(dimuat di Kompasmuda, link di bawah)

Biasanya apa yang terbekas di benak orang-orang ketika mendengar soal anak presiden? Mungkin sebagian orang akan berpikir bahwa anak dari orang nomor satu di negeri ini sudah dijamin nyaman sepanjang hidupnya, baik dalam jabatan maupun harta. Lalu bayangan selalu dikawal oleh Paspampres, dihormati, pokoknya gampang dan nyaman, tidak akan ada yang berani macam-macam!

Dan tidak jarang pun anak-anak presiden ini mengikuti jejak orang tuanya, yaitu menjadi salah satu petinggi partai. Sebut saja Puan Maharani ataupun Ibas Yudhyono, yang berkiprah dan terjun di dunia politik dan pemerintahan.

Namun sejak 2014 lalu, tepatnya saat pelantikan Presiden RI ketujuh Indonesia, dimana anak-anak presiden lainnya terekspos. Sama halnya dengan para anak Joko Widodo, mengundang perhatian masyarakat umum terutama warganet. Anak Presiden kali ini pun lebih sering menjadi bahan pembicaraan publik di berbagai media, dari kritik terhadap perilaku anak presiden hingga prestasi yang ditonjolkan.

Padahal sebelumnya anak presiden tidak pernah seviral ataupun sekontroversi ini. Buktinya saja pemberitaan mengenai Puan Maharani atau Ibas Yudhoyono tidak pernah menjadi bahan perbincangan, ya… meski pernah pun tidak diangkat sesering anak presiden kali ini. Tapi apa penyebabnya?

Penyebabnya karena anak presiden dari pasangan Joko Widodo dan Iriana Jokowi yang beda dari anak presiden sebelum-belumnya. Mereka sangat milenial serta punya segudang prestasi sebelum sang ayah naik sebagai pemangku pemerintahan tertinggi di negeri ini. Tapi yang membuat paling beda adalah prinsip mereka yang tidak identik dengan para anak presiden sebelumnya. Saat yang lain ikut mengikuti langkah orang tua mereka, justru anak Jokowi menyatakan dengan tegas bahwa dia ogah dan memilih untuk menekuni apa yang ia sukai.

Gibran Rakabuming Raka adalah sosok yang akan dibahas, sempat memulai kontroversi dengan sikap atau kelakuannya yang terlihat tidak sopan hingga saat ini Gibran dapat menjadi salah satu panutan generasi muda untuk mengikuti jejaknya dalam berbisnis. Di usianya yang terbilang masih muda dan tergolong kaum milenial, dia sudah sukses dengan berbagai usaha. Ia memulai bisnis dari nol dan memilih untuk tidak melanjutkan bisnis keluarganya yang terkait permebelan. Salah satu franchise atau outlet terlarisnya adalah Markobar, bisnis martabak kekinian yang laris manis, bisnis Katering ‘Chilli Pari’ hingga makanan berupa ceker ayam dibakar dan diberi sambal dengan nama ‘Cakar Der’.

Tahun 2018 ini pun menjadi tahun yang tidak kalah produktif bagi Gibran, ia bersama adiknya Kaesang, membuka bisnis kuliner pisang nugget kekinian “Sang Pisang” yang sudah tersebar cabang-cabangnya di berbagai provinsi Indonesia.

Kini Gibran setelah berhasil meniti bisnis offline, sebagai pengusaha yang terus berinovasi dan melek teknologi, ia sadar bahwa startup berbasis digital masih kurang di Indonesia dan perlu terus dikembangkan apalagi pengguna internet Indonesia yang saat ini mencapai 200 juta jiwa.

Diam-diam dan jarang diketahui oleh khalayak, Gibran telah merintis dua startup. Satu bergerak di bidang kuliner, Madhang, sebuah aplikasi jual beli masakan rumahan. Kalau Madhang sendiri awalnya diprakarsai Kaesang, putra bungsu Jokowi, bersama dengan teman-temannya. Kakaknya, Gibran, menjadi penasihat bisnis dalam startup ini.

Satunya lagi bergerak di bidang jasa pekerja lepas atau yang akrab disebut freelance. Aplikasi bernama KerjaHolic dimana Gibran menjadi salah lima Co-Founder startup tersebut. Aplikasi yang masih dapat dikatakan baru ini diprakarsai oleh lima anak muda yang dari latar belakang berbeda. Salah satunya memang Gibran, sang anak presiden, namun anak muda lain yang ikut bekerja dalam aplikasi ini. Gibran yang menjabat sebagai CMO pada startup ini, kemudian Leonard sebagai CEO, pengusaha IT asal Singapura yang bernama Josh Ching (CTO), praktisi di bidang hardware bernama Michael (COO), dan Daniel Hidayat (CFO) yang mempunyai pengalaman di bidang perhotelan.

