medi4suasana mengenang korban tragedi Charlie Hebdo

Bulan Januari tahun 2015, bersamaan dengan bulan kedatangan saya di Prancis, terjadi peristiwa yang mengancam negara tersebut, bahkan menggemparkan seluruh dunia.Tragedi itu adalah penyerangan kantor Charlie Hebdo di Paris yang menyebabkan 12 orang meninggal, termasuk dua petugas kepolisian. Karena adanya peristiwa itu, pemerintah mengeluarkan peringatan keamanan Prancis pada level tertinggi.

Saya, yang tinggal di Lille, biarpun berada jauh dari Paris tetap merasa tidak aman akan peristiwa itu. Berhubung saya seorang muslim dan menunjukkan simbol keagamaan dengan memakai kerudung, merasa khawatir menjadi sasaran penduduk setempat. Rumor beredar bahwa para pelaku penyerangan Charlie Hebdo lari ke arah utara negara Prancis. Hal itu semakin membuat saya khawatir. Saya sempat berpikir untuk tidak pergi keluar apartemen jika tidak ada urusan untuk kegiatan kuliah. Bahkan, pintu dan jendela apartemen saja kami kunci rapat-rapat, sehingga keadaan dalam apartemen pun agak sedikit panas dan lembab.

Meski begitu, selama saya melakukan aktifitas perkuliahan di kampus, seluruh warga kampus dari mahasiswa, dosen, sampai staff menginformasikan saya untuk tidak perlu takut akan kejadian tersebut. Mereka justru meyakinkan dan dapat menjamin bahwa saya dan yang lain akan baik-baik saja selama tetap berada di Lille. Awalnya, saya heran karena mereka tidak menilai saya buruk akibat agama yang saya anut sama dengan para pelaku. Tetapi, ternyata mereka sangat berpikiran terbuka akan kejadian ini. Mereka berpikir bahwa ini hanyalah perbuatan orang jahat, mereka tidak menilai dari sisi keagamaan yang diatasnamakan teroris untuk melakukan penyerangan tersebut. Para warga di kampus justru bersikap sangat baik terhadap saya dan yang lain. Hal ini yang membuat saya merasa tenang dan aman akan keadaan lingkungan kampus.

medi5polisi berjaga-jaga mengawasi jalannya demonstrasi

Selama berminggu-minggu banyak sekali demonstrasi yang dilakukan warga Prancis untuk berbela sungkawa terhadap para korban atas kejadian ini, bahkan di Lille pun juga saya temui salah satunya. Saat itu saya dan kelima teman saya hendak di jalan menuju pusat perbelanjaan kota Lille. Namun di pertengahan jalan, kami menemukan kerumunan orang-orang yang membawa cetakan tulisan Je suis Charlie yang artinya “saya adalah Charlie” untuk ikut menunjukkan aksi belasungkawa atas kejadian tersebut. Ada juga cetakan tulisan nama-nama korban penyerangan. Beberapa polisi pun terlihat untuk mengawasi tindakan aksi para warga agar tidak terjadi kericuhan. Saya yang memakai kerudung, diperingati teman-teman saya untuk tidak mendekati kerumunan tersebut karena takut diserang para warga yang tidak terima atas tindakan teroris.. Untungnya, saat itu masih musim winter sehingga baik saya maupun semua warga Lille memakai coat yang terkadang ada tutupan kepalanya. Lalu, saya tutupi saja kepala saya dengan tutupan kepala coat, sehingga saya bisa mendekati kerumunan tersebut dan melihat secara jelas aksi seperti apa yang mereka lakukan.Di tengah kerumunan tersebut, ternyata ada foto-foto korban peristiwa penyerangan Charlie Hebdo disertakan banyak lilin disekitarnya. Setelah melakukan pidato dan doa, kerumunan yang membawa tulisan-tulisan Je suis Charlie bergerak untuk berpindah tempat. Pelaku demonstrasi yang berada di barisan paling depan memimpin sambil berpidato sepanjang jalan. Setelah itu, kerumunan semakin bubar tanpa adanya kericuhan yang timbul di antara warga. Saya dan teman-teman saya pun ikut bubar dari kerumunan.

Selagi bubar, saya melihat keadaan sekitar dan ternyata ada beberapa umat muslim di antara kerumunan tersebut. Hal itu dibuktikan bahwa ada beberapa di antara mereka yang mengenakan kerudung. Namun ternyata hal itu tidak menjadi masalah bagi para pelaku demonstrasi. Saya pun jadi berpikir bahwa seharusnya saya tidak perlu menutup-nutupi kerudung saya dengan tutupan kepala. Ternyata hal semacam ini tidak mengancam umat muslim lainnya. Tidak hanya orang-orang dikampus ISTC saja, ternyata penduduk setempat juga kebanyakan memiliki pemikiran yang sangat terbuka untuk tidak menilai orang dari rumor yang beredar. Sehingga, umat muslim disana pun tidak perlu merasa takut dan terancam atas peristiwa Charlie Hebdo yang dilakukan teroris atas nama Islam itu. Saya pun semakin merasa tenang dan aman untuk melanjutkan hidup saya seperti biasa, seiring dengan peristiwa tersebut yang lama kelamaan semakin tidak diperbincangkan warga lagi (Siti Meidina, mahasiswa pertukaran pelajar Marcomm Binus-ISTC, Lille, Prancis)