Kegagalan adalah hal yang sering kita temui selama kita hidup. Semua orang akan menghadapi kegagalan. Namun, yang membedakannya adalah cara seseorang menyikapi kegagalan tersebut. Jika kita hadapi dengan benar, maka kegagalan akan membangun diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. Sebaliknya, jika kita hanya terpuruk dengan kegagalan, maka ini akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri.

Keterpurukan terlalu dalam cenderung membuat kita tidak mau mencari tahu lebih dalam alasan kita gagal. Dampaknya kita hanya akan diam di tempat, tetap di posisi menyesal akan kegagalan yang dilakukan. Kita tidak berkembang lebih baik, bahkan bisa saja kita menjadi lebih buruk dibandingkan dari sebelumnya.

Sebut saja Mawar, ia adalah seseorang yang menghadapi beribu kegagalan. Ia pernah berada di titik terendah dirinya karena ia tidak bisa berkuliah di saat teman-temannya kuliah. Mawar mengakui bahwa hal ini berpengaruh pada segala aspek kehidupannya, terkhusus aspek sosialisasi. Pengaruh ini berlangsung di jangka waktu yang lumayan panjang, yakni sekitar dua tahun.

Ia bercerita bahwa sakit sekali rasanya saat mengetahui ia harus putus kuliah. Ia merasa bahwa ia tidak memiliki derajat yang cukup untuk bersosialisasi dengan yang lain, dengan teman yang sedang berkuliah. Mawar mengakui bahwa ia mulai membuka diri di saat ia mulai merasa pantas untuk dijadikan teman mereka.

Jatuh, bangkit, jatuh, dan bangkit lagi adalah hal yang biasa bagi mawar. Ia mengakui bahwa perlunya usaha lebih giat agar dipandang oleh perusahaan. Setiap hari ia selalu memperdalam pengetahuan tentang bahasa komputer, di mana itu adalah spesialisasi pekerjaan dirinya. Ia juga mengaku hampir berpuluh kali ia ditolak oleh perusahaan ternama.

Ingatkah memori saat kecil kalian saat belajar berjalan? Sadar atau tidak, kita akan selalu gagal di awal, selalu jatuh. Tidak menutup kemungkinan kita akan luka saat itu. Akan tetapi, kita akan selalu mencoba agar bisa lancar berjalan, bisa berlari seperti orang lain. Tekad untuk berhasil lebih besar dibandingkan rasa luka dan sakit. Perlu kita ingat bahwa usaha tidak akan pernah menghianati hasil. Titik terang pun terlihat setelah melewati berbagai tantangan.

Semua usaha yang penuh tantangan tersebut akhirnya usai. Ia mengatakan, bahwa ia diterima oleh Tech Bootcamp. Di sana ia diberikan berbagai ajaran tentang bahasa komputer berbasis IOS selama sepuluh bulan. Tech Bootcamp ini menjadi batu pijakan dirinya sehingga ia diterima di perusahaannya sekarang. Alhasil, sekarang ia merasa bahwa perjuangan dan kegagalan yang diterima selama ini adalah ujian dari Tuhan untuk menjadikan dirinya sebagai seseorang yang tidak pantang menyerah. Ia yakin bahwa Tuhan tidak akan pernah memberi cobaan melebihi batas kemampuannya. Kemudian, ia juga menambahkan bahwa keluarganya memiliki peran yang sangat penting untuk tetap berusaha menyemangati dirinya meskipun mereka tahu ia sedang berada di titik terendah.

Mungkin dari beberapa kegagalan tersebut membuat semangat Mawar turun. Akan tetapi, ia mengakui itu tidak akan berguna. Mau tidak mau keadaan akan memaksa kita bangkit. Bangkit untuk menemukan solusi terbaik, bukan terlarut terlalu dalam dengan keterpurukan. Keterpurukan terus-menerus tidak memberikan dampak positif sedikitpun. Oleh karena itu, mereka selalu berusaha untuk mencoba lagi. Bangkit, jatuh, kemudian bangkit dan jatuh lagi adalah hal yang lumrah. Gagal sekali, dua kali, tiga kali, bahkan sepuluh kali itu tidak apa-apa. Bagian penting adalah refleksi dari kegagalan, bangkit dari keterpurukan tersebut. Mengetahui dengan baik bagian yang harus kita perbaiki agar kegagalan tersebut tidak terulang kembali.

Ps. Artikel ini merupakan hasil mata kuliah Narrative Development dan dirangkum dari hasil wawancara dengan narasumber.