Perspektif Ilmu Komunikasi dalam Drama Queen of Tears
Binusian! Kalian sudah lihat drakor yang akhir-akhir ini viral belum? Ya, akhir-akhir ini ada drakor yang viral di berbagai platform media sosial lho, judulnya adalah Queen of Tears! Saking viralnya, episode 16 dari drakor ini mendapat rating 24,850 persen yang dimana terpaut tipis dengan rekor rating CLOY, yakni 21,683 persen.
Drama Queen of Tears ini tentang apa sih? Drakor Queen of Tears mengusung genre romantic comedy yang menceritakan kisah kehidupan pasangan suami istri yang menghadapi konflik di usia tiga tahun pernikahannya. Konflik pasangan ini berkelanjutan karena mereka tidak berkomunikasi dengan baik, keduanya memiliki asumsi masing-masing tetapi jarang dikomunikasikan sehingga seringkali terjadi kesalahpahaman diantara mereka. Ditambah dengan faktor eksternal seperti ibu Hae In yang tidak suportif dan hubungan Hyun Woo dengan Yoon Eun-seong yang buruk menambah beban bagi pasangan ini.
Nah, konflik-konflik tersebut bisa kita kaitkan dengan teori komunikasi lho. Mari kita Simak penjelasannya berikut ini.
Hambatan dalam Komunikasi
Hyun Woo dan Hae In adalah pasangan yang saling mencintai pada awalnya hingga konflik terjadi dan komunikasi keduanya terhambat oleh yang disebut hambatan psikososial. Hambatan psikososial adalah kondisi dimana perasaan yang sedang dialami seseorang mempengaruhi interpretasi pada pesan yang disampaikan dan biasanya berujung pada kesalahpahaman. Inilah yang terjadi pada Hyun Woo dan Hae In, ketika mereka sedang berduka karena kehilangan calon bayinya, Hae In memutuskan untuk menghilangkan segala hal tentang calon bayinya tersebut tetapi Hyun Woo malah tidak dapat merelakan calon bayinya dan tidur di kamar calon bayinya. Akibatnya Hyun Woo menganggap bahwa Hae In sangat dingin dan mereka memutuskan untuk makan dan tidur terpisah akibat kesalahpahaman ini. Kejadian ini semakin buruk karena tidak ada satu pihak yang mengutarakan perasaan yang sedang dialaminya dan mencoba memperbaiki keadaan. Duhh..
Teori Atribusi
Kompleksitas hubungan mereka juga disebabkan oleh asumsi terhadap masing-masing pihak yang terbentuk dari deretan kejadian yang dialami. Hyun Woo menganggap Hae In adalah wanita yang dingin dan egois karena seringkali bersikap acuh tak acuh padanya. Fenomena ini dapat dikaitkan dengan teori atribusi yang meyakini bahwa sikap dan karakteristik suatu individu memiliki peran dalam tiap peristiwa yang dialami individu tersebut. Contohnya adalah Hyun Woo yang memilih untuk memendam perasaannya karena menganggap Hae In tidak akan mendengarkannya setelah Hae In berulang kali bersikap dingin pada Hyun Woo. Hal inilah yang menjadi tembok besar diantara mereka dan tugas mereka adalah menghancurkan tembok tersebut untuk memulihkan keadaan.
Nah, penjelasan di atas juga bisa diaplikasikan pada kehidupan kita sehari-hari. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, hambatan psikososial sering kita alami ketika kita atau orang lain sedang dalam mood yang tidak baik dan menjadi mudah marah atau tersinggung jika diajak berinteraksi. Hambatan psikososial bukanlah satu-satunya hambatan dalam komunikasi, ada juga hambatan proses, hambatan fisik, dan hambatan sematik. Keempat hambatan tersebut bisa saja terjadi secara bersamaan. Seperti skenario ketika pacar teman-teman sedang badmood lalu kalian voice call untuk menenangkan hatinya, tetapi internet kalian buruk dan voice call tidak berjalan lancar, akibatnya pacar kalian makin marah. Nah, sudah ada 3 hambatan dalam skenario tersebut, yakni hambatan proses, hambatan fisik, dan hambatan psikososial.
Teori atribusi sering mengambil peran dalam kehidupan kita. Ketika kita dihadapkan pada situasi yang menimbulkan pertanyaan tentang mengapa seseorang bertindak atau mengalami sesuatu, kita cenderung membuat atribusi untuk menjelaskan perilaku tersebut. Sebagai contoh, saat seorang teman terlambat dalam pertemuan, kita mungkin cenderung membuat atribusi internal atau eksternal terhadap perilakunya. Jika kita percaya bahwa teman tersebut terlambat karena sengaja mengabaikan tanggung jawabnya (atribusi internal), kita mungkin merasa frustrasi atau marah. Namun, jika kita memahami bahwa keterlambatan itu disebabkan oleh kemacetan lalu lintas yang tidak terduga (atribusi eksternal), kita mungkin lebih bersimpati dan memahami situasinya dengan lebih baik.
Dengan memahami konsep-konsep dalam teori komunikasi seperti hambatan dan teori atribusi, kita dapat lebih bijaksana dalam menghadapi berbagai konflik dan tantangan dalam hubungan interpersonal. Seperti yang tergambar dalam drama Queen of Tears, komunikasi yang baik dan pemahaman terhadap perspektif orang lain dapat menjadi kunci untuk memperbaiki hubungan yang retak. Melalui pemahaman ini, kita dapat memperkaya dan memperkuat hubungan kita dengan orang-orang di sekitar, menjadikan kita lebih efektif dalam berinteraksi.
Semangat mendalami Ilmu Komunikasi dalam film dan drakor yaaa !!
Comments :