Sosial media mendadak ramai membicarakan tentang keluarga Gen Halilintar yang beranggotakan 13 orang yang meminta untuk perjalanan liburannya ke new york di sponsori oleh travel agency. Banyak komentar berupa celaan yang menganggap keluarga ini semata-mata hanya meminta “gratisan”. 

 

Hal ini sebelumnya juga pernah dialami oleh selebgram Awkarin yang pada akhirnya membuat video berjudul “Exposure”. Didalam video tersebut awkarin memberikan pemahaman menhenai flow bisnis yang ia jalani termasuk dengan kerjasama dalam bentuk barter.

 

Sekarang ini banyak sekali orang yang memiliki power untuk mempengaruhi calon konsumen, mereka disebut sebagai influencer. Influencer bukan hanya para artis yang sering muncul di tv, tapi selebgram atau orang yanh memiliki “ketenaran” juga termasuk sebagai influencer.

 

Para influencer ini bisa membantu para pebisnis2 baru seberti olshop ataupun startup untuk memperkenalkan produk mereka kepada calon konsumen. Tentu saja para perusahaan harus memilih siapakah influencer yang cocok untuk memperkenalkan produk mereka kepada publik. 

 

Dalam prakteknya, tidak hanya perusahaan yang bisa meminta para influencer untuk kerjasama mengenai promosi produk. Tapi dari pihak influencerpun dapat mengajukan kerjasama dalam bentuk barter kepada perusahaan. Barter tentu saja dilakukan dengan value to value. Tapi bukan berarti hanya dengan uang dibayar dengan jasa. Namu dapat dilakukan juga dengan cara jasa dibayar jasa. 

 

Misalkan influencer A yang memiliki followers instagram jutaan sedang mendekorasi rumah, ia memiliki kebutuhan furnitur untuk mengisi rumahnya. Lalu ia mengajukan kerjasama dalam bentuk barter kepada perusahaan furnitur. Tentu saja bentuk barternya dapat di diskusikan dengan kedua belah pihak hingga mencapai kesepakatan. Tidak selalu “gratisan” tapi barter juga bisa dalam porsi 50:50. Influencer hanya membayar 50% dari total barang yang didapat, dan 50% lagi dihituny dalam bentuk postingan di instagramnya dengan memberikan brand awareness ataupun brand knowledge tentang perusahaan dan produk tersebut. 

 

Value to value tidak selalu harus harga dibalas dengan harga yg sama, tapi sesuai dengan kebutuhan masing2. Pada zaman sebelum ada mata uangpun, barter adalah cara manusia untuk bertransaksi. Bisa saja beras ditukar dengan telur, ubi ditukar dengan kayu, atau yang lainnya asal sesuai kebutuhan dan kesepakatan antara kedua belah pihak.