Lagu seniman Legendaris Benyamin Sueb berjudul “Ondel-Ondel” tentu sudah sangat dikenal di seluruh lapisan masyarakat. Lagu ini mempopulerkan nama ondel-ondel menjadi dikenal seluruh masyarakat sebagai salah satu kesenian khas Betawi. Alunan musik Tanjidor yang berasal dari sound system diatas grobak kayu mengiringi ondel-ondel yang diarak dari satu kampung ke kampung lain, cukup familiar diantara warga sekitaran Jakarta sejak tahun 90an.

Kehadiran ondel-ondel di tengah masyarakat tak lepas dari para seniman yang berjuang untuk melestarikan dan mengankat derajat kesenian yang satu ini. Seperti pria yang akrab disapa Cing Ucup yang ditemui mahasiswa BINUS University di tempat tinggalnya di Kecamatan Pinang Tangerang baru-baru ini.

Cing Ucup adalah seniman Betawi yang telah membuat Ondel-Ondel sejak enam tahun lalu. Beliau bisa membuat satu buah ondel-ondel berbahan dasar bambu hanya dalam waktu 4-7 hari seorang diri. Satu unit ondel-ondel ia jual dengan harga 1,5 hingga 4 juta Rupiah, tergantung seberapa besar ukuran dan jenis ondel-ondel. Selain membuat dan menjual ondel-ondel, Cing Ucup juga menyewakan ondel-ondel untuk acara tertentu.

Menolak pesanan jika dijadikan untuk mengamen.

Beliau mengaku banyak mendapat pesanan ondel-ondel dari kawasan Jabodetabek. Pesanan  mulai dari komunitas hingga seniman yang juga ingin melestarikan kesenian ini, Tetapi beliau selalu menolak pesanan membuat ondel-ondel jika dimanfaatkan untuk keperluan mengamen. Karena menurutnya menggunkan ondel-ondel untuk mengamen sama saja menurunkan derajat budaya betawi yang kemudian dianggap orang sebagai budaya kelas rendah. ”karena kalau dipakai untuk ngamen kesanya kita jadi kayak ngemis-ngemis, jadi kalo untuk ngamen saya pasti tolak ”ujarnya.

Cing Ucup mengungkapkan bahwa profesinya sebagai seniman Betawi dan pembuat ondel-ondel merupakan keinginanya sejak lama. Beliau mengatakan dengan profesinya saat ini, bisa menjadi hobi sekaligus melestarikan budaya Betawi.

Selain itu Cing Ucup juga tergabung dalam komunitas yang bergerak untuk melestarikan budaya dan kesenian betawi seperti silat Betawi, tradisi palang Pintu, Golok Betawi, serta Pelaminan Betawi. “Saat ini hal yang berbau budaya tradisional sedang digandrungi oleh masyarakat, mungkin karena rindu masa lalu” ujar pria asli Betawi ini.

Dahulu ondel-ondel merupakan alat untuk menolak bala atau pengusir Setan.“mitosnya ondel-ondel itu adalah biangnya (Orang tua) Setan, jadi Kalau ada ondel-ondel di suatu tempat, nanti Setan jadi takut sama biangnya, dan engga datang lagi ke tempat itu” ujar Cing Ucup.

Awalnya Ondel-ondel bernama Barongan, tetapi musisi Benyamin mempopulerkan nama Ondel-ondel berkat lagunya yang legendaris. Menurut beberapa sumber nama ondel-ondel yang sering kita dengar, ternyata berasal dari kata ‘gondel-gondel’ yang memiliki arti menggantung atau bergandul. Kata tersebut didasari oleh gerakan Ondel-Ondel yang acapkali berayun ketika berjalan.

“Aslinya wajah ondel-ondel itu serem kayak Setan”, tetapi seiring berkembangnya Zaman dan permintaan pelanggan bentuk,serta warna disesuaikan dengan selera masyarakat. Ondel-ondel dimodifikasi sehingga kesenian ini dapat dinikmati semua kalangan, buktinya dulu anak-anak banyak takut dengan boneka besar ini, tetapi sekarang anak-anak justru tertarik dan suka.

Ondel-ondel dibedakan menjadi dua jenis yaitu dewasa dan juga anak. Ondel-ondel dewasa biasanya terdiri dari perempuan dengan wajah putih, sedangkan laki-laki berwajah merah, biasanya ondel-ondel ini dapat dikendalikan dan digunakan saat pentas. Sedangkan ondel-ondel anak biasanya hanya menjadi pajangan atau hiasan. Ondel-ondel dewasa memiliki tinggi sekitar 2,5 meter dengan diameter 80 cm, sedangkan anak biasanya 1,5 meter.

Pada umumnya, pementasan Ondel-ondel diiringi oleh musik pengiring di antaranya dua buah gendang, dua buah kentongan, satu buah rebana/kecrek, satu buah gong dan juga satu buah tekyana atau biola Betawi. Tetapi saat ini banyak pementasan ondel-ondel yang hanya diiringi dengan musik rekaman