Expectation vs reality?
Kedatangan saya kali pertama ke studio Metro Tv memang sangat membuat saya terkesima. Penataan panggung, dekorasi dan semuanya terasa sempurna dan tertata. Saya yang duduk di sayap kanan studio tentunya masih bisa melihat ke segala arah. Para audience sibuk sana-sini mencari kursi, floor director yang sibuk mengatur jalannya acara, kapan saat kita bertepuk tangan dan bersorak gembira, dan kapan kita berhenti. Andi F Noya, sang presenter kondang yang dulunya berambut kribo dan sekarang memutuskan untuk memotong seluruh rambutnya hingga kepalanya lebih terlihat seperti lampu bohlam, membawakan acara dengan sangat baik. Tak luput dari candaan, lontaran-lontaran tebak-tebakan dan juga tentunya suara tawa para audience. 4 narasumber yang diundang datang pada kesempatan kali ini juga sangat inspiratif. Dari seorang wanita berumur 79 tahun yang baru memulai S1 nya diumur 65 tahun, sampai seorang pria berumur 65 tahun yang memiliki sejuta kemampuan juga 15 gelar sarjana dan masih terus mencarinya. Yang menarik perhatian saya kali ini, lebih kepada penataan panggung dan juga studio yang bisa dibilang berbeda dengan apa yang penonton saksikan di rumah. Apa yang tertampilkan di tv studio terlihat luas dan lebar, sementara pada aslinya ruangan terasa lebih sempit dan tidak seperti apa yang kita lihat pada layar kaca. Penataan latar yang terlihat indah, dan menarik, ternyata hanya sebuah triplek yang diolesi cat warna-warni. Tak pernah terfikirkan di benak saya kalau latar tersebut tidak besar dan ternyata hanyalah sebuah triplek. Saya yang duduk cukup jauh dari panggung, rasanya tak akan muncul di tv. Semuanya terasa begitu berbeda! Sebuah pengalaman yang sangat berharga untuk saya, rasanya ingin sekali berada di studio sebagai seorang pekerja. Kalau sudah bekerja, mungkin ruangan studio tidak terasa kecil lagi, ya? (Denize Ruziqa, 1801428485)
Comments :