Communication Department mewawancarai Zahra Muzdalifah, mahasiswa Mass Communication yang menjadi salah satu anggota Timnas Indonesia Garuda Pertiwi yang baru saja lolos putaran Final Asia Wanita 2022.

Zahda Muzdalifah

Hi Zahra, gimana awalnya kamu tertarik dengan sepak bola?

Semua berawal ketika umurku 7 tahun. Papa suka banget main futsal, aku diajakin untuk temenin papa main sama teman-temannya. Awal mulanya itu, tapi namanya juga anak kecil kalau ngeliatin orang ngelakuin sesuatu pasti ada rasa ingin mengikuti, ada bola di luar aku coba tending-tendang sendiri aja ke dinding. Eh lama-lama jadi suka. Akhirnya mulai diseriusin deh sama Papa Mama karena mereka ngeliat aku punya bakat padahal gak ada yang ngajarin dan karena kemauan sendiri juga untuk melanjutkannya.

Kenapa memutuskan untuk menjadi atlet nasional?

Sebenarnya malahan ingin lebih dari itu, cita-cita aku emang dari kecil ingin menjadi atlet professional, karena itu passionku juga.

Apa moment paling bersejarah dalam hidup kamu selama menjadi atlet?

Dalam tim waktu bermain di Asian Games dan membawa Indonesia lolos ke Piala Asia. Untuk Individu,  trial di Norwegia dan Swedia bersama pemain-pemain bintang Eropa dan juga mendapatakan kesempatan untuk bermain bersama Team Spurs Ladies di London.

Kapan pertandingan paling seru dan kenapa?

Pertandingan terseru dan menegangkan ketika melawan Singapore ini, karena harga mati. Seharusnya ada Korea dan Irak di group kita, namun Tuhan berkata lain, mereka mengundurkan diri, lawan kita pun berkurang. Jadi benar-benar harus memaksimalkan pertandingan ini agar lolos Piala Asia dan membuat sejarah lagi untuk Sepak Bola Wanita Indonesia karena sudah 33 tahun lamanya tidak mengukir sejarah.

Apa motto hidup kamu?

Kita hidup cuma sekali, dan ini hidupmu, bukan hidup mereka. Jadi dengarkanlah apa kata hatimu bukan yang lain and just do it!