Perkembangan teknologi informasi telah mengubah cara mahasiswa memperoleh pengetahuan. Media sosial kini tidak hanya menjadi ruang hiburan, tetapi juga wadah edukasi yang efektif. Platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok semakin banyak dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi, berbagi wawasan, serta meningkatkan kesadaran digital di kalangan mahasiswa.

Salah satu bentuk konten edukatif yang paling diminati adalah video edukasi. Formatnya yang visual dan auditori membuat pesan lebih mudah dipahami dan menarik untuk diikuti. Melalui video, mahasiswa dapat belajar menyaring informasi secara kritis, memahami konsep yang abstrak, dan mengembangkan keterampilan digital secara interaktif. Konten semacam ini terbukti mampu menumbuhkan rasa ingin tahu, meningkatkan motivasi belajar, serta menjadikan mahasiswa lebih adaptif terhadap perubahan teknologi.

Namun, di balik efektivitasnya, video edukasi juga memiliki tantangan. Tidak semua konten yang beredar di media sosial diverifikasi kebenarannya. Banyak video yang mengandung bias, informasi dangkal, bahkan misinformasi. Hal ini dapat menurunkan kemampuan analisis mahasiswa dan menimbulkan persepsi keliru terhadap isu-isu penting. Selain itu, algoritma media sosial cenderung mengutamakan konten yang menarik secara visual, bukan yang paling edukatif. Akibatnya, mahasiswa lebih sering terpapar konten hiburan ketimbang informasi bermuatan pendidikan.

Oleh karena itu, literasi digital menjadi kompetensi penting yang harus dimiliki mahasiswa di era digital. Literasi digital tidak hanya berarti kemampuan menggunakan teknologi, tetapi juga mencakup etika berinternet, keamanan data pribadi, serta kemampuan berpikir kritis terhadap setiap informasi yang diterima. Dengan literasi digital yang baik, mahasiswa dapat memanfaatkan video edukasi secara optimal dan bijak, menjadikannya alat untuk membangun pengetahuan, bukan sekadar konsumsi visual.

Pada akhirnya, video edukasi di media sosial akan benar-benar berdampak positif jika diiringi dengan kesadaran kritis dan pemahaman etis dalam penggunaan teknologi. Dengan demikian, mahasiswa dapat tumbuh sebagai generasi yang cerdas, kreatif, dan melek informasi di tengah derasnya arus digitalisasi.