Setelah diramaikan dengan semakin banyak nya figure transgender, baik di masyarakat maupun di kalangan artist, belakangan ini publik kita dihebohkan dengan munculnya sosok berhijab yang ternyata merupakan seorang pria. Sosok ini bukan hanya berpenampilan seperti wanita namun mereka juga menjalankan gaya hidup selayak nya wanita, mereka ikut shalat di area wanita dan ikut menggunakan sarana toilet khusus wanita.

TREND : Pada dasarnya masyarakat kita cenderung merasa senang saat mereka dapat menjadi bahan perbincangan orang ramai dan menjadi viral ketika mereka melakukan suatu tindakan yang “nyeleneh” dan dianggap salah oleh masyarakat. Cacian yang mereka terima pun layaknya respon yang memang mereka harapkan untuk dapatkan, karena memang pada dasarnya ketika seseorang melakukan suatu tindakan yang dia sadari tidaklah sepatutnya dilakukan dan tetap mereka lakukan dapat dibilang merupakan sensasi yang mana memang respon atau perhatian lah yang diharapkan untuk mereka dapat sebagai balasannya.

LIFESTYLE : Berdasarkan riset, Thailand dalam beberapa tahun terakhir telah mengakui adanya keberadaan 16 gender lainnya disamping perempuan dan pria yang straight atau normal. Di Indonesia sendiri orang- orang yang merupakan homosexual atau gay baik pria maupun wanita keberadaannya tidak dapat dipungkiri lagi, walaupun kondisi ini masilah sangat tabu untuk dibahas di negeri ini. Lalu apakah crosshijaber ini merupakan salah satu “gender baru”?dimana orang-orangnya merupakan laki-laki homoseksual yang feminine dan berpenampilan seperti wanita namun ingin tetap mengikutin ajaran agama dengan berhijab?

Jika kita melihat nya dari sudut pandang agama maka tidak akan ada titik temu dari isu yang satu ini, perdebatan demi perdebatan akan terus berdatangan selayaknya ketika masyarakat berargumen mengenai keberadaan para pengikut LGBTQ terutama di Indonesia. Ada yang beranggapan itu mutlak salah di hadapan agama dan tidak seharusnya di perbincangkan lagi lebih lanjut karena memang tindakan tersebut salah dan berdosa serta dapat membawa petaka bagi mereka yang tidak mengingatkan hal ini kepada mereka yang sudah terlanjur menjalani hidup sebagai LGBTQ, sedangkan ada juga yang beranggapan walaupun hal ini salah, namun bukan lah posisi kita untuk menggurui mereka yang memang memiliki disorientasi seksual.

Yang menjadi masalah adalah dalam beberapa kesempatan para crosshijaber ini mengaku bahwa mereka tidaklah mengalami disorientasi seksual, mereka tetaplah laki-laki yang straight atau normal dan menyukai wanita. Hal ini tentu saja membuat para kaum hawa merasa resah karena keberadaan laki-laki berhijab ini dianggap telah merampas ruang privasi mereka sebagai wanita terutama yang berhijab dimana aurat yang sengaja mereka tutup dengan berhijab agar tidak terlihat oleh lawan jenis mereka yakni para lelaki malah harus merasa was-was karena adanya keberadaan crosshijaber yang mana seperti dibahas diawal tadi juga menggunakan fasilitas seperti toilet wanita dan ikut beribadah dan shalat di area dan barisan wanita. Belum lagi jika ada salah satu dari mereka yang merupakan penjahat kelamin, hal ini dapat meningkatkan kemungkinan pelecehan seksual di Indonesia.

Lantas apakah tindakan pemerintah dalam menghadapi keberadaan crosshijaber yang juga bisa dianggap sebagai kejahatan ini? Sejauh ini Dewan Masjid Indonesia (DMI) telah menghimbau para pengurus masjid untuk lebih waspada dan berhati-hati lagi. Di Bandung, para satpol PP telah berencana melakukan razia-razia ke masjid untuk mencegah semakin meluasnya kejadian yang satu ini. Bahkan MUI sendiri telah mengeluarkana fatwa haram atas tindakan komunitas crosshijaber. Tindakan ini dianggap telah menodai agama, karena di Islam sendiri ketika wanita berpenampilan seperti pria dan pria berpenampilan seperti wanita sudahlah salah dan dianggap berdosa apalagi jika mereka menggunakan atribut keagamaan yang memang diwajibkan untuk dikenakan oleh wanita muslim yakni hijab.

Pada akhirnya hal-hal seputar agama dan kepercayaan tidak akan ada akhirnya. Ada yang mengutuk kejadian seperti crosshijaber ini dan menuntut untuk diusut tuntas keberadaannya, namun ada juga yang merasa kejadian ini bukanlah hal yang sepatutnya dibesar-besarkan karena para pelakunya hanya ingin mencari sensasi dan pengakuan sehingga saja, ketika saat mereka sudah tidak ramai lagi diperbincangkan mereka akan berhenti dengan sendirinya.

Indonesia sendiri adalah negara yang penuh dengan keberagaman, mulai dari faktor agama, ras, etnik maupun adat, serta suku. Sehingga membuat agama menjadi salah satu objek yang paling mudah untuk “disentil” agar dapat menjadi perbincangan dan akhirnya viral di masyarakat. Terdengar ironis? Memang, banyak orang yang rela “menomer dua kan” keluarga, adat bahkan agama mereka sendiri demi mencari sensasi dan terkenal di media sosial. Perihal sepeti ini bukanlah kejadian yang baru bagi publik, mulai dari menginjak kitab suci bahkan sampai membakarnya pun telah ada yang melakukannya semata-mata hanya demi konten.

Dibalik apakah issue crosshijaber ini temasuk kedalam trend ataupun lifestyle, keduanya tidak ada yang dapat dibenarkan. Sudah jelas yang namanya penyimpangan bukan lah suatu perbuatan yang dapat diterima, belum lagi sampai mengganggu orang beribadah serta menggunakan atribut kegamaan hanya demi memenuhi hawa nafsu semata. Kita hidup di negara hukum, yang berarti kita tidak dapat seenaknya saja bertindak karena jelas ada aturan yang berlaku di negeri ini, sehingga setiap penyimpangan atau pelanggaran pasti akan ada ganjaran dan penalti nya.