Independen, keras kepala, pragmatis, dan ingin segala sesuatunya instan, ini adalah gambaran  “Generasi Z”. Mereka yang lahir tahun 1995-2010 begitu terhubung ke dunia digital, menerima begitu saja dunia smartphone, tablet, dan internet 24/7 koneksi digital berkecepatan tinggi.

Untuk kehidupan sehari-hari,  mereka cenderung ingin sesuatu yang  instan. Mereka menjelajahi internet di dua layar secara bersamaan. Mereka tidak keberatan merogoh kantong untuk selalu update smartphone terbaru, namun mendapatkan film dan lagu secara gratis. Mereka yang berumur 13-20 mendapatkan tren dari media sosial dan menyebut orangtua mereka ketinggalan jaman. Ketika berbicara, kosakata mereka dibumbui dengan akronim yang dimengerti oleh generasi mereka saja, seperti Swag yang berarti keren.

Generasi Z merasa lebih mudah untuk berbicara secara online daripada secara langsung. Teman-teman di media sosial dianggap lebih penting dibanding yang ada di dunia nyata. Mereka yang kecanduan jejaring sosial tidak dapat membedakan kehidupan sosial mereka. Gen Z menghabiskan lebih dari tiga jam sehari di depan layar. Mereka tidak dapat menahan diri untuk tidak mengetahui bila suatu hal baru keluar. Facebook, foto di Instagram, pesan cepat di Snapchat, Twitter, dan Tumblr adalah platform media sosial yang dianggap keren.  Generasi Z tidak semua pasif. Mereka menggunakan Youtube atau vlogging untuk membuat video yang dapat ditonton banyak orang.  

Karena kedekatan mereka dengan dunia internet , mereka menjadi  banyak melihat hal-hal yang semestinya tidak mereka lihat, seperti kekerasan dan pornografi. Mau tidak mau mereka juga menjadi seorang self-educators  (MR, JN, SA, FG, HS).