Sejarah Denim di Indonesia
Denim adalah salah satu barang fashion yang mungkin tidak pernah termakan oleh waktu dan bisa dipakai oleh semua kalangan mulai dari anak-anak hingga dewasa, pria ataupun wanita, dan segala kalangan dari ekonomi kelas bawah hingga kelas atas. Untuk hal bergaya, denim sangat cocok dipadukan dengan bermacam-macam gaya pakaian, contohnya dengan memakai tshirt, kemeja dan lain-lain. Hal ini disebabkan karena denim memiliki warna yang netral.
Denim awalnya hanya dibuat untuk para pekerja tambang sebagai celana sehari-hari, karena denim mempunyai tekstur bahan yang tebal sehingga tidak mudah rusak karena dipakai untuk pekerjaan yang berat. Merek pertama yang mempatenkan jeans yaitu Levi Strauss dan sangat laku di pasaran pada zamannya. Setelah perang dunia kedua pada tahun 1950an denim mendadak popular dikalangan remaja di Amerika Serikat.
Di Indonesia perkembangan denim sangat berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir karena adanya forum khusus jeans yang bernama “Darahkubiru”. Darahkubiru adalah suatu platform online untuk para pecinta denim yang ingin bertukar informasi. Forum ini berdiri pada tahun 2009 yang dicetuskan oleh Direz Zender. Komunitas pencinta denim juga membuat nama khas yaitu INDIGO “Indonesia Denim Group”. Di forum itu sendiri para pecinta denim bisa berdiskusi, berjualan, dan mengembangkan brand lokal buatan anggota INDIGO.
Pada tahun 2012 denim mulai tinggi peminat dikarenakan tidak hanya untuk bergaya tetapi denim bisa menjadi sebuah seni. Dengan seiringnya denim sering dipakai, denim bisa menghasilkan lipatan yang pudar atau bisa disebut “fading” hal itu terjadi karena pudarnya pewarna pada denim yang mengikuti bentuk kaki pemakainya, jadi setiap denim mempunyai fading yang berbeda-beda sesuai pemakainya. Maka dari itu, peminat denim sangat melonjak tinggi karena hasil dari fading terkadang bisa menjadi suatu ajang perlombaan yang menghasilkan keuntungan yang cukup besar.
Menyangkut pembahasan diatas tentang perlombaan denim, di Indonesia ada sebuah event denim yang setiap tahunnya menyelenggarakan perlombaan yaitu “Wall Of Fades”. Di sinilah ajang untuk para penggila denim berunjuk gigi memamerkan denimnya. Namun, acara ini juga tidak hanya untuk perlombaan tetapi acara ini bisa memberikan kesempatan untuk para owner produk lokal untuk menjual barang hasil produksinya. Di acara ini tidak hanya menjual denim tetapi hampir seluruh kebutuhan fashion mulai dari kaos, kemeja, dompet, hingga sepatu. Dengan adanya Komunitas ini penulis berharap brand lokal semakin maju dan dikenal oleh seluruh dunia.
Comments :