Quarter-Life Crisis : Menyiksa Atau Membangun?
Aku sedang mengalami depresi di tahun kuliahku. Tugas, ujian, pertemanan sosial serta pemikiran akan masa depan selalu mengganggu hari-hari. Seringkali terpikirkan bagaimana aku mengenal diriku, bagaimana aku merawat diriku dan bagaimana aku mencintai diriku. “Kenapa aku melakukan ini?” dan “Siapa sebetulnya aku?” Itulah kalimat yang biasa aku lontarkan kepada teman-teman dan keluarga. Kebingungan tentang untuk apa aku hidup ketika merasa tersiksa oleh kehidupan itu sendiri, apakah hanya aku yang merasakan seperti ini?
Kehidupan bermasyarakat memberikan banyak tekanan kepada mereka di usia 20-an untuk mencari tahu tujuan dan arti dari kehidupan mereka. Pertanyaan-pertanyaan seperti kenapa saya lahir atau untuk apa saya harus hidup di dunia seringkali terpikir oleh remaja saat ini. Seakan-akan para dewasa muda di umur 20-an kehilangan jati dirinya.
Krisis Quarter-Life
Ini adalah krisis kehidupan kuartal. Ini adalah perasaan di belakang kepala yang mungkin baru saja kita sia-siakan beberapa tahun terakhir dari hidup kita atau kita tidak menjalani kehidupan sesuai dengan yang kita inginkan untuk hidup. Krisis Quarter-Life diperparah oleh perasaan seperti menjalani hidup yang berada di luar kendali kita. Perasaan ketidaknyamanan ketika menjalani hidup yang ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi.
Kita dapat mengendalikan krisis kehidupan seperempat ini. Tidak hanya itu, bahkan kita dapat memanfaatkannya sebagai kesempatan untuk mengendalikan arah dan kecepatan hidup sesuai dengan kompetensi. Bagaimana sih cara kita menyikapi krisis yang seakan menyiksa ini dan merubahnya menjadi proses pendewasaan diri?
- Hidup di hari ini!
“No valid plans for the future can be made by those who have no capacity for living now.” – Alan Watts.
Membayangkan tentang masa depan tidak akan ada habisnya, karena kita sedang menerka sesuatu yang belum kita rasakan. Kita tidak akan bisa membuat perencanaan tentang masa depan kalau kita belum mengetahui bagaimana cara untuk menikmati saat ini. Nikmati dan syukuri hari ini seakan-akan semua yang terjadi saat ini sangatlah berharga. Lebih dari benar bahwa hanya dengan hidup di masa sekarang kita benar-benar menikmati semua kesenangan hidup. Terlebih lagi, kita menghilangkan rasa takut akan masa depan, kecemasan atau depresi. Membuat rencana untuk masa depan hanya berguna bagi mereka yang tahu bagaimana menikmati masa depan ini ketika tiba. Tidak ada gunanya hidup untuk masa depan ketika kita tidak menjalaninya ketika tiba. Belajar untuk menikmati sekarang dan Anda akan dapat menikmati semua hal lain yang datang pada Anda!
- Berikan hadiah pada dirimu sendiri, tiap hari!
“Love yourself first and everything else falls into line. You really have to love yourself to get anything done in this world.” – Lucille Ball
Pada umumnya manusia membutuhan apresiasi atau penghargaan atas pencapaiannya dalam hidup. Barangkali kita selalu beranggapan bahwa kita membutuhkan apresiasi dari orang lain. Padahal sebenarnya tanpa bergantung kepada orang lain, kita juga dapat menghargai diri sendiri dengan hal sederhana. Dimulai dari memikirkan dan menyimpulkan hal-hal apa saja yang sudah kita capai. Bayangkan semua aspek positif yang kita miliki dan mencoba untuk membanggakan itu semua. Berbanggalah kepada diri sendiri. Luangkan waktu sejenak setiap harinya untuk melihat kepada diri sendiri dan coba untuk apresiasi seluruh aspek-aspek yang ada dalam diri kita.
- Ambil Risiko Terbesar
Menjadi “konservatif” di usia 20-an adalah sesuatu yang benar-benar harus diperdebatkan. Terutama jika Anda tidak berhutang. Ketika kita masih muda, hal nomor satu yang harus kita fokuskan adalah mengeksekusi perilaku atau kegiatan yang berisiko paling tinggi dalam hidup kita. Alasan terbesar mengapa begitu banyak orang menjadi tidak bahagia adalah bahwa mereka menjalankan hidup dalam “kebalikannya.” Mereka berusaha untuk mencari pekerjaan yang aman dan praktis segera setelah lulus sekolah, walaupun tidak sesuai dengan cita-cita atau minat. Gaya hidup yang sudah menjadi lumrah bagi mereka seperti membeli barang-barang mahal untuk mengesankan orang sekitar dan teman-teman mereka. Kemudian, menjadi kurang praktis untuk berhenti dari pekerjaan mereka karena mereka dikekang dengan biaya hidup. Sebaliknya, buat gerakan berisiko tinggi di sekitar hal yang akan membuat kita bahagia.
- Bangun keyakinan diri
Kita bisa lebih siap untuk menjalani hidup dengan menguasai hal-hal kecil. Kebiasaan self-efficacy atau keyakinan diri yang tinggi dapat membantu kita memahami diri sendiri karena mampu mengambil apa pun yang bisa diberikan kehidupan kepada kita. Keyakinan diri adalah persepsi yang memandang bahwa diri sendiri mampu dan kompeten. Implementasi dari keyakinan diri sebenarnya hanya memerlukan dua hal, yaitu melakukan apa yang harus dilakukan dan lakukan hal yang lebih sulit.
- Ketahui arah hidupmu
Kembangkan rencana hidup. Ketahui apa yang ingin kita hindari dan apa yang kita inginkan.
Hal ini sebetulnya memang terdengar mudah, namun banyak sekali mereka yang menjalani hidupnya tanpa perencanaan yang baik. Permasalahan yang sering terlihat ialah mereka belum mengetahui hal-hal baik maupun hal-hal buruk bagi mereka. Seringkali kita tidak memahami bagaimana cara mencari tahu apa yang kita inginkan. “Bergerak menuju hal-hal yang baik” hanya membantu jika kita tahu apa “hal baik” itu. Kita juga bisa menjauhi “hal-hal buruk” bila kita memiliki gagasan yang lebih baik tentang seperti apa “hal-hal buruk” itu.
Jangan malu dengan fakta bahwa kita mengalami krisis seperempat kehidupan. Krisis seperti ini sudah semakin marak terlihat di dalam kehidupan generasi muda. Namun, bukan berarti kita dapat mencari kenyamanan dalam rasa malu tersebut. Ketahuilah bahwa kita dapat melarikan diri dari lubang ini dan menjalani hidup kita sesuai yang diimpikan sejak dini. Semua itu hanya perlu dimulai dan dibawa ke arah yang lebih baik
Comments :