Self-Reward: Gaya Hidup Konsumtif Kekinian
Pernahkah kalian melihat Instagram story teman – teman kalian yang sedang berbelanja barang, sedang staycation, atau sedang makan di restaurant dengan caption self-reward? Fenomena yang sedang trending beberapa tahun belakangan ini ramai dilakukan oleh generasi muda untuk mengapresiasi diri setelah selesai melaksanakan tugas.
Self-reward adalah istilah yang digunakan bagi individu yang telah berhasil mencapai goals, kemudian ingin mengapresiasi dirinya yang telah bekerja dengan baik. Self-reward juga bisa dikatakan sebagai bentuk dari self-love.
Untuk dapat menyelesaikan goals, tentunya setiap individu memerlukan bahan bakar motivasi agar memiliki semangat untuk meraih cita-cita. Namun tidak sedikit individu yang terlalu ambisius mengejar cita-citanya hingga lupa untuk mengapresiasi diri sendiri, sehingga secara tidak sadar ia kehabisan motivasi yang berujung pada burnout. Dengan self-reward individu dapat membangkitkan semangatnya kembali. Dengan terhindarnya dari burnout, maka akan tercipta pikiran positif yang dapat melepas stress.
Walaupun self-reward baik, namun terdapat batasan-batasan yang perlu diperhatikan agar tidak menjadi gaya hidup konsumtif. Self-reward tidak selalu dimaknai dengan mengeluarkan pundi-pundi rupiah yang banyak untuk memenuhi keinginan sementara. Individu dapat membuat batasan diri untuk menghindari membeli barang yang hanya diperlukan untuk sementara waktu saja. Mengapresiasi diri bukan berarti melakukan segalanya hingga diri ini merasa mendapatkan kompensasi atas tenaga yang telah dikeluarkan. Self-reward yang baik sejatinya tidak akan menimbulkan perasaan menyesal dikemudian hari.
Diri ini juga perlu diperhatikan, sama seperti ketika kita memperhatikan orang lain. “Reward yourself for the daily work you’ve done daily. It’ll keep you working harder” – Eric Owens.