Membangun Customer Engagement Di Masa Pandemi COVID-19 untuk Menciptakan Emotional Bonding
Emotional bondingdengan customer dapat dibangun melalui Interaksi dengan membuat special treatment benefit untuk customer. Special treatment yang berhasil bila terjadi Customer engagement dengan para customer. Emotional bonding yang dapat dilakukan pada masa pandemic COVID-19 adalah memunculkan customer feelings yang baik. Emotional bonding terjadi dengan melihat respon customer terhadap informasi produk dan menafsirkan pesan suatu produk secara positif dan negative.
Respon positif konsumen tentang produk tertentu dapat mempengaruhi minat customer untuk mencoba membeli dan kemungkinan besar akan menjadi konsumen yang loyal terhadap produk tersebut. Untuk mengetahui emotional bonding dipergunakan aspek-aspek, yaitu: perasaan intelektual, perasaan estetis, perasaan etis, perasaan rasa diri, dan perasaan rasa sosial. Untuk melihat nilai emotional bondingsemakin tinggi, maka subjek dalam menafsirkan produk semakin positif. Sebaliknya, apabila nilai emotional bonding semakin rendah maka penafsiran customer terhadap produk bersifat negatif.
Emotional Bonding pada saat pandemic COVID-19 ini merupakan kesempatan bagi perusahaan untuk melakukan engagement dengan melakukan beberapa penyesuaian dan berempati kepada Customer. Beberapa perusahaan sudah terlihat membuat penyesuaian-penyesuaian, misalnya ide menyediakan kopi dalam ukuran Botol 1 liter. Ini memudahkan Customer pencinta kopi yang tidak dapat nongkrong di café untuk melakukan pembelian satu kali untuk beberapa hari ke depan atau pembelian untuk beberapa orang anggota keluarga dan menghemat ongkos kirim.
Dalam bidang otomotif ada ide menciptakan Bus kafe atau kafe di dalam bus dijalankan oleh sejumlah Perusahaan Otobus (PO) bekerja sama dengan kafe. Ngopi dalam bus dapat ditemukan di beberapa kota seperti Solo, Malang, Yogyakarta, Purwokerto, Gresik, dan Pekalongan. Usaha ini ada sebagai upaya PO dan kafe untuk bertahan di tengah pandemi COVID-19. Banyak PO yang menganggur karena PSBB sehingga mereka memutar otak dan melahirkan bisnis yang kreatif. Di dalam bus disusun layaknya seperti kafe, ada tempat duduk, pelayan, dan makanan serta minuman yang ditawarkan. Bahkan beberapa bus kafe menghadirkan atraksi membuat kopi manual brewing dan teh tarik langsung di bus. Pengunjung juga akan dibawa keliling kota, sehingga pengunjung bisa merasakan pengalaman yang berbeda. Inilah yang disebut dengan menciptakan customer experience.
Kemudian pada masa Pandemi COVID-19 ini adanya layanan Cloud kitchen atau disebut juga ghost kitchen kian berkembang di tengah pandemi COVID-19 saat ini. Pengertian dari cloud kitchen adalah dapur yang ditujukan untuk membuat makan yang akan dijual melalui layanan pesan antar saja. Dapur bisa memproduksi makanan dari satu sampai beberapa merk restoran, disesuaikan dengan kebutuhan. Keuntungan bagi Konsumen hanya perlu memesan makanan dari rumah lalu bisa langsung diantar oleh layanan pesan antar atau aplikasi ojek online. Kemudian makanan sudah langsung ada di depan rumah. Cloud kitchen juga bisa menjadi solusi bagi pemilik restoran offline. Sebab banyak biaya yang akan terpotong mulai dari sewa tempat, tidak perlu membayar gaji karyawan, biaya listrik dan lain-lain.
Cloud kitchen menjadi trending topic saat ini sebagai usaha kuliner yang bisa memangkas biaya sewa restoran. Kehadiran Cloud kitchen memberi kemudahan dan dianggap praktis untuk orang yang ingin membeli. Selain itu, TikTok sebagai media sosial yang di tahun 2020 ini juga sedang trend dan makin banyak digunakan oleh berbagai produk untuk melakukan customer engagement dengan customernya. Ada banyak video tutorial memasak yang disponsori produk tertentu dibagikan melalui TikTok selain melalui YouTube.
Penulis: Dr. Lidya Wati Evelina, MM, Senior Lecturer Communication Departement dan Researcher, Bina Nusantara University.
Comments :