Kembali aku terjatuh lagi dan lagi bersama selusin buah donut yang baru saja habis aku makan. Donut dengan berbagai rasa manis yang seharusnya manis terasa, suda tidak aku rasakan lagi. Hanya ada rasa penyesalan, kekesalan, kebencian, dan perasaan negatif lainnya.

 

Hubungan baik yang aku miliki terhadap makanan sudah tidak seperti dahulu lagi. Semua ini berawal dari keinginan egois aku untuk memiliki tubuh yang langsing. Memang tidak ada yang salah dengan hal tersebut, namun yang menjadi kesalahan adalah keinginan berlebihan hingga aku rela untuk melakukan tindakan-tindakan ekstrem yang merugikan tubuh sendiri.

 

“Apakah aku tidak boleh memiliki tubuh yang indah? Apakah ada yang salah dengan hal tersebut?” Tidak ada henti-hentinya aku menanyakan pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada diri aku sendiri, namun tetap tidak menemukan jawaban sebagai jalan keluar dari tindakan yang aku lakukan mengenai hal ini.

 

Rasanya semesta tidak mengizinkan aku untuk mendapatkan yang aku inginkan dalam konteks tersebut. Padahal, semuanya itu masih berada di dalam kontrol diri aku sendiri untuk dapat melakukan hingga memilikinya. Namun yang aku rasakan setiap kali bertemu makanan adalah perasaan dan tindakan sebaliknya. Perasaan lemah, tidak dapat melawan, tidak ada pengendalian diri, kekalahan yang dirasakan terus menerus saat berhadapan dengan makanan. Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa aku melakukan semua tindakan ini? Apa yang salah dengan diri aku sehingga tidak ada kontrol yang dapat dilakukan setiap kali bertemu dengan makanan? Satu hal yang aku yakin adalah semua hal ini terjadi pasti ada akar yang menyebabkannya.

 

Pencarian informasi demi informasi terus aku cari, yang aku andalkan hanya pencarian jawaban dengan bantuan internet saja awalnya. Walaupun seiring berjalannya waktu, orang tua akupun mengetahuinya dan mereka sangat membantu dalam proses pemulihan ini. Malu rasanya memberi tahu orang lain tentang apa yang aku alami. Aku merasa hanya aku yang memiliki keanehan ini. Setelah sekian lama, jawabanpun akhirnya berhasil aku temukan. Aku terkena Binge Eating Disorder atau yang biasa dikenal dengan sindrom penyimpangan perilaku makanan, dimana orang tersebut akan memakan makanan secara cepat dengan jumlah porsi yang sangat besar dan rasanya tidak dapat berhenti walaupun sudah merasa sangat kenyang. Binge eating kerap kali dilakukan dalam keadaan tersembunyi. Orang-orang yang mengalami gangguan ini terlihat normal saat sedang makan bersama orang lain, namun sangat berlebihan saat sedang sendiri.

 

Setiap manusia sudah diberikan sinyal di dalam tubuhnya untuk merasakan saat membutuhkan ataupun saat tidak membutuhkannya dalam hal apapun. Saat lapar kita seharusnya makan, saat mengantuk harusnya kita tidur, dan sebagainya. Ketika kita mengikuti sinyal tersebut dengan benar, tubuhpun akan tetap dalam keadaan tenang dan stabil. Namun, saat kita tidak mengikuti apa yang tubuh minta, lama kelamaan tubuhpun akan terus meminta hingga titik memberontak, seperti contohnya saat melakukan diet eksteme. Tubuh telah memberikan sinyal bahwa membutuhkan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan, namun orang yang melakukan diet ekstreme kerap kali tidak memenuhinya. Hingga akhirnya nanti akan ada titik dimana tubuh memberontak sehingga mengakibatkan orang-orang yang melakukan diet ekstreme tersebut melakukan tindakan berlebihan dalam mengonsumsi makanan. Hal ini terjadi sebagai respon tubuh untuk memenuhi kembali nutrisi-nutrisi yang kurang tersebut. Tidak hanya diet ekstreme, penyebab BED ini bermacam-macam seperti pola pikir maupun faktor genetik.

