Pandemi COVID-19 di Indonesia telah memasuki bulan ke tujuh, bermula dari adanya warga Depok yang terkena virus Corona pada bulan Februari 2020 lalu, kemudian tersebar ke hampir seluruh Provinsi di Indonesia sampai pada hari ini. Berbagai cara sudah dilakukan pemerintah untuk mencegah besarnya penyebaran virus, seperti mensosialisasikan masyarakat untuk tetap berada di rumah, kemudian Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan di beberapa daerah yang rentan terhadap penyebaran virus, hingga pemerintah mulai memberlakukan protokol new normal saat ini.

Seiring dengan perubahan kebijakan yang diberlakukan pemerintah, masyarakat terus beradaptasi dengan kebiasaan dan pola hidup yang baru. Seperti di saat-saat baru terjadinya pandemi, masyarakat diperintahkan untuk beraktivitas di rumah, bekerja, sekolah, dan lain sebagainya. Masyarakat dipertemukan dengan rutinitas dan pola hidup yang baru, pandemi seakan memaksa masyarakat untuk mencari aktivitas yang hanya bisa dilakukan di rumah, seperti membaca, berolahraga, menikmati waktu luang bersama keluarga, atau memulai hobi baru yang tak pernah terealisasi, seperti berkebun misalnya. Namun, permasalahan baru muncul, kebosanan dan rasa jenuh kini melanda masyarakat, yang pada akhirnya malah membuat masyarakat menjadi kurang produktif, kemudian mendorong masyarakat untuk kembali beraktivitas di luar rumah, salah satunya yaitu bersepeda.

Selain dapat menghibur, bersepeda adalah olahraga yang memiliki banyak manfaat kesehatan, seperti mengontrol berat badan, menjaga kesehatan jantung, meminimalisir risiko diabetes, dan meningkatkan kesehatan mental. Kini, ketika kita berada di jalan, kita akan seringkali dipertemukan dengan masyarakat yang sedang menggowes sepedanya, entah seorang diri ataupun beramai-ramai. Apalagi setelah pemberlakuan new normal diterapkan, yaitu aturan yang mengatur masyarakat agar senantiasa memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, masyarakat semakin leluasa untuk keluar rumah untuk bersepeda, walaupun sekedar berkeliling kompleks. Namun, muncul pertanyaan, apakah ketika sedang bersepeda kita tetap diharuskan memakai masker? Sedangkan, ketika berolahraga, akan lebih baik jika kita bisa bernafas dengan lega.

Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, Andika Raspati mengatakan bahwa bersepeda termasuk bagian dari olahraga kardio, jenis olahraga yang berfokus untuk meningkatkan denyut nadi. Andika menambahkan, meningkatnya denyut jantung tersebut perlu diperhatikan sebab sejumlah orang dapat mengalami efek samping. Salah satunya adalah serangan jantung. Oleh karena itu, kita harus bisa mengatur nafas ketika bersepeda, apalagi masker seringkali membuat kita kesulitan bernafas.

Patrick Davitt, direktur program ilmu sains kesehatan mengatakan, jika dengan bersepeda akan mengurangi intensitas kita untuk berinteraksi dengan orang lain dari jarak dekat, maka kita diperkenankan untuk tidak menggunakan masker. Namun, Davitt menambahkan, jika kita tahu bahwa kita akan bertemu dengan pesepeda lain di jalur yang sama, maka disarankan untuk menggunakan masker, untuk menghindari terjadinya penyebaran virus.

Selama masa pandemi masih berlangsung, bersepeda dapat menjadi hiburan yang sehat dan menyenangkan, asalkan kita tetap bisa menjaga jarak dan mematuhi aturan pemerintah. Semoga saja, bersepeda tidak hanya menjadi trend yang sementara, namun kembali menjadi budaya yang sejak dulu dilestarikan. Stay safe and sound!

By: M. Chairul Bari