Kalian pernah ga merasakan lapar yang luar biasa, sampai-sampai perut kalian terasa seperti diperas? Lalu, kalian mampir ke suatu restoran yang ada di dekat kalian dan ternyata restoran tersebut harus order melalui QR Code. Bagaimana perasaan kalian dalam menghadapi situasi tersebut? Ya, tanpa perlu dijawab pun kita semua pasti tau jawaban apa yang akan dilontarkan, hahahah. Ya.. tidak semua orang menyukai era digitalisasi, penolakan tersebut dilontarkan bukan tanpa alasan. Alasan-alasan tersebut akan saya jelaskan di bawah nanti.

Sebenarnya Industri 4.0 atau biasa dikenali dengan apa-apa serba teknologi, sudah berjalan sejak 4-8 April pada tahun 2011 yang dijalankan oleh pemerintah Jerman guna mengembangkan sektor industri yang sebelumnya ditenagai oleh SDM menjadi full teknologi oleh mesin, robot, maupun A.I.

Kenapa Industri 4.0 sangat dibanggakan dan digalakkan? Jawabannya simple, karena manusia itu menyukai hal baru dan segala sesuatu yang dapat memudahkan kegiatan sehari-harinya. Sebagai contoh, dulu kita setiap pulang dari mall selalu antri saat membayar karcis parkir karena operatornya masih mengandalkan SDM yang dimana terdapat human error. Sedangkan sekarang, jarang sekali terjadinya antri berkepanjangan sebab operator karcis parkir sudah menggunakan teknologi NFC (Near Field Communication) sehingga tinggal tap kartu debit sudah terbayar secara otomatis dan pihak mall tidak perlu membayar Operator SDM untuk transaksi karcis parkir, sehingga dana bisa dialokasikan ke pembangunan mall.

Lalu, kenapa Industri 4.0 sangat banyak diperbincangkan di Indonesia? Bukankah perkembangan teknologi itu harus kita terima? Bukankah perkembangan teknologi di Indonesia sudah tertinggal? Yap, betul sekali bahwa di Indonesia itu perkembangan teknologinya bisa dibilang sangat sangat tertinggal dibandingkan dengan negara lain, atau jangan jauh-jauh, negara tetangga deh hahahh. Serta perkembangan teknologi merupakan bagian dari arus globalisasi yang dimana tidak bisa kita tolak, tapi, ada tapinya nih, hal tersebut bisa kita filter lebih baik lagi (alangkah baiknya).

 

Saya merasa kalau di negara kita ini seringkali menelan mentah-mentah informasi atau teknologi yang masuk. Negara kita menganggap kalau kita harus cepat-cepat masuk ke Industri 4.0, sehingga seperti yang kita lihat bahwa beberapa bagian negara atau instansi pemerintah Indonesia sudah memamerkan teknologi mereka seperti contohnya My Pertamina yang diciptakan untuk transaksi pembelian Bensin dalam jenis tertentu. Hal tersebut juga tak jarang menuai pro dan kontra. Seperti yang dikeluhkan oleh beberapa masyarakat kalau di jam-jam tertentu My Pertamina tidak dapat diakses, sosialisasi My Pertamina tidak merata, masyarakat yang kaget saat tahu transaksi wajib menggunakan My Pertamina. Hal ini merupakan salah satu contoh bahwa Indonesia terlalu kebelet untuk masuk era Industri 4.0 langsung pada intinya, sedangkan SDM yang kita miliki belum sanggup untuk ikut ke arus Industri 4.0 langsung begitu saja. Seperti halnya kita baru bangun tidur, tidak ada waktu untuk mengumpulkan nyawa tetapi harus lari-lari ke kampus untuk mengejar kelas.

Saya merupakan orang yang suka terhadap perkembangan teknologi, begitu juga kalian bukan? Tetapi kita juga perlu terlebih dahulu mengembangkan diri kita terhadap ilmu dan mental untuk menghadapi gempuran teknologi terbaru, yaitu perkembangan era Industri 4.0 sehingga kita siap dalam menghadapi era tersebut. Begitulah yang harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam menghadapi era Industri 4.0, yaitu dengan mengadakan edukasi terlebih dahulu untuk menghadapi era tersebut, membangun SDM yang berkualitas agar dapat menciptakan teknologi yang semestinya (teknologi diciptakan untuk mempermudah kegiatan sehari-hari manusia). Dengan begitu kita bisa terhindar dari segala permasalahan umum yang ada di teknologi yang kita ciptakan ini.

Pemerintah mulai dikit demi sedikit membantu sekolah untuk memudahkan mereka menciptakan sekolah teknologi guna membangun SDM berkualitas yang dapat menciptakan dan menghadapi era digitalisasi secara mantap, memudahkan para murid untuk beraktivitas. Seperti yang dilakukan oleh Binus Universtity, yakni menggunakan Binus Maya dan Binus Mobile dalam berlangsungnya kegiatan akademik para mahasiswa-mahasiswi.

Referensi:

Alfunafisa, G. N. (2023, Mei 17). Contoh Artikel Opini Lengkap dengan Struktur dan Cara Membuatnya. Retrieved from Detik Edu: https://www.google.com/amp/s/www.detik.com/edu/detikpedia/d-6725294/contoh-artikel-opini-lengkap-dengan-struktur-dan-cara-membuatnya/amp

Binus Digital. (2019, Juli 16). Testing Usability Prototype BINUSmaya 7. Tim DMD sedang melakukan testing usability melalui prototype Binus Maya 7 dengan beberapa mahasiswa yang dipilih secara acak dan spontan di Binus Anggrek. Kemanggisan, Jakarta Barat, Indonesia: Binus Digital.

daon001. (2019, Februari 19). Apa itu Industri 4.0 dan bagaimana Indonesia menyongsongnya. Retrieved from Kominfo: https://www.kominfo.go.id/content/detail/16505/apa-itu-industri-40-dan-bagaimana-indonesia-menyongsongnya/0/sorotan_media

Fitrianinda, N. N. (2022, Juli 29). Kebijakan MyPertamina Tuai Pro-Kontra di Tengah Masyarakat. Retrieved from Rembuk: https://rembuk.republika.co.id/posts/168489/kebijakan-mypertamina-tuai-pro-kontra-di-tengah-masyarakat

K3 Berteknologi. (2023, November 27). Restoran kebelet 4.0. Orang laper disuruh buka kamera. Indonesia: K3 Berteknologi.

Wikipedia. (n.d.). Near-field communication. Retrieved from Wikipedia: https://en.m.wikipedia.org/wiki/Near-field_communication