Memenuhi undangan dari Chitkara University, Chandigarh India, dan  atas dukungan  Pimpinan Binus University, teman-teman dari jurusan, International office, saya menerima tawaran sebagai peserta dari Binus University pada ‘Global Week Teaching’ di Chitkara University India. Momen kunjungan ke Chitkara University telah lewat, namun catatan kenangannya tetap melekat dalam ‘memori saya’. Untuk itulah saya menuangkan kenangannya dalam bentuk tulisan ini agar tetap diingat sebagai salah satu momen penting dalam rangkaian momen-momen kehidupan saya sebagai dosen di Jurusan Marketing Communication Binus University.

Catatan kenangannya saya bagi dalam dua aktivitas utama selama berada di Chitkara India. Pertama, aktivitas ilmiah mengajar selama 5 (lima) hari; kedua, acara kunjungan ke tempat-tempat wisata di sekitar Chandigarh India. Menarik untuk menyimak aktivitas kunjungan saya karena beberapa alasan, pertama, menambah pengalaman sebagai dosen, kedua, memberi wawasan baru, dan ketiga, saya sebagai pribadi mewakili Binus dan Marcomm khususnya telah memperlihatkan kepada dunia lain, bahwa kita ada dan memiliki eksistensi sebagai lembaga Pendidikan Tinggi yang Ilmiah; sebab acara “Global Week Teaching” di Chitkara University India, melibatkan  13 Universitas dari 11 Negara lainnya, dengan total peserta berjumlah 23 orang dosen dari berbagai jurusan dan disiplin ilmu yang beragam.

Acara saya mengajar di kelas berlangsung selama lima hari mulai tanggal 12 hingga 16 Oktober 2015 untuk mata kuliah: Public Relations Management, sebagai salah satu ‘core competency’ saya kepada mahasiswa Program Master (Post Graduate) jurusan Mass Communication Chitkara University India. Sebagai bukti (foto-foto terlampir) yang memperlihatkan aktivitas saya selama di Chitkara University India. Aktivitas mengajar di kelas saya terapkan metode interaktif, artinya setiap selesai menjelaskan, mahasiswa mendapat kesempatan penuh untuk bertanya dan menyatakan pendapatnya secara bebas namun teratur. Kesan yang saya peroleh selama mengajar lima hari tersebut sangat banyak. Mahasiswa sangat aktif dan banyak bertanya. Dan yang mengesankan saya adalah mereka cucup disiplin, respek terhadap dosen dan selalu menjaga sopan-santun. Saya berkesimpulan bahwa ciri dan pembawaan orang India khususnya Chitkara, Chandigarh termasuk masyarakat yang ‘high culture’.

Acara lain yang berkesan dan mengesankan saya adalah kesempatan pertama pada awal penyambutan di aula besar Chitkara, yang dihadiri seluruh Mahasiswa dan para dosen Professors Chitkara University. Bagi semua dosen tamu diberi kesempatan pada acara penyambutan ini untuk memberi kata sambutan selama 10 menit di depan para hadirin. Tepuk tangan membahana dalam ruangan aula besar selama sambutan para dosen tamu, oleh karena, beberapa dosen tamu mengucapkan salam dan introduksi dalam bahasa lokal, bahasa Punjab serta bahasa Tamil India. Seperti yang saya katakan bahwa orang Chandigarh termasuk masyarakat ‘high culture’. Semua bahasa tubuh dan gerakan tubuh tertentu bisa memberi makna tertentu, dan memberi pesan tertentu pula. Gerakan tubuh orang Chandigarh, bagi orang asing bisa ditafsirkan penuh misteri. Misalnya, apabila seseorang ditanya, maka ia tak akan langsung menjawab ‘verbal’ melainkan memberi respons dengan ‘menggoyangkan’ kepalanya. Saya menyebutnya ‘mysterious communication’, komunikasi yang misterius. Pada kasus ini, saya kembali mengingat pepatah lama “lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.

