Isu lingkungan saat ini tengah menjadi topic seksi di berbagai bidang kehidupan, baik aktivitas komersial maupun sosial. Salah satu slogan yang paling sering di dengungkan adalah “go green”, kemudian slogan tersebutpun dipergunakan sebagai label bagi pengguna yang merasa sudah mencintai lingkungan, berwawasan lingkungan atau memperhatikan lingkungan. Berbagai aktivitas dalam mempromosikan bergaya hidup yang pro lingkungan, dalam komunikasi merupakan bagian dari komunikasi lingkungan.

            Namun sudahkah aktivitas dengan label “go green” dapat dikategorikan ke dalam komunikasi lingkungan? Seperti juga komunikasi, mendefinisikan komunikasi lingkungan tidaklah mudah karena berada dalam varian yang sangat luas. Salah satu definisi yang menggambarkan keluasan varian komunikasi lingkungan diberikan oleh Robert Cox (2010). Komunikasi lingkungan menurut Cox (2010) adalah the pragmatic and constitutive vehicle for our understanding of the environment as well as our relationships to the natural world; it is the symbolic medium that we use in constructing environmental problems and negotiating society’s different responses to them.

            Definisi ini menggambarkan dua fungsi komunikasi lingkungan, yakni (1) komunikasi lingkungan adalah pragmatis yakni mendidik, memperingatkan, mempersuasi, memobilisasi dan menolong kita untuk menyelesaikan berbagai permasalahan lingkungan. (2) komunikasi lingkungan itu konstitutif, maksudnya pada tataran mikro komunikasi lingkungan dapat membantu memetakan permasalahan lingkungan untuk dipahami dengan lebih baik.

            Melalui definisi tersebut sekarang kita bisa mulai menilai ulang apakah sebetulnya kita sudah melakukan komunikasi lingkungan atau sekedar menempelkan label komunikasi lingkungan melalui tag line “go green” karena tuntutan pasar atau meningkatkan citra memalui manipulasi makna. Selamat mengkomunikasikan lingkunan. (Siswantini – D5526)