Apakah sebelumnya Anda berpikir bahwa angsa hanya berwarna putih? apakah sebelumnya Anda berpikir bahwa hanya wanita saja yang bisa menyusui? bagaimana kalau saya bantahkan semua teori di atas dengan pernyataan yang berlawanan? angsa ada yang berwarna hitam, laki-laki pun juga bisa menyusui. Tentu kedua pernyataan ini dapat membantah jutaan bukti bahwa angsa itu berwarna putih maupun hanya wanita yang bisa menyusui.

Teori ini disebut dengan istilah Black Swan Theory atau Teori Angsa Hitam, dimana satu atau segelintir bukti yang berlawanan mengenai suatu stereotip dapat membantah ribuan bahkan jutaan bukti mengenai suatu topik.

Teori ini pertama kali di kemukakan oleh Nassim Nicholas Taleb, seorang ahli statistik dan peneliti dari Amerika Serikat yang berfokus pada keacakan, peluang, dan ketidakpastian. Yang dijabarkan dalam bukunya The Black Swan: The Impact of a Highly Improbable. Dimana dijelaskan mengenai efek ini beserta kasus-kasus yang terjadi pada kehidupan sehari-hari, sektor finansial hingga keadaan politik suatu negara.

Istilah black swan atau angsa hitam sendiri berasal dari pribahasa Latin, “rara avis in terris nigroque simillima cygno” atau “suatu burung yang langka, seperti angsa hitam”. Ketika pribahasa ini muncul, keberadaan angsa hitam dianggap sebagai sebuah kemustahilan. Sehingga, rapuhnya pribahasa ini terbukti ketika ditemukannya angsa hitam oleh penjelajah Belanda Willem de Flamingh pada tahun 1697 di Australia Barat, yang mematahkan stereotip keberadaan angsa hitam merupakan sebuah kemustahilan.

Kejadian angsa hitam ini memiliki 3 kriteria, yang pertama adalah kejadian yang merupakan outlier atau kejadian yang terjadi diluar ekspektasi biasa. Dengan kata lain, kejadian ini memiliki efek ‘mengejutkan’ bagi yang mengobservasi. Berikutnya, kejadian memiliki akibat yang ekstrem, yang dapat mempengaruhi lingkungan disekitarnya. Yang terakhir, kejadian yang terjadi dapat dirasionalisasikan sebagai sesuatu yang dapat dijelaskan dan diprediksi apabila data dan fakta kejadian dapat dicermati sebelumnya.

Contoh yang dapat diambil dari kejadian angsa hitam ini di dunia finansial adalah saat terjadinya flash crash di Bursa Saham New York yang kejadiannya tidak terduga dan diekspektasikan oleh semua orang pada hari itu. Flash crash dimotori oleh oknum bernama Navinder Sarao, seorang trader muda yang berasal dari Inggris Raya Yang memanipulasi pasar sehingga menjatuhkan harga keseluruhan pasar (index) hanya dalam jangka waktu 5 menit. Dimana pada jangka waktu 5 menit itu Bursa Saham New York mengalami kerugian hingga miliaran dollar dan oknum tersebut berhasil meraup keuntungan hanya dalam waktu yang sangat singkat.

Contoh berikutnya, adalah tragedi September 11 yang terjadi di New York, Amerika Serikat, yang menewaskan 2.996 orang dan sekitar 6.000 orang korban luka-luka. Kejadian ini bermula oleh aksi oknum anggota grup teror ternama dunia ‘Al-Qaeda’ yang membajak 4 maskapai penerbangan Amerika Serikat yang kemudian ditabrakkan kepada kedua menara kembar WTC dan kemudian ke markas besar Departemen Pertahanan Amerika Serikat, The Pentagon. Aksi ini menyebabkan runtuhnya 2 menara kembar WTC yang disinyalir tidak akan runtuh oleh insinyur strukturalnya dan menyebabkan hancurnya Pentagon.

Lantas, mengapa kedua kejadian diatas dapat dikategorikan sebagai kejadian angsa hitam?, yang pertama, kedua kejadian diatas merupakan kejadian outlier atau yang tidak terduga, dalam contoh kejadian Flash Crash, tidak ada seorang pun di Bursa Saham New York pada hari itu dapat memprediksi akan terjadi penurunan harga yang signifikan pada indeks saham keseluruhan. Sama halnya dengan, tragedi September 11 dimana masyarakat ataupun para pejabat yang berwenang, dapat memprediksi akan terjadinya peristiwa naas seperti ini. Selanjutnya, kedua kejadian diatas memiliki dampak yang ekstrem sehingga dapat mempengaruhi lingkungan atau keadaan sekitar. Dalam kasus flash crash, kerugian yang dialami Bursa Saham New York pada kejadian itu adalah sebesar 4,1 miliar dollar, sehingga menyebabkan pemerintah amerika serikat harus membuka konfrontasi legal kepada trader yang bermukim di Inggris Raya ini. Inipun juga sejalan dengan tragedi September 11, yang berdampak pada keadaan ekonomi dan politik Amerika Serikat, selain itu, tragedi ini pun menyebabkan pandangan masyarakat dunia terhadap agama islam pun berubah. Yang terakhir, seandainya dalam kedua kejadian diatas dirasionalisasikan dan fakta-fakta yang ada dapat diultilisasikan, maka peluang kedua kejadian ini terjadi dapat berkurang. Pada kejadian flash crash, apabila pihak pialang dapat membatasi pembukaan order posisi suatu nasabah pada jumlah tertentu,  dan apabila pihak Badan Pengawas Pasar Amerika Serikat dapat mengultilisasikan berita bahwa pemerintah akan mem-back-up kredit perusahaan yang macet, maka peluang ini terjadi pun dapat menyusut. Sedangkan dalam tragedi September 11 apabila pihak berwenang dan pihak bandara menerapkan pemeriksaan x-ray dan badan yang ekstensif sebelum menaiki pesawat maka peluang tragedi ini terjadi pun akan berkurang.

Akhir kata, dari teori ini pun kita bisa belajar bahwa di dunia ini tidak ada 100% yang pasti dan kita sebagai manusia harus selalu siap dengan sesuatu yang tidak terduga, baik itu dengan mempersiapkan sumber daya atau tenaga untuk hal yang tidak terduga, bahkan kita juga harus menyiapkan mental kita sehingga tidak terpengaruh dan hancur atas sesuatu yang tidak terduga tersebut.