Los Angeles, AS. Citizen journalist alias jurnalis warga semakin mendapat tekanan dari berbagai pihak terkait perannya dalam membangun opini di masyarakat. Hal tersebut ditemukan dosen komunikasi Binus University, Indra Prawira, Phd yang bekerja sama dengan Mastura Mahamed, Phd dari Universiti Putra Malaysia dalam riset mereka berjudul Citizen Journalism Under Pressure; The Case of Indonesia, Malaysia, and the Philippines.

Artikel yang terbit di jurnal ternama Journalism – Scopus quartile satu tersebut menyoroti dinamika pewarta warga yang mulai mendapatkan perhatian Masyarakat di ketiga negara. Namun kemudian pewarta warga mendapatkan tekanan peraturan perundangan, politisi, bahkan dari jurnalis professional. Di Indonesia dan Malaysia, jurnalis warga mendapatkan tuntutan hukum sementara di Filipina ancaman fisik hingga pembunuhan menghantui jurnalis.

Indra dan Mastura menemukan bahwa perkembangan jurnalisme warga di ketiga negara memiliki kesamaan dari segi politik, ekonomi maupun kultural. Jurnalis professional mulai mengambil alih peran jurnalis warga karena jurnalisme warga mulai memberikan pendapatan yang layak dari pengelola aplikasi ataupun penerbit. Jurnalis professional memberikan pelatihan bagi jurnalis warga dan menerapkan etika jurnalisme pada konten jurnalisme warga. Belakangan konten yang dibuat jurnalis warga menjadi materi gratis bagi jurnalis professional. Secara politik, jurnalis warga juga bersaing dengan politisi pendukung pemerintah untuk mendapatkan perhatian masyarakat.

Penelitan Indra dan Mastura ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai perkembangan jurnalisme warga kontemporer khususnya di tiga negara Asean sehingga berkontribusi pada studi jurnalisme dan praktik jurnalisme.

Artikel akademik Indra dan Mastura bisa diakses di link sebagai berikut;

Prawira, I., & Mahamed, M. (2024). Citizen journalism under pressure: The case of Indonesia, Malaysia and the Philippines. Journalism, 0(0). https://doi.org/10.1177/14648849241269271.