Fenomena Generasi Sandwich pada Milenial
Generasi Milenial lahir antara tahun 1981 sampai 1996, generasi ini sekarang telah berada pada rentang usia 41 sampai 26 tahun. Milenial merupakan generasi terbesar kedua di Indonesia dengan 25,87% dari total populasi atau 69,38 juta orang. Setelah Gen Z di urutan pertama (lahir antara tahun 1997 dan 2012) sebesar 27,94% atau sejumlah 74,93 juta orang. Milenial kini berada dalam usia produktif bekerja dan menjadi penggerak perekonomian bangsa. Istilah generasi sandwich mulai muncul dan dipopulerkan oleh generasi Milenial, menjadi penggambaran sosok generasi dalam keluarga yang terhimpit layaknya isi sandwich yang di apit oleh kedua roti di sisi atas dan bawah, generasi sandwich dihimpit oleh keluarga asal yaitu orangtua dan keluarga baru yaitu anak secara tanggung jawab dan kebutuhan finansial. Posisi ini menempatkan Milenial dalam keadaan yang sulit dan mengakibatkan banyak faktor.
Latar belakang utama yang menyebabkan generasi Milenial menjadi generasi sandwich adalah meningkatnya populasi lansia di Indonesia beserta dengan ketergantungannya. Menurut IDN Research Institute “sandwich generation” meningkat 33,82% pada tahun 2021 dibandingkan dengan tahun 2020. Badan Pusat Statistik belum menerbitkan laporan tentang prevalensi “generasi sandwich” di Indonesia, namun sensus penduduk terbaru pada tahun 2020 menunjukkan populasi yang menua. Pada tahun 2045, diproyeksikan bahwa 1 dari setiap 5 penduduk Indonesia akan diklasifikasikan sebagai lanjut usia, yang didefinisikan sebagai individu yang berusia di atas 60 tahun. Angka-angka terbaru juga menunjukkan beban yang membayangi kaum Milenial untuk merawat orang tua mereka. Dari tahun 2017 hingga 2021, rasio ketergantungan lansia terus meningkat dari 14,02% menjadi 16,76%, yang berarti setiap 100 warga usia produktif (berusia 15 hingga 59 tahun) harus mengasuh setidaknya 17 warga lanjut usia. Pada periode yang sama, jumlah rumah tangga dengan anggota lanjut usia juga meningkat. Pada tahun 2017, tingkat rumah tangga dengan anggota lansia sebesar 26,35%. Pada tahun 2021, angka tersebut meningkat menjadi 29,52%, artinya 1 dari setiap 4 rumah tangga di Indonesia setidaknya memiliki lansia yang tinggal bersama mereka. Pada tahun 2021, 34,71% lansia tinggal di rumah tangga tiga generasi.
Hal ini berdampak kepada prioritas pencapaian generasi Milenial dalam hidup. Posisi pertama adalah menyimpan uang atau dana untuk kebutuhan masa depan (85%), kedua memiliki penghasilan yang lebih tinggi (79%) dan ketiga merawat serta membahagiakan orang tua (78%). Dari data tersebut bisa dilihat bahwa keinginan Milenial kepada keuangan bersifat tinggi. Hal ini di karenakan posisi milenial memiliki beban tanggung jawab yang besar secara finansial, sehingga membutuhkan uang yang banyak. Namun di sisi lain para milenial juga sangat bertanggung jawab berdasarkan tujuan mereka untuk membahagiakan orang tua.
Posisi generasi sandwich yang rumit juga berdampak terhadap aspek hidup lainnya seperti pernikahan, keinginan berkeluarga, mempunyai anak dan kesetaraan pada gender. Milenial Indonesia masih memiliki pandangan tradisional tentang sebuah keluarga, terutama dalam hal tanggung jawab dan peran seorang suami dan istri. Laki-laki masih dipandang sebagai kepala keluarga dan sebagai pencari nafkah (84%) serta memegang keputusan dalam keputusan rumah tangga (60%). Namun di sisi lain norma gender mulai berubah, gambaran istri yang bertanggung jawab dan menjaga rumah kini mulai tidak relevan. Dikarenakan kebutuhan finansial dan peran gender dalam masyarakat, kini perempuan juga bisa berkarir dan lebih bisa mengekspresikan dirinya. Hal ini berkaitan dengan kesetaraan gender, 54% dari populasi milenial menyatakan bahwa kesetaraan gender di Indonesia sudah baik, walaupun masih banyak hal lagi yang bisa diperbaiki. Usia umur menikah terus mundur begitupun keinginan mempunyai anak, bahkan 48% Milenial setuju bahwa pernikahan tanpa anak bukan lagi hal yang tabu. Secara umum, angka fertilitas di Indonesia terus menurun dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah bahkan menargetkan untuk menurunkannya menjadi 2,1 anak per wanita pada tahun 2025 untuk menstabilkan pertumbuhan penduduk. Hal ini dipacu oleh pengalaman mereka sebagai generasi sandwich yang memiliki beban dan tanggung jawab yang besar serta kesadaran bahwa membesarkan anak membutuhkan dana yang besar apalagi di era sekarang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa posisi milenial sebagai generasi sandwich membuat mereka ditempatkan pada posisi yang sulit. Terhimpit oleh kebutuhan orangtua, anak serta diri sendiri menyebabkan milenial berkeinginan untuk mendapatkan income yang lebih tinggi dan membuktikan bahwa etos kerja dan semangat juang mereka juga tinggi. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya populasi lansia di Indonesia yang bergantung secara finansial kepada usia produktif. Posisi tersebut berdampak kepada aspek hidup lainnya seperti pernikahan, keinginan berkeluarga, mempunyai anak dan kesetaraan pada gender. Kini angka kelahiran terus turun guna menstabilkan petumbuhan penduduk dikarenakan telah meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai tanggung jawab sebagai orangtua dan beban yang ditanggung sebagai anak. Semoga dengan meningkatnya kesadaran masyarakat, Indonesia bisa menjadi negara yang lebih baik lagi untuk hidup sejahtera.
Referensi: Indonesia Milenial Report 2022
Comments :