Memenuhi acara lain yang diadakan Chitkara University berupa kunjungan ke berbagai tempat wisata. Mengunjungi beberapa School Chitkara University yang berada di beberapa tempat lain sekitar Chitkara Chandigarh India. Berikut acara perpisahan yang diisi dengan pemberian kenang-kenangan dari masing-masing visiting Lecturer dengan pihak Chitkara University. Acara dilanjutkan dengan berbagi hadiah, sebagai salah satu kebiasaan dan budaya orang Chandigarh,  yang dilanjutkan dengan pembagian “Sertifikat Penghargaan” bagi masing-masing dosen tamu, termasuk saya. Acara perpisahan ini dilanjutkan dengan makan bersama di salah satu rumah makan sekitar Chitkara Chandigarh.

chitkara

PENJELASAN LAIN

Global week teaching yang diadakan Chitkara University, dimaksudkan sebagai wadah untuk bertukar pengalaman mengajar serta “sharing knowledge” dari beragam disiplin ilmu dengan cara mengundang para dosen dari berbagai belahan dunia lain. Menurut pengamatan dan pengalaman saya, acara ini sangat bagus untuk memperkenalkan banyak hal, termasuk bagaimana mahasiswa mengalami cara mengajar dosen. Sebaliknya, dosen-pun belajar, bagaimana menerapkan metode mengajar agar disenangi mahasiswa di belahan dunia lain.

Meskipun di India khususnya Chitkara University menerapkan sistem belajar pola Amerika, namun mereka juga terbuka pada cara mengadopsi ilmu secara multidisiplin. Artinya ilmu-ilmu pengetahuan yang serumpun maupun yang tidak serumpun dapat di-‘hibridisasi’ menurut pengertian saya. Oleh karena, ilmu pengetahuan pada hakekatnya tidaklah berdiri sendiri. Ilmu pengetahuan dilahirkan atau diciptakan, namun ia juga menciptakan hal lain yang baru; oleh karena di-cangkok-kan bersama dengan disiplin ilmu lainnya. Contohnya, ilmu komunikasi, sebelum dihibridisasi ia sebenarnya tersembunyi di dalam kandungan tiga disiplin lainnya:  sosiologi—antropologi—psikologi. Ketiga disiplin ini yang akhirnya melahirkan disiplin ilmu baru yakni, ilmu komunikasi.

PERSIAPAN KE INDIA

Sebelum berangkat ke Chitkara University India, saya telah mempersiapkan diri sebaik-baiknya, terutama bahasa Inggris sebagai ‘alat’ komunikasi. Saya membayangkan bahwa dalam berkomunikasi yang efektif, bukan apakah kita bisa berbicara, melainkan apakah pembicaraan kita dapat dimengerti dengan baik oleh para Mahasiswa Program Master di Chitkara University India. Maka ada beberapa hal yang saling mendukung untuk dipersiapkan sebaik-baiknya dengan cara berlatih atau melatihnya. Saya menyadari sepenuhnya bahwa di Negara yang mahasiswanya belajar bahasa Inggris sejak kecil, bahkan sejak taman kanak-kanak seperti India, dalam percakapan sehari-hari pasti menggunakan “slang” dan kalimat yang banyak idiom-nya. Namun, saya sangat yakin bahwa bahasa teks book atau scientific lecture dimana-pun di dunia ini pasti sama. Itulah yang memberi keyakinan pada saya untuk ikut berpartisipasi dalam acara global week teaching di Chitkara University India.

Kenyataan yang saya hadapi dan saya alami di Chitkara University, meyakinkan dugaan saya sebelumnya bahwa, sebagai dosen, saya dan kita harus selalu siap untuk mengajar dengan mempersiapkan empat hal penting. Pertama, penguasaan penuh materi ajar atau mata-kuliah yang akan di-presentasikan kepada para mahasiswa, khususnya program Master. Kedua, persiapan bahasa Inggris yang meyakinkan kita dan memberi kepercayaan kepada diri-sendiri bahwa, kita mampu berkomunikasi secara baik dalam bahasa Inggris pada level mahasiswa under-graduate dan post-graduate, atau bahkan level doctoral. Ketiga, kita harus mengetahui dan menyadari bahwa, selain mengajar di kelas, di luar kelas-pun kita pasti akan berinteraksi dengan teman-teman dosen dari Negara lain, termasuk para mahasiswa yang kita ajari. Dan ini yang terjadi, selama hampir dua minggu di Chitkara, saya beganti-ganti ngobrol dengan teman-teman dosen dari berbagai disiplin ilmu dari berbagai Universitas yang saya sebutkan di atas. Pada akhirnya, bukan saja puas karena kita telah melihat Negara lain, melainkan kita lugas bercakap-cakap dengan teman-teman se-profesi, dari berbagai belahan dunia lain. Ke-empat, mengajar dengan ‘cinta’, dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun kita perlu mendasarkan diri pada cinta yang tulus, yang keluar dari hati. Oleh karena, cinta yang tulus merupakan ‘oase’ yang menghidupkan. Demikian pengalaman saya, semoga menjadi masukan yang bermanfaat. Salam SPIRIT. (Tanggal 9 – 20 Oktober 2015)

Oleh: Dr. Dominik Tulasi, MM.

Editor : Gayes Mahestu