Ketika kamu sedang bertengkar dengan pacarmu, pernahkah kamu bertanya-tanya apakah perbuatan yang ia lakukan terhadap kamu merupakan bentuk kekerasan dalam pacaran atau bukan? Kekerasan dalam pacaran dapat diartikan sebagai pola perilaku dimana salah satu pasangan berusaha mengontrol, mengatur, menyebabkan rasa takut, atau bahkan menimbulkan ketergantungan pasangannya di dalam suatu hubungan pacaran. Ketika seseorang mengontrol pasangannya secara fisik, psikis, atau seksual hingga menimbulkan dampak mengganggu maka perbuatan tersebut sudah dapat dikatakan sebagai kekerasan. Tidak perlu luka fisik untuk mengatakan seseorang sudah menjadi korban kekerasan dalam pacaran.

Kekerasan dalam pacaran ada banyak bentuknya. Biasanya di awal hubungan, kekerasan muncul dalam bentuk pembatasan aktivitas, pasangan yang terlalu posesif akan mengekang pacarnya, sering menaruh curiga, mulai mengatur dengan siapa pacarnya boleh bergaul, hingga menjadi mudah marah dan suka mengancam. Apabila pacarnya menolak menuruti kehendaknya, ia akan mudah mengeluarkan kata-kata kasar yang merendahkan dan melukai perasaan pacarnya atau bahkan sampai melukai pacarnya secara fisik dengan memukul, menendang, dan lain sebagainya. Bentuk kekerasan lainnya yaitu kekerasan seksual seperti memaksa mencium, meraba, hingga memaksa untuk berhubungan seksual di bawah ancaman.

Yang memprihatinkan adalah banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya sebetulnya telah menjadi korban kekerasan karena mereka menganggap segala bentuk kekerasan yang mereka alami merupakan hal yang wajar, merupakan bentuk rasa peduli dan sayang dari pasangan. Menurut penelitian, kaum perempuanlah yang paling sering menjadi korban kekerasan dalam pacaran. Perempuan yang menjadi korban cenderung lemah, kurang percaya diri, dan terlalu mencintai pasangannya. Perempuan yang berperasaan halus mudah merasa iba karena biasanya setelah pasangannya melakukan kekerasan, mereka akan menunjukkan sikap menyesal, meminta maaf, berjanji tidak mengulangi, dan langsung bersikap manis kepada korban. Hal ini yang membuat akhirnya perempuan menjadi mudah memaafkan dan mau melanjutkan hubungan pacaran seperti sebelumnya. Padahal sebetulnya seseorang yang gemar bersikap kasar terhadap pacarnya cenderung akan mengulangi hal yang sama karena itu merupakan bagian dari kepribadiannya ketika menghadapi konflik. Seringkali korban juga tidak bisa melawan karena diancam. Mereka diancam jika tidak mau menuruti kemauan pelaku, apalagi jika sebelumnya si perempuan sudah melakukan hubungan seksual dengan pacarnya, ia dianggap “tidak baik-baik”. Karena takut diketahui orang-orang maka akhirnya ia melanjutkan hubungan dengan pacarnya dan akhirnya timbul rasa ketergantungan terhadap pacarnya. Apapun alasannya, seseorang tidak bisa melanjutkan hubungan yang diwarnai dengan kekerasan karena hubungan tersebut sudah menjadi hubungan yang tidak sehat.

Berbagai dampak yang ditimbulkan dari kekerasan dalam pacaran diantaranya yaitu korban akan mengalami gangguan kesehatan baik secara fisik maupun psikis. Dampak fisik bisa berupa memar, patah tulang, hingga yang paling ekstrim yaitu menyebabkan kecacatan permanen. Sedangkan dampak psikologis bisa berupa sakit hati, jatuhnya harga diri, munculnya perasaan malu, hina, tertekan, takut, dan menyalahkan diri sendiri, intinya korban akan merasa rendah diri. Dampak psikis sendiri bisa menjadi lebih berbahaya dibanding dampak fisik karena apabila korban sudah sampai merasa depresi maka biasanya akan muncul keinginan untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.

Upaya penanganan bagi korban kekerasan dalam pacaran dapat dilakukan dengan memberikan dukungan. Korban harus dikuatkan dan disemangati supaya menjadi berani dan tidak merasa tertekan lagi. Korban harus diyakinkan bahwa itu semua terjadi bukan karena kesalahannya, justru dialah yang bisa membebaskan dirinya sendiri dari hubungan yang tidak sehat tersebut dengan berani berkata tidak serta menentang segala bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pacarnya. Untuk korban yang mengalami trauma mungkin akan membutuhkan penanganan khusus oleh psikiater. Sementara itu, penanganan untuk pelaku kekerasan dapat dilakukan dengan menelusuri apa yang menyebabkan pelaku melakukan kekerasan, mungkin ada peristiwa buruk atau trauma yang membuat ia menjadi pribadi yang kasar. Setelah diketahui latar belakangnya, pelaku dapat diberikan konseling agar ia sadar akan bahaya dampak perbuatannya bagi dirinya sendiri maupun pacarnya.

Sedangkan bagi perempuan yang sedang atau ingin menjalin hubungan dengan seseorang, berikut tips untuk menghindari kekerasan dalam pacaran. Pertama, kenali calon pasangan secara menyeluruh sebelum menjalin hubungan, kita sebaiknya tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan dan harus bijak dalam memilih pasangan. Ada baiknya untuk membangun komitmen sebelum memulai hubungan, salah satu cara adalah dengan memperkenalkan pasangan kepada keluarga supaya muncul rasa sungkan dari pasangan terhadap keluarga. Ketika mengenalkan pasangan ke keluarga atau lingkungan teman dekat, secara tidak langsung kita sudah melibatkan mereka sehingga mereka dapat berperan membantu mengawasi dan menjaga kita selama hubungan pacaran berjalan. Hal lain yang penting adalah kita harus bisa mencintai diri kita sendiri sebelum mencintai orang lain. Apabila kita mencintai diri kita sendiri kita akan menjadi berani dan bisa bersikap tegas ketika menghadapi orang yang tidak memperlakukan kita dengan baik dan tidak menghargai kita.

Ingat, kekerasan bukan tanda sayang, cinta itu bukan luka. Sangat penting untuk memahami apa itu hubungan yang sehat, apalagi masa muda adalah masa-masa dimana seseorang belajar membentuk hubungan positif dengan orang terdekat salah satunya dalam bentuk pacaran. Hubungan yang sehat adalah hubungan yang membahagiakan, menimbulkan perasaan nyaman, dan saling memberikan dampak positif bagi satu sama lain. Mari bersama-sama mencegah pola kekerasan dalam pacaran agar tidak terus terjadi apalagi sampai dibawa ke jenjang pernikahan.

(Valencia Arwina – 2101635095)

Sumber Gambar: www.netralnews.com