Kasus #saveaudrey sempat menjadi sorotan public beberapa waktu lalu. Warganet sangat gempar begitu mengetahui kejadian yang menimpa gadis SMP berumur 14 tahun ini. Kejadian ini berawal dari aksi pengereyokan Audrey yang memicu gelombang amarah public dan menjadi perhatian masyarakat hingga mendominasi topik pembicaraan di media sosial. Semua orang sangat lah membenci si pelaku pengeroyokan bahkan sampai membully walaupun pada akhirnya terbukti bahwa Audrey pun juga menjadi pihak yang harus disalahkan akan perbuatannya. Tetapi karena sudah terprovokasi oleh postingan yang muncul di media sosial, public sudah membentuk opini tetap tanpa menghiraukan kejadian yang sebenarnya.

Memiliki media sosial sudah menjadi kebutuhan bagi banyak orang. Mungkin kamu salah satu di antaranya. Ada banyak hal yang bisa dilakukan dengan mudah melalui media sosial. Mulai dari berinteraksi dengan banyak orang, menjual produk, hingga mencari tahu tentang kehidupan orang lain. Walaupun media sosial sudah menjadi gaya hidup, masih banyak masyarakat kita yang belum pintar dalam penggunannya. Hal ini menyebabkan masyarakat kita mudah terpangaruh oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab yang berkeliaran di dunia maya.

Di era globalisasi seperti sekarang, tindakan sosial banyak sekali terjadi di dunia maya, terutama di media sosial. Salah satu yang sering terjadi adalah hasutan atau provokasi melalui sarana digital oleh berbagai macam pihak. Biasanya hal ini sering terkait dengan keamanan social karena parameternya menyangkut tiga factor yaitu, politik,social,dan budaya. Karateristik masyarakat Indonesia pun sangat mudah dipengaruhi oleh bentuk opini yang menyangkut ketiga factor diatas.

Kesadaran masyarakat Indonesia akan hal ini masih tergolong rendah. Masyarakat kita bisa menjadi sasaran empuk bagi oknum yang menyebarkan sebuah hoaks di media social yang menimbulkan provokasi masal tanpa penjelasan yang konkrit dan sumber yang belum jelas. Hal ini bisa sangat merugikan karena dengan maraknya fenomena ini terjadi, masyarakat Indonesia akan sangat mudah untuk diadu domba demi kepentingan pihak yang tidak bertanggung jawab.

Provokasi tidaklah selalu negative, bahkan tindakan hasutan ini bisa sangat berguna dalam kepentingan yang sudah terukur arah dan tujuannya. Tetapi, provokasi bisa sangat berbahaya jika dilakukan dengan motif yang tidak benar dan tidak bertanggung jawab, karena bisa memancing emosi masyarakat yang berlebihan.  Apalagi dizaman globalisasi seperti ini, provokasi bisa dilakukan di banyak sarana dan media terutama melalui media social atau sarana digital. Sarana inilah yang paling sering di gunakan oleh sang provokator untuk menghasut/memancing masyarakat Indonesia.

Sosial media adalah platform dengan user paling banyak di seluruh dunia saat ini. Semua kalangan dari anak-anak,remaja,dewasa pasti mempunyai akun social media seperti Instagram. Semua konten yang ada di social media cenderung tidak terfilter dengan baik dan ini menyebabkan semua orang dapat melihat yang seharusnya tidak dilihat. Hal ini sangatlah menguntungkan sang provokator dalam melaksanakan aksinya, karena usahanya bisa dilihat oleh semua kalangan yang belum tentu faham akan sesuatu dan mudah dipengaruhi dengan secuil informasi yang belum tentu benar adanya.

Banyak sekali cara-cara untuk memprovokasi sesuatu hal melalui social media, diantaranya adalah dengan memposting video yang sama berulang-ulang dari banyak akun, memberi sebuah opini yang menjurus ke kepentingan pribadi di kolom komentar atau deskripsi video dan masih banyak lagi. Ditambah masyarakat Indonesia sangatlah suka dengan adanya drama berlebih yang membuat kita sangat terpengaruh oleh hasutan yang ada.

Fenomena provokasi digital ini tentu bisa menjadi sesuatu yang bahaya jika tidak bisa memilah informasi di social media dengan benar. Karena itu, masyarakat harus lebih pintar dalam bersosial media agar tidak dapat mudah terpangaruh oleh oknum-oknum yang tidak bertanggunh jawab itu.