Anxiety atau kecemasan adalah respons alami tubuh terhadap stres. Namun, ketika kecemasan ini berlebihan dan tidak terkendali, hal ini bisa mengganggu kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal komunikasi. Mengidentifikasi tanda-tanda anxiety yang berlebihan dalam diri kita bisa membantu mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya.

Salah satu tanda umum anxiety berlebihan dalam komunikasi adalah kesulitan berbicara di depan umum. Banyak orang merasa gugup saat harus berbicara di depan umum, tetapi jika kecemasan ini menyebabkan keringat berlebihan, gemetar, atau bahkan serangan panik, ini bisa menjadi tanda bahwa anxiety yang dialami sudah berlebihan. Perasaan takut yang melumpuhkan sebelum berbicara atau presentasi sering kali menjadi indikator yang jelas.

Menghindari interaksi sosial juga merupakan tanda lain dari anxiety yang berlebihan. Seseorang yang mengalami kecemasan mungkin cenderung menghindari situasi sosial karena takut dihakimi atau ditolak. Mereka mungkin menolak undangan ke acara-acara sosial atau mencari alasan untuk tidak hadir. Ketakutan akan penilaian negatif dari orang lain dapat membuat seseorang menarik diri dari lingkaran sosial mereka.

Selain itu, anxiety dapat mempengaruhi cara kita berbicara. Beberapa orang mungkin berbicara terlalu cepat karena merasa tegang dan ingin segera menyelesaikan percakapan, sementara yang lain mungkin berbicara terlalu lambat atau terbata-bata karena pikiran mereka terlalu dipenuhi dengan kekhawatiran. Ketidakseimbangan ini dalam ritme bicara sering kali merupakan tanda bahwa seseorang sedang mengalami kecemasan yang berlebihan.

Perubahan dalam pola komunikasi juga bisa menjadi tanda anxiety. Misalnya, seseorang mungkin menjadi sangat perfeksionis dalam berbicara, takut membuat kesalahan kecil, atau mungkin merasa perlu untuk mengulang-ulang apa yang mereka katakan untuk memastikan tidak ada yang salah. Hal ini tidak hanya mempengaruhi kualitas komunikasi, tetapi juga bisa membuat percakapan menjadi tidak nyaman bagi kedua belah pihak.

Mengidentifikasi tanda-tanda ini dalam diri kita sendiri atau orang lain adalah langkah pertama yang penting untuk mengatasi anxiety. Jika merasa mengalami tanda-tanda tersebut, penting untuk mencari bantuan profesional seperti psikolog atau konselor yang dapat memberikan strategi coping yang efektif. Mengelola kecemasan dengan baik dapat meningkatkan kualitas hidup dan komunikasi kita.

 

Referensi:

Davis, T. M. (2012). An Analysis of Communication Anxiety and Reading Comprehension in Sixth, Seventh, adn Eighth Grade Students. A Dissertation University Central Florida.

Guntzviller, L. M., Yale, R. N., & Jensen, J. D. (2016). Foreign Language Communication Anxiety Outside of a Classroom: Scale Validation and Curvilinear Relationship With Foreign Language Use. Journal of Cross-Cultural Psychology, 47(4), 605-65. http://dx.doi.org/10.1177/0022022116635743

Kim, L. T., & Oh, S. (2023). Predicting Telephone Anxiety: Use of Digital Communication Technologies, Language and Cultural Barriers, and Preferences for Phone Calls. Communication Research Reports, http://dx.doi.org/10.1080/08824096.2023.2221845

Muslimin, K. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Berkomunikasi di Depan Umum (Kasus Mahasiswa Fakultas Dakwah INISNU Jepara). Jurnal Interaksi, 2(2), 42-52. https://doi.org/10.14710/interaksi.2.2.145-155

Prentiss, S. (2021). Speech Anxiety in the Communication: Classroom During the COVID-19 Pandemic: Supporting Student Success. Frontiers in Communication, 6. https://doi.org/10.3389/fcomm.2021.642109

Xiang, H., Lou, J., Zhou, J., & Zhou, Z. (2023). Older Adults’ Prevention and Communication to Beat Anxiety: the Dimisihing Utility of Proactive Coping Actions.  Universal Access in the Information Society, 22, 1425-1444. https://doi.org/10.1007/s10209-022-00915-6