Mengapa jumlah kejahatan seksual di Indonesia bahkan dunia setiap tahunnya semakin meningkat dan target dari pelaku kejahatan seksual biasanya adalah perempuan dan anak-anak? Meningkatnya korban dari kasus kejahatan seksual menggambarkan bahwa kejahatan seksual ini tidak ada hentinya bahkan hal tersebut sudah terjadi dikalangan anak-anak yang tentunya korbannya juga anak-anak bahkan pelakunya juga anak-anak.

Hal ini tentu menjadi ancaman moral untuk masa depan bangsa dan akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat untuk menjalani kehidupan sehari-hari karena adanya perasaan tidak aman karena hal tersebut masih sering terjadi. Karena Dampak dari kekerasan seksual sangatlah besar bagi korban secara fisik maupun psikologi anak-anak sampai menjadi orang dewasa dan sudah memakan banyak korban dan masih ada juga yang belum tersebar atas kasus-kasus kejahatan ini.

Survei yang dilakukan oleh Yayasan Kita dan Buah Hati yang dipantau langsung oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan bahwa 95 persen anak usia sekolah dasar pernah mengalami pelecehan seksual.

Data tersebut tentunya menjadi fakta bahwa kejahatan seksual oleh anak meningkat secara signifikan setiap tahunnya karena pada tahun 2012 masih 76 persen yang ditemukan siswa “kata perwira Sari dari Yayasan Kita dan Buah Hati.

sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa anak-anak juga bisa Melakukan tindakan kejahatan seksual. Hal tersebut disebabkan oleh adanya dorongan atau dukungan teman sebaya, peningkatan hasrat seksual pada kaum muda dan hubungan keluarga yang rusak.

Ilustrasi penjahat. Foto: Pexels.com

Fakta ini sangat menghawatirkan untuk masa depan bangsa, karena diusia yang masih sangat muda bagaimana bisa mereka mampu melakukan tindakan kejahatan seksual tanpa ada yang mengajari secara langsung?.

Sehingga hal tersebut sangat mengkhawatirkan dikarenaka kita tidak tau apa yang ada dalam pikiran anak-anak ini sehingga berani melakukan tindakan tercela tersebut. Siapakah yang mencontohkannya?

kita semua sudah tau bahwa kapasitas yang dimiliki anak-anak sebenarnya belum bisa ataupun paham tentang kejahatan ini. dalam segi emosi dan kematangan seksual merekapun masih belum stabil jika dibandingkan dengan orang dewasa.

Berikut faktor pemicu kejahatan seksual

Yang pertama ada factor internal, Faktor internal antara lain keterampilan komunikasi yang buruk, pengendalian emosi yang buruk, konsentrasi yang tidak bagus dan implusif dalam berkata atau bertindak.

Dari kalangan lingkungan terkuat yaitu orang tua juga bisa menjadi faktor kuat dalam tindakan anak-anak. seperti kekerasan yang dilakukan oleh orang tua, orang tua yang masih remaja atau belum siap sehingga belum matang dalam hal mendidik, Adanya perzinahan, kekerasan dalam rumah tangga, pengabaian dan pelecehan, pola asuh yang tidak benar, dan kurangnya pengawasan atau keterlibatan orang tua.

Faktor eksternalnya yaitu berasal dari edukasi seksual yang kurang dari orang dewasa, kegagalan akademis dan manajemen emosi yang tidak stabil. Ada juga faktor lingkungan dan masyarakat, yakni seperti lingkungan sosial yang tidak baik.

Perilaku seksual anak ini berawal dari rasa penasaran anak setelah menerima sumber sumber informasi gender bagi anak-anak untuk mencari lebih banyak informasi ini dan mencoba berhubungan seks dengan orang atau teman kencan berikutnya.

Hal tersebut tentu bisa di hindari dengan 4 cara, yaitu

  1. Memberikan pemahaman seksual kepada anak
  2. Banyak orang tua yang masih tabu dalam menjelaskan seks kepada anak sehingga hal tersebut membuat anak tidak dapat memahami apa itu seks sebenarnya dan mengapa para orang tua hanya melarangnya dengan hanya sekedar menjelaskan landasan tanpa ada pemahaman teori maupun resiko yang akan terjadi.
  3. Memperhatikan tingkahlaku dan kebiasaan anak

    Kita dapat melihat dari tingkah laku dan kebiasaan anak secara verbal maupun nonverbal dalam berekspresi dengan hal itu kita harus sigap dan waspada terhdap anak dan selalu mengambil kesimpulan dari apa yang anak sampaikan berupa kalimat dan Tindakan yang dilakukannya. Sehingga kita dapat menggiring anak-anak untuk mengetahui sesuatu yang baik dan buruk untuk dilakukan.

    1. Memberikan pengawasan penggunaan akses penggunaan internet
    2. Memberikan pengawasan dalam penggunaan barang elektronik seperti youtube, tik-tok, ataupun sosial media karena dalam hal tersebut dapat di contoh oleh anak dan terapkan pada kebiasaan sehingga hal ini dapat menjadi sebuah kekhawatiran.4. Mencari tau lingkungan pergaulan anak
      1. Mencari tau lingkungan pergaulan anak