Rasanya tidak sah membahas musik hip – hop tanpa membahas genre musik pendahulunya yaitu musik jazz dan blues yang sudah lebih dulu lahir daripada hip – hop itu sendiri. Musik blues lahir pada akhir abad ke-18 di Amerika Selatan karena banyaknya pertemuan imigran Afrika, Latina, dan Jamaika lalu berkembang setelah pembawaan musik Marching Jazz pada festival Mardi Gras di New Orleans pada awal abad ke-19. Perbedaan musik Hip – Hop dan Jazz adalah pesan yg dibawakan adalah pesan perlawanan warga kulit hitam atas perbudakan yang lumrah di kala itu. Dari sini, gerakan bawah tanah melalui Hip – Hop dimulai.

Hip Hop
Pesta Hip – Hop yang dipandu oleh Disk Jockey pada sebuah lapangan

Johan Kugelberg dalam bukunya yang berjudul Born in The Bronx menjelaskan bahwa kultur Hip – Hop memiliki empat elemen utama yaitu MC/Rap, DJ,Break Dance, dan Grafitti/Mural. Rap adalah lagu yang memiliki rima yang mirip mirip dan diucapkan dalam tempo cepat. Pelakunya sendiri disebut dengan Rapper contohnya adalah Nas, Puff Daddy, Jay-Z dan lain lain. Sebelum adanya lagu genre Rap yang orisinil, Hip – Hop diiringi oleh seorang Disk Jockey (DJ) dari beberapa cakram musik disko yang dinamakan dengan teknik Sampling.

Grafittiadalah coretan di dinding seperti jaman manusia purbakala yaitu untuk berkomunikasi, bedanya graffitiyang lahir di kekaisaran Romawi adalah bentuk ketidak – puasan terhadap pemerintahan saat itu. Grafittimodern menggunakan kaleng cat semprot dengan beragam garis, warna, dan komposisi adalah bentuk perlawanan dari gerakan Hip – Hop yang non-mainstream.Break Danceadalah tarian yang mengikuti irama dari DJ dengan gerakan yang banyak dipengaruhi oleh budaya Afrika dan Puerto Rico. Break Dancelahir pada selatan kota New York pada tahun 1970.

Hip – Hop sendiri lahir dari tangan seorang DJ yaitu DJ Kool Herc saat memainkan musik di pestanya sendiri sekitar tahun 1979 sampai lagu hip – hop pertama yang direkam dan menggunakan teknik Rap adalah The Grandmaster Flash melalui lagunya yang sarat akan pesan perlawanan berjudul “The Messages”. Pada sebuah series Netflix “The Get Down” dijelaskan bahwa Grandmaster Flash pesan music hip – hop sangat ringkas “We matter. We stand for something”. Hip – Hop tidak selamanya berada pada jalur bawah tanah, pada tahun 1981 sebuah hits milik band rockBlondie yang berjudul “Rapture” memiliki sebagian teknik Rap dalam lagunya dan berhasil memuncaki tangga Billboard selama dua minggu. Dari sinilah Hip – Hop mulai dikenal luas oleh dunia.

Hip – Hop menancapkan eksistensinya di Indonesia sejak awal tahun 90-an dengan beberapa nama yang masih besar hingga saat ini. Sebut saja Iwa-K, Sweet Martabak, dan Denada, memulai karirnya dari genre musik ini sampai muncul sebuah kompilasi yang berjudul “Pesta Rap” melahirkan Neo dengan hitsnya “Cewek matre, cewek matre, ke laut aje” hingga dikenal sampai saat ini adalah bukti bahwa musik Hip- Hop dengan rima yang unik mendapatkan respon yang positif dari kalangan masyarakat Indonesia.

Budaya jalanan yang berkembang dari Hip – Hop adalah olahraga ekstrim seperti Skateboard, In-line Skate, Street Basketballberkembang pesat pada tahun 90-an hingga 2000 awal. Fenomena Michael Jordan, Scottie Pippen, dan Dennis Rodman dalam tim Chicago Bulls membuat hampir seluruh anak anak Indonesia minimal memiliki sepasang sepatu basket atau sepatu roda dalam koleksinya.

Breakdance
Pertarungan Breakdance di jalanan

2016 Indonesia berhasil memiliki atensi dari mata penjuru dunia berkat sebuah klip musik Rap yang diunggah oleh Brian Immanuel dimana ia berusia hanya 16 tahun saat itu. Klip music milik Brian berhasil ditonton oleh Ghostface Killah, Cam’ron, Desiigner, Tory Lanez, Flatbush Zombies, GoldLink, Jazz Cartier, Madeintyo, dan 21 Savage. Semenjak saat itu, skena pesta di Jakarta sangat mudah dijumpai DJ – DJ independen seperti Preditah, FKJ, hingga Peggy Gou.

Lahirnya kolektif – kolektif musik independen seperti 630 records, Noisewhore, Studiorama dan yang lainnya adalah bentuk representasi perlawanan terhadap dominasi musik mainstream dan kultur jalanan harus dilestarikan. Festival independen seperti Archipelago dan Lokatara Festival yang menghadirkan sesi diskusi ragam musik Indonesia beserta pertunjukkannya.

Key Sources : hip – hop, grafitti, rap, breakdance, festival, street culture, old school

By:  I Gusti Agung Ananta /2001601862