Setiap manusia pasti memiliki kemampuan untuk membedakan wajah orang satu sama lain. Anda yang sudah mengenal keluarga kita sejak lahir pasti bisa membedakan mereka diantara kerumunan orang banyak. Namun, apa perasaan anda jika anda tidak bisa mengenali keluarga ada sendiri? Semua orang di mata terlihat sama di mata anda. Anda seperti melihat cloning orang yang sama, semua wajah terlihat buram, dan ada tidak bisa mengetahui siapa itu siapa. Sebesar apapun kalian berusaha, anda tetap tidak bisa mengenali mereka. Bahkan saat anda melihat diri anda di kaca, anda tidak bisa membedakan diri anda dengan orang lain.

sumber : (menembussepi.blogspot.com)

Prosopagnosia, lebih umum dikenal dengan istilah buta wajah, adalah kelainan dalam mempersepsi wajah yang membuat orang tersebut kesulitan mengenali wajah termasuk wajahnya sendiri. Keadaan ini diakibatkan oleh kerusakan otak akut yang disebabkan oleh kecelakaan atau benturan keras. Bukti saat ini juga memperlihatkan bahwa ada kemungkinan pengaruh factor keturunan. Bagian otak yang diserang adalah fusiform gyrus. Orang-orang yang mengalami kelainan ini biasanya mampu menggunakan indra tubuh lainnya untuk mengenali orang-orang, seperti bau parfum seseorang, bentuk atau gaya rambut, suara, atau bahkan gaya berjalan mereka.

 

Ada beberapa jenis dari Prosopagnosia ini, yang pertama adalah kelainan terhadap sistem pengenalan wajah pada otak sehingga mereka sama sekali tidak dapat membedakan wajah, usia, dan jenis kelamin seseorang (prosopagnosia aperseptif). Penderita juga bisa saja menunjukkan ketidakcocokan antara pengenalan wajah otak dan perekaman informasi sehingga ia mampu membedakan wajah, tapi tidak bisa mengingat nama, pekerjaan, atau informasi lain mengenai orang tersebut (prosopagnosia amnestic). Terakhir, penderita mampu membedakan wajah namun tidak bisa mengingatnya dalam waktu yang lama dan biasa didapatkan dengan factor keturunan (Prosopagnosia developmental)

 

Charles Dickens mengungkapkan bahwa kita mempunyai beberapa pengalaman akan perasaan, yang datang kepada kita beberapa saat, dari apa yang kita katakan, dilakukan setelah dikatakan atau dilakukan sebelumnya, di suatu waktu yang lampau – dari hal-hal di sekeliling kita, berupa masa lalu, dengan wajah-wajah sama, benda-benda, dan keadaan – dari pengetahuan kita yang sempurna akan apa yang akan dikatakan nanti, seolah-olah kita tiba-tiba mengingatnya.

 

Heather Sellers seorang penulis buku kelahiran 16 September 1964 mengalami keadaan ini. Seumur hidupnya ia selalu merasa ada sesuatu yang berbeda tentang caranya memandang dunia. Dia merasa tidak ada yang bisa mempercayai persepsinya tentang dunia, bahkan dirinya sendiri saja tidak bisa menerima dirinya sendii. Orangtuanya bahkan menganggap dia sudah gila. Saat kecil, Heather pernah terpisah dari ibunya saat berada di pusat perbelanjaan. Dia berusaha mencari ibunya tapi tidak berhasil. Akhirnya seorang staff took mempertemukan mereka kembali. Heather merasa bingung karena ia tidak bisa mengenali wajah ibunya tapi ia sendiri tidak sadar akan keadaan tersebut.

 

Semakin besar, Heather semakin menyadari keadaannya tersebut. Ia menjadi guru di sebuah sekolah dimana ia mengajar murid-muridnya Bahasa Inggris. Selama mengajar, ia tidak kesulitan karena ia mengenali orang dari pakaian, cara jalan, dan rambutnya. Ia juga meminta semua muridnya memakai tanda nama. Namun, sangat sulit baginya saat ia sudah ditempatkan di lingkungan sosialisasi. Heather pernah menyapa seseorang di sebuah pesta dan menaruh lengannya pada pria yang dikira adalah pacarnya.

