjadi solusi dari banyak masalah kita. Sebagai akhir kata, have a nice day! 🙂 

It’s so important to realize that every time you get upset, it drains your emotional energy. Losing your cool makes you tired. Getting angry a lot messes with your health. – Joyce Meyer

By Yonathan