Kebanyakan orangpun mungkin kerap kali mengonsumsi makanan secara berlebihan, namun disini perbedaannya adalah orang yang memiliki masalah BED ini sering melakukan hal tersebut dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan rutin. Selain itu adanya perasaan malu, stress, cemas, tidak berharga, dan bersalah setelah melakukannya namun akan melarikan diri dengan cara semakin mengonsumsi makanan kembali. Hal ini dikarenakan rasa bersalah serta penyesalan dan berpikir sudah terlanjur tetap terus dilakukan saja. Mereka terus menerus melakukan hal tersebut hingga menjadi suatu rutinitas dan siklus yang rasanya seperti berada dalam lingkaran setan. Sangat ingin untuk keluar, namun rasanya tidak bisa.

Di tengah putus asa yang dirasakan,tetap ada keyakinan bahwa permasalahan ini pasti ada jalan keluar. Langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi BED adalah melalui terapi. Hal ini dikarenakan BED ini menggangu psikologis dan sosial orang yang bersangkutan. Selain itu, berhentilah melakukan diet ekstreme. Terima tubuh kita apa adanya dan rawatlah sebaik-baiknya. Saat kita melakukan hal tersebut, pasti kita akan melakukan tindakan-tindakan positif untuk tubuh kita dan tubuhpun akan memberikan efek yang baik. Ikuti saja apa yang tubuhmu inginkan sehingga kelak tidak menginginkannya secara berlebihan. Nyatanya, apapun yang kita konsumsi tidak akan memberikan dampak yang buruk asalkan kita mengonsumsinya dalam batas wajar. Lalu, permasalahan fatal yang menyebabkan orang-orang tidak dapat keluar dari lingkaran BED ini adalah karena kesalahan mereka dalam berpikir. Semuanya berasal dari pikiran, mengubah pikiran bukanlah sesuatu yang mudah namun mungkin untuk diubah. Jangan berhenti untuk terus melawan setiap pikiran negatif, kebohongan-kebohongan, seperti merasa tidak berharga, tidak merasa cukup, merasa lemah, tidak akan pernah dapat keluar dari masalah ini, dan sebagainya. Percaya bahwa di setiap masalah pasti ada titik terang dan kita akan menemukannya saat kita tidak menyerah dalam mencarinya.

 

Berbagai macam gangguan masalah makan tidak dapat disepelekan, baik itu Binge Eating Disorder, Anorexia Nervosa, maupun Bulimia Nervosa. Setiap masalah makan tersebut memiliki ciri-ciri masing-masing dengan penanganan yang bermacam-macam tergantung kepada individu yang mengalaminya.

 

Kebanyakan orang merasa malu untuk mengungkapkan masalah apa yang mereka sedang alami. Semua orang ingin selalu terlihat kuat, namun kita juga tetap manusia yang akan selalu dihadapkan dengan masalah yang beragam dan membutuhkan orang lain. Sama seperti para penderita BED, mereka merasa malu dan sendiri dalam menghadapi semua ini. Nyatanya, hal ini merupakan permasalahan yang sangat umum dan merupakan salah satu persoalan besar yang telah memakan banyak jiwa.

 

Lebih waspada terhadap gangguan masalah makan ini dan turut membantu teman-teman kita lainnya yang juga mengalami, akan sangat memberikan dampak besar dalam kehidupan. Tidak diperlukan tindakan besar dan terkesan rumit. Dengan terus ada untuk mereka, mendengarkan cerita mereka, menyemangati merekapun akan sangat membantu mereka menjalani proses pemulihannya. Tidak hanya dampak positif yang dirasakan teman-teman kita yang akan merasa tertolong, melainkan kita sendiripun akan merasakan kepuasan tersendiri yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata saat melakukan hal tersebut. Ketika kita tidak hanya berfokus kepada diri kita sendiri saja, melainkan mencoba melihat apa yang dapat kita lakukan untuk memberikan dampak baik dimanapun kita berada, di titik tersebutlah kita akan merasakan hidup sebenarnya yang penuh makna.

(Yelly Vania (21017116840)Foto makanan