 

Saat dia kuliah, banyak lelaki yang meneleponnya untuk marah-marah karena Heather tidak pernah menoleh dan menyapa saat mereka bertemu padahal sebelumnya mereka adalah pasangan. Padahal kenyataannya adalah bukan ia tidak ingin menyapa, tapi ia benar-benar tidak mengenali lelaki-lelaki tersebut. Semua orang disekelilingnya membuat hidup dengan keadaan seperti itu semakin sulit.

 

Bukan hanya wajah orang lain saja yang tidak bisa diingat, Heather juga tidak bisa mengingat dan mengenali wajahnya sendiri. Beberapa kali ia berada di keramaian di tangga dan berjalan dengan cermin di sisinya. Ia menyadari ada seorang perempuan yang berdiri disampingnya dan iapun segera menyingkir. Lama kelamaan ia menyadari bahwa perempuan itu ternyata adalah dirinya sendiri. Setiap kali dia melihat sebuah foto ia tidak bisa membedakan dan mengenali dirinya sendiri dan itu membuatnya sangat frustasi.

 

Bayangkan suatu hari anda terbangun dari tidur anda, kemudian bercermin, dan anda merasa heran dan bertanya-tanya siapa wajah yang ada di dalam cermin tersebut. Keadaan ini sungguh sangat mengerikan. Belum banyak terapi yang dikembangkan untuk kelainan ini, namun ada beberapa orang yang mengatasinya dengan strategi mengenali ciri wajah satu per satu.

 

Suatu kasus yang klasik dari kelainan manusia dalam mengenali wajah ini dimuat dalam sebuah buku berjudul “The man who mistook his wife for a hat” atau orang yang keliru akan istrinya karena topinya yang terbit tahun 1998 dan pernah ditampilkan dalam bentuk opera Michael Nyman.

 

Ada kasus menarik didalam buku ini yang membuat saya terkejut ketika membacanya.

Diceritakan kisah seorang pria yang salah mengira istrinya sebagai topi. Ia mengalami kerusakan di bagian otaknya yang merusak kemampuan persepsinya. Ketika ia selesai diperiksa oleh seorang dokter dan diminta memakai kembali sepatunya. Ia hanya menatap kakinya dan terdiam. Baginya, sepatunya telah terpasang dan kakinya adalah sepatunya. Hal lain yang menarik dari dirinya sebagai musisi, hidupnya dibantu oleh musik yang mengalun di dalam kepalanya dan digumamkan setiap saat. Musik itu yang mengarahkannya melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mengenakan pakaian, membaca buku, berjalan. Ketika ada distraksi tiba-tiba seperti bunyi pintu dibanting, musik di dalam kepalanya akan berhenti dan ia akan seketika mematung.

 

Dr. Sacks mempunyai pemikiran dimana manusia dikategorikan sebagai orang-orang sederhana atau orang-orang yang mengalami gangguan perkembangan. Orang-orang dengan tingkat intelegensi yang jauh di bawah rata-rata, dianggap bodoh, tidak mampu belajar apapun, dan tidak akan mampu bertahan hidup. Karena untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang sederhana saja sulit bagi mereka. Namun orang-orang ini punya kelebihan tertentu yang bisa membuat orang lain tak habis pikir. Seperti kasus Si Kembar yang mengalami keterbelakangan mental namun adalah ahli matematika. Mereka hanya memroses hal-hal dengan cara yang tidak sama dengan orang umumnya lakukan.

 

Orang-orang dengan kekurangan di dalam dirinya seperti kasus Prosopagnosia sebenarnya sama saja dengan kita. Namun mereka memiliki cara yang berbeda dalam memroses dunia dan isinya. Mereka bahkan mungkin lebih dari kita. Atau mereka justru lebih beruntung daripada kita. Mungkin penderita buta wajah tidak bisa membedakan wajah manusia satu sama lain. Tapi, mereka akan lebih teliti dalam mengamati perbedaan-perbedaan spesifik pada wajah dan penampilan manusia seperti gaya rambut, gaya berjalan, bahkan hanya dengan mencium bau tubuh seseorang mereka bisa mengenali siapa itu siapa. Siapapun anda diluar sana yang mengalami keadaan ini, jangan takut. Jadikan kelemahan ini sebagai kekuatan bagi hidup anda.

Natassja Safira – 2101628322 – Mass Communication