Lebih dari empat dekade sejak istilah glass ceiling pertama kali diperkenalkan oleh Marilyn Loden pada 1978, batas tak kasat mata ini masih menjadi kenyataan pahit bagi banyak perempuan di dunia kerja. Bukan hanya simbol hambatan struktural dan budaya, glass ceiling juga menjadi cermin bagaimana sistem yang ada perlahan mengikis kepercayaan diri perempuan. Tak terlihat secara fisik, tapi dampaknya terasa jelas: perempuan merasa diragukan, dilewatkan, bahkan tidak diberi ruang untuk memimpin meski memiliki kompetensi, pengalaman, dan dedikasi yang tak kalah dari rekan laki-lakinya.

Menurut laporan McKinsey tahun 2024, hampir setengah posisi entry-level (48%) diisi oleh perempuan. Namun seiring jenjang karier yang meningkat, angka ini terus menurun. Hanya sebagian kecil perempuan yang berhasil menembus posisi senior, apalagi eksekutif. Di titik-titik tertinggi kepemimpinan, kehadiran perempuan masih tergolong langka — seakan ada atap kaca yang tidak terlihat namun begitu sulit ditembus.

Fenomena ini tidak terjadi karena kurangnya kemampuan atau ambisi. Banyak perempuan yang menunjukkan kinerja luar biasa, namun tetap terhambat oleh stereotip gender, bias tidak sadar (unconscious bias), dan minimnya sistem pendukung seperti fleksibilitas kerja dan fasilitas ramah perempuan. Tantangan makin berat ketika perempuan juga dihadapkan pada ekspektasi ganda: berprestasi di kantor, sekaligus mengemban peran utama dalam kehidupan domestik.

Yang paling menjadi sorotan, kepercayaan diri sering kali menjadi titik kritis. Budaya yang telah lama menempatkan laki-laki sebagai sosok pemimpin secara tidak langsung membentuk narasi bahwa pemimpin perempuan cenderung lebih emosional dan kurang tegas. Bahkan, perempuan sudah terbiasa ditempatkan pada peran administratif, bukan pengambil keputusan. Alhasil, banyak perempuan yang ragu untuk mengekspresikan ide, takut mengambil peluang besar, atau bahkan enggan menunjukkan ambisi secara terbuka karena takut dianggap “terlalu agresif.”

Namun di tengah tantangan ini, harapan tetap menyala. Generasi muda, khususnya perempuan, mulai berani melawan narasi lama. Mereka tidak tinggal diam menghadapi glass ceiling, melainkan mencari cara untuk meruntuhkannya. Salah satu inisiatif yang muncul adalah Your Powher, komunitas yang digagas oleh tiga mahasiswi BINUS University: Kaori Kirsten, Kezia Bong, dan Vannesa Diyanto.

Lewat acara bertajuk “Dari Diri ke Dunia: Berkarya dengan Percaya Diri melalui Portofolio yang Kuat” pada 17 Mei 2025 lalu di StartSpace Tanah Abang, Your Powher memulai langkah awal dalam mendorong perempuan muda untuk menunjukkan jati diri dan potensi mereka tanpa rasa takut.

Megawati Rusdianto, pendiri platform edukasi Perempuan Threads, membuka seminar dengan menggambarkan bagaimana self confidence dan personal branding yang selaras dengan nilai pribadi bisa menjadi kekuatan perempuan dalam menavigasi ruang publik. Sementara itu, dalam sesi workshop, Arfiana Maulina, pendiri WateryNation sekaligus content creator, mengajak peserta merancang portofolio yang tidak hanya kuat secara teknis, tetapi juga mencerminkan nilai dan identitas diri dengan optimal.

Pada sesi terakhir, peserta dipersilakan untuk mempresentasikan portofolio yang telah mereka susun di hadapan forum. Momen ini menjadi ruang latihan untuk menyampaikan karya secara terbuka, mengubah keraguan menjadi langkah berani, sekaligus membuktikan bahwa proses yang dijalani dengan jujur memiliki tempat untuk diapresiasi. Portofolio tak hanya dipandang sebagai kumpulan karya, melainkan bentuk refleksi dari segala proses jatuh bangun, value yang diyakini, hingga arah yang ingin dituju.

Kita dapat melihat bahwa kepercayaan diri bisa tumbuh ketika perempuan diberi kesempatan untuk mengenal dan mengakui kekuatannya. Perjalanan setiap orang punya arti tersendiri, dan segala upaya yang telah dilakukan layak dihargai. Selama batas tak terlihat itu masih ada, suara perempuan harus terus diperjuangkan. Sebab setiap langkah maju yang diambil satu perempuan, membuka jalan bagi banyak perempuan lainnya untuk ikut melangkah.

#StepUpandStandOut

Referensi:

McKinsey & Company, & LeanIn.Org. (2024). Women in the workplace 2024: The 10th-anniversary report. https://www.mckinseey.com/featured-insights/diversity-and-inclusion/women-in-the-workplac