Ibu Amia Luthfia mengajar para siswi SMA Santa Ursula dalam topik Intercultural Communication Competence

Dunia tempat kita tinggal ini telah menjadi Global Village, dimana kecanggihan teknologi komunikasi memudahkan manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya di seluruh penjuru dunia.  Setiap orang memiliki identitas budaya dan berinteraksi dengan orang lainnya yang memiliki identitas budaya yang berbeda. Pada konteks interaksi antarbudaya sering terjadi kesalahpahaman. Perbedaan makna yang dimiliki seseorang tentang realitas adalah penyebab utama terjadinya konflik antarbudaya.

Pada era globalisasi saat ini, bukan tidak mungkin untuk kita  berkomunikasi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Baik itu dalam kehidupan personal maupun profesional. Oleh karena itu, memiliki pengetahuan dan keterampilan di dalam komunikasi antarbudaya harus kita miliki.

Menjadi seseorang yang open minded dan menghilangkan sisi etnosentrisme dalam diri kita bukanlah sesuatu yang sulit jika kita mau belajar dengan baik tentang budaya orang lain. Usia remaja adalah usia dimana seseorang sedang mencari jati diri dan senang mempelajari hal-hal yang baru. Oleh karena itu, pembelajaran dan pelatihan tentang komunikasi antarbudaya sangat relevan jika dimulai pada saat remaja.

Bapak Aras dan Bapak Bobby mendampingi para siswi dalam kunjungan ke Kota Tua Jakarta

Berdasarkan uraian di atas, maka tim dosen jurusan Marcomm bekerjasama dengan SMA Santa Ursula dalam memberikan pengetahuan dan pelatihan pada para siswa SMA Santa Ursula tentang komunikasi antarbudaya. Kegiatan ini dijadikan sebagai kegiatan ekstrakurikuler untuk para siswa sehingga nama kegiatannya menjadi Intercultural Communication Extracurricular. Kegiatan ini dilaksanakan selama 10 pertemuan (20 Agustus 2016 – 19 November 2016), setiap hari sabtu pukul 11.30 s.d 13.00.

Pada setiap pertemuan di kelas dosen menggunakan metode pengajaran dan pelatihan interaktif, studi kasus, dan teamwork. Pada pertemuan kelima, para siswa dan dosen melakukan kegiatan kunjungan ke Kota Tua Jakarta. Dengan menggunakan metode observasi dan wawancara, Kota Tua Jakarta menjadi tempat yang tepat untuk siswa dalam mempelajari simbol-simbol verbal dan nonverbal serta mewawancari turis asing dan turis domestik yang sedang berkunjung ke Kota Tua Jakarta di waktu yang sama dengan siswa-siswa saat berkunjung (FAS)