Di era digital yang serba cepat ini, muncul fenomena unik dari generasi Z: mereka lebih memilih menonton konten singkat di media sosial ketimbang membaca berita dari media konvensional. Coba aja lihat sekeliling—nggak sedikit yang lebih paham soal isu terkini dari TikTok, YouTube Shorts, atau Instagram Reels, daripada dari artikel berita panjang. Nggak heran, karena gaya hidup Gen Z memang ditandai dengan kebutuhan informasi instan dan visual yang menarik. Mereka tumbuh dengan budaya scroll cepat, notifikasi real-time, dan akses ke jutaan konten dalam hitungan detik. Jadi, ketika disodori berita dengan paragraf panjang dan bahasa yang kaku, banyak yang merasa itu terlalu melelahkan untuk diikuti.

Salah satu alasan utama kenapa Gen Z lebih nyaman dengan konten visual adalah karena penyampaiannya yang cepat, padat, dan mudah dimengerti. Sebuah video berdurasi 15 hingga 60 detik seringkali sudah cukup untuk menjelaskan satu topik secara ringkas, apalagi jika dikemas dengan gaya yang menarik dan relatable. Konten kreator juga biasanya menggunakan bahasa sehari-hari yang lebih membumi dan tidak terlalu formal, sehingga terasa lebih personal dan dekat. Hal ini sangat berbeda dengan berita konvensional yang seringkali menggunakan istilah-istilah teknis atau bahasa yang terlalu formal.

Selain itu, ada juga faktor trust issue terhadap media tradisional. Sebagian Gen Z mulai skeptis terhadap media besar yang dianggap memiliki agenda atau kepentingan tertentu. Sebaliknya, mereka lebih percaya dengan konten kreator yang menyampaikan opini secara jujur, apa adanya, dan terkesan lebih independen. Bahkan banyak dari mereka yang secara aktif mengikuti kreator tertentu sebagai sumber utama informasi. Ditambah lagi, algoritma media sosial yang pintar membaca minat pengguna membuat mereka semakin betah berada di platform tersebut. Tanpa perlu mencari, konten yang mereka butuhkan sudah muncul sendiri di timeline.

Namun tentu saja, semua ini tidak lepas dari sisi negatif. Konsumsi informasi yang terlalu cepat dan tanpa filter bisa membuat Gen Z lebih rentan terhadap hoaks atau misinformasi, terutama jika mereka tidak terbiasa memverifikasi sumber. Oleh karena itu, meski cara mereka mengakses berita kini berbeda, penting juga untuk menyeimbangkan antara hiburan dan literasi media. Cek fakta, bandingkan sumber, dan jangan langsung percaya dengan apa yang viral.

Jadi, wajar banget kalau Gen Z lebih suka lihat konten daripada baca berita. Tapi yang penting, bukan cuma soal cara kita menerima informasi, tapi juga seberapa kritis kita menanggapinya. Kamu sendiri, tim baca berita panjang atau tim video 1 menit?

Referensi:

https://www.wokewaves.com/posts/gen-z-news-consumption?utm_source=chatgpt.com