KerjaHolic sendiri adalah sebuah aplikasi yang bisa menghubungkan para pencari kerja dengan pihak-pihak yang sedang mencari pekerja lepas dan paruh waktu.

Di KerjaHolic pengguna dibedakan menjadi dua. Pertama adalah pencari kerja (Pekerjaholic) dan kedua adalah penyedia lapangan kerja (Bosholic). Untuk para pencari kerja akan ada fitur “status online Instanholic”. Fitur ini memungkinkan para pencari kerja mendapatkan tawaran pekerjaan. Mereka bisa melihat semua daftar lowongan pekerjaan yang tersedia melalui aplikasi atau menggunakan fungsi filter.

Sementara untuk penyedia pekerjaan, fitur Instanholic memungkinkan mereka mencari pekerja secara real time berdasarkan industri dan lokasi terdekat. Fitur ini bisa sangat berguna bagi mereka yang membutuhkan tenaga kerja di situasi-situasi mendesak. Dimana fitur Instanholic ini mirip dengan fitur pemesanan real time aplikasi Gojek maupun Grab dalam mencari driver. Fitur seperti ini tentu akan sangat membantu dan inovatif

Meski baru berdiri dan berjalan dari 9 Juni 2018 namun aplikasi ini telah merogoh investasi hingga  US$40.000 (sekitar Rp590 juta).

Awal ide ini  tersebut diinisiasi oleh keresahan Gibran dan salah seorang pendiri lain, Leonard Hidayat mengenai sulitnya menemukan pekerja lepas (freelance) atau paruh waktu (part time) di saat-saat mendesak.

Keduanya kemudian sepakat untuk membuat sebuah aplikasi yang dapat mempertemukan antara para pencari kerja dengan pihak-pihak yang membutuhkan tenaga kerja. Seperti yang dijelaskan dalam situs resminya, Kerjaholic memudahkan pemilik perusahaan untuk menemukan kandidat pekerja terbaik sesuai dengan keahlian, lokasi dan kebutuhan.

“Kehadiran Mas Gibran sangat menambah semangat kerja kami sebagai co-founder. Beliau banyak membantu dalam menentukan arah bisnis, serta dalam aktivitas pemasaran dan pengenalan aplikasi Kerjaholic ke masyarakat.” Ungkap Leonard, yang diwawancarai oleh Tech in Asia.

Kiprah Gibran dalam dunia bisnis pun menjadikan dia sering kali hadir sebagai pembicara di universitas-universitas. Dia yang sudah memulai bisnis sejak tahun 2010 dengan catering, Chilli Pari hingga saat ini telah memiliki beberapa ragam bahkan bisnisnya pun sukses hingga ia membuka cabang di beberapa kota di Indonesia.

Setelah bisnisnya cukup stabil di Indonesia, Gibran mempunyai visi dan berencana untuk ekspansi keluar negeri. Ia juga mengungkapkan bahwa generasi muda mempunyai banyak cara untuk berkontribusi kepada bangsa. Salah satunya adalah dengan berbisnis. Dengan berkembangnya bisnis, otomatis pun dapat meningkatkan lapangan kerja juga tingkat kesejahteraan hidup.

Ia juga berbagi pesan dan tips kepada yang mau memulai bisnis (dimana dirangkum dari hasil wawancara dengan Detik) bahwa untuk memulai bisnis beberapa diantaranya adalah jangan malu untuk memulai dari suatu hal yang kecil, modal bisa diperoleh dari berbagai cara, dan terakhir selalu jujur dan kerja keras dalam menjalan bisnis.

Namun, sekali lagi Gibran Rakabuming memang Bukan Sekedar Anak Presiden, dia juga adalah seorang anak muda bangsa dengan pemikiran ke depan dan sadar untuk dapat memperbaiki permasalahan negeri ini.

Gibran menunjukkan anak presiden tidak perlu mengikuti jejak orang tuanya masuk dunia politik, tapi mereka dapat berkarya dan berprestasi membangun negara dalam kontribusi lain, seperti yang Gibran lakukan di bidang bisnis baik bisnis kuliner maupun bisnis digital (startup) yang sedang dirintisnya bersama rekan anak muda lainnya.

 

Biodata singkat

Nama : Jessica Thennia

Status : Mahasiswa Komunikasi Universitas Bina Nusantara

Seorang mahasiswa yang senang berselancar di internet dan berpendapat bahwa internet adalah sebuah dunia yang luas tanpa batas dimana bisa dimanfaatkan sebagai sumber pengetahuan dan pengembangan diri.

https://muda.kompas.id/2019/01/11/bukan-sekedar-anak-presiden/