Analisis Teori Komunikasi dalam Film Jumbo: Kolaborasi Kreatif Anak Bangsa
Film Jumbo (2025) merupakan salah satu karya sinema Indonesia yang menarik untuk dikaji dari perspektif teori komunikasi. Film yang disutradarai dan ditulis oleh Ryan Adriandhy (@adriandhy), alumni BINUS, ini menawarkan narasi unik dengan pendekatan visual yang memukau. Selain itu, kolaborasi dengan Garry Liwang (@garryliwang) sebagai Editing, Lighting, Rendering, dan Compositing (ELRC) Supervisor turut memperkaya kualitas teknis film ini.
Melalui lensa teori komunikasi, kita dapat mengungkap bagaimana Jumbo menyampaikan pesan melalui simbol, narasi, dan teknik sinematik. Artikel ini akan membahas beberapa teori komunikasi yang relevan dengan film Jumbo, sekaligus mengapresiasi kontribusi kreatif anak bangsa di balik produksinya.
Teori Komunikasi dalam Film Jumbo:
- Teori Semiotika (Tanda dan Simbol)
Semiotika, yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce, mempelajari bagaimana tanda dan simbol menyampaikan makna. Dalam film Jumbo, penggunaan visual dan metafora dapat ditafsirkan melalui pendekatan ini.
– Karakter dan Kostum: Desain karakter Jumbo yang besar dan berwarna-warni bisa menjadi simbol keberanian atau keunikan individu di tengah tekanan sosial.
– Setting dan Warna: Penggunaan palet warna cerah dan kontras mungkin merepresentasikan konflik batin atau dinamika emosional tokoh.
- Teori Naratif (Storytelling)
Teori naratif Walter Fisher menyoroti bagaimana cerita (storytelling) memengaruhi persepsi penonton. Jumbo menggunakan struktur naratif yang tidak konvensional, memadukan elemen fantasi dengan realita, sehingga menciptakan pengalaman sinematik yang imersif.
– Plot Nonlinear: Alur yang tidak selalu linear memaksa penonton untuk aktif menafsirkan makna.
– Dialog Simbolik: Percakapan antar tokoh sering kali mengandung makna tersirat, memerlukan analisis mendalam dari sudut pandang komunikasi.
- Teori Efek Media (Uses and Gratifications)
Teori ini meneliti bagaimana audiens memanfaatkan media untuk memenuhi kebutuhannya. Film Jumbo bisa dinikmati sebagai:
– Eskapisme: Penonton mencari pelarian dari realita melalui dunia fantasi film.
– Pemahaman Diri: Beberapa penonton mungkin mengidentifikasi diri dengan karakter atau konflik yang dihadapi.
Kontribusi Kreatif Anak Bangsa dalam film Jumbo
Keberhasilan film Jumbo tidak lepas dari kolaborasi tim kreatif yang sebagian besar merupakan alumni Binus dan profesional muda Indonesia.
- Ryan Adriandhy: Visi Kreatif sebagai Sutradara dan Penulis
Sebagai lulusan BINUS, Ryan Adriandhy membawa pendekatan segar dalam penulisan dan penyutradaraan. Latar belakang pendidikannya memengaruhi cara ia membangun narasi dan karakter yang kompleks namun relatable.
- Garry Liwang: Keahlian Teknis di Balik Layar
Garry Liwang, sebagai ELRC Supervisor, memastikan aspek teknis seperti pencahayaan, rendering, dan compositing mendukung visi artistik film. Kontribusinya sangat krusial dalam menciptakan atmosfer visual yang memukau.
Film Jumbo tidak hanya menghibur, tetapi juga layak dikaji melalui berbagai teori komunikasi seperti semiotika, narasi, dan efek media. Kolaborasi kreatif anak bangsa, seperti Ryan Adriandhy dan Garry Liwang, membuktikan bahwa industri film Indonesia memiliki talenta yang mampu bersaing di tingkat global. Dengan pendekatan akademis dan apresiasi terhadap karya lokal, Jumbo menjadi bukti bahwa sinema Indonesia terus berkembang baik secara konten maupun teknik produksi.
sumber: Binus TV
Referensi:
– Fisher, W. (1984). Narration as a Human Communication Paradigm.
– Saussure, F. de. (1916). Course in General Linguistics.
– Wawasan produksi film Jumbo dari wawancara dan media sosial kreator (@adriandhy dan @garryliwang).
#JumboFilm #SinemaIndonesia #TeoriKomunikasi #AnakBangsaBerkarya
Comments :