JuKo Bilang Kamu Layak Bahagia
Jakarta, 18 Oktober 2019 – Untuk memperingati Hari Kesehatan Mental Dunia yang jatuh pada tanggal 10 Oktober setiap tahunnya, Communication Department BINUS University menyelenggarakan acara “Juko Bilang Kamu Layak Bahagia.” Acara ini diadakan di Kampus Anggrek Binus University, Jl Raya Kebon Jeruk No. 27, Jakarta Barat pada tanggal 18 Oktober 2019, pukul 09.00-11.00 WIB. Juko sendiri merupakan akronim dari Jurusan Ilmu Komunikasi atau Communication Department.
Tema mengenai kesehatan mental ini diangkat sebagai rasa kepedulian Communication Department Binus University, terutama karena stigma negatif yang melekat pada orang-orang dengan gangguan mental, seperti depresi, bipolar, dan lainnya. Padahal jika masyarakat lebih mengerti terhadap isu ini, dan tidak malu untuk berobat maka jumlah penderita gangguan mental bisa dikurangi. Selain itu, acara ini juga menekankan bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
Untuk mengenalkan pentingnya kesehatan mental, acara ini menampilkan dua orang mahasiswa Communication Department sekaligus penyintas yang bercerita mengenai pengalaman mereka serta bagaimana usaha mereka dapat menanggulangi masalah kesehatan mentalnya. Selain itu juga ditampilkan tarian kontemporer yang dibawakan oleh Andrea Paramita Korompis. Tarian ini menggambarkan perjuangan orang yang tidak bisa mengeluarkan emosinya.
Maura Magnalia, salah seorang penyintas, bercerita mengenai kecenderungannya untuk menyakiti diri sendiri yang dimulai sejak duduk di kelas 4 SD. Bahkan karena kondisi kesehatan mentalnya, Maura kesulitan untuk melakukan hal sederhana, seperti mengikat sepatu dan bersosialisasi dengan orang lain. Namun, semenjak 3 tahun yang lalu Maura rutin berkonsultasi kepada Psikiater. Dari pengalamannya, Maura memberikan pesan agar jangan malu untuk mencari pertolongan, “If you need help, get help, because it is the best thing that you can give for yourself,” ujarnya. Hal senada juga disampaikan oleh Melati Kusuma, yang juga membagikan pengalamannya terkait kesehatan mental. Melati menyampaikan pentingnya percaya kepada diri sendiri dan mencari outletuntuk mengeluarkan emosi. Saat ini Melati aktif melukis untuk menyalurkan emosinya. Melati mengakui bahwa hobi dapat membantu untuk mengurangi kecemasannya. Sedangkan Maura sekarang bekerja sebagai guru TK dan SD, selain itu juga aktif sebagai host dokumenter Vice Asia dan akan menerbitkan buku pertamanya di tahun ini.
Isu kesehatan mental ini sebenarnya sangat dekat dengan anak muda, usia 17-23 tahun. Namun sayangnya seperti fenomena gunung es, yang hanya sedikit terlihat di permukaan. Padahal data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan satu dari empat orang di dunia terkena gangguan mental dalam beberapa waktu di dalam hidup mereka. Publikasi yang sama juga menyebutkan bahwa sekitar 450 juta orang saat ini menderita gangguan mental di seluruh dunia. Dalam skala global, WHO juga menyatakan jika tidak ditanggulangi secara serius, maka depresi akan menjadi penyakit paling banyak yang menimpa masyarakat di tahun 2030.
Di Indonesia sendiri, penderita gangguan mental masih banyak yang mengalami perundungan dari orang sekitar, dan banyak yang tidak mampu untuk berobat. Riset Kesehatan Dasar dari Kementerian Kesehatan di tahun 2018 menunjukkan terjadinya peningkatan gangguan mental emosional pada penduduk usia 15 tahun ke atas dari 6,1% pada tahun 2013 menjadi 9,8% pada tahun 2018. Ini artinya sekitar 12 juta penduduk usia 15 tahun ke atas menderita depresi. Isu ini masih mendapat sedikit perhatian di Indonesia, terutama karena minimnya akses terhadap informasi kesehatan mental dan budaya tabu untuk membicarakan isu kesehatan mental. Angka yang fantastis ini mendorong Binus University untuk mengenalkan cara-cara merawat kesehatan mental sedari dini.
Maria Anggia selaku Head of Communication Department BINUS University juga menyampaikan bahwa kesadaran terhadap kesehatan mental harus lebih ditanamkan sedari dini kepada mahasiswa. Karena kesadaran yang baik terhadap kesehatan mental akan meningkatkan kualitas hidup seseorang. Mereka akan lebih bisa mengenal diri sendiri dan mampu menghasilkan karya-karya yang bermanfaat.
Kampanye Juko Bilang Kamu Layak Bahagia yang dihadiri oleh sekitar 150 orang mahasiswa ini, diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk mewujudkan Indonesia tanpa stigma. Ketua pelaksana acara ini, Yuanita Safitri juga menegaskan bahwa isu kesehatan mental adalah isu kita bersama, bukan hanya milik pelajar, mahasiswa, atau hanya pekerja, melainkan milik semua orang. Kesehatan mental dibutuhkan oleh siapapun, di umur berapapun. Karena pada akhirnya, kita semua layak untuk bahagia.
Berita di atas sudah dimuat di Kompas.com
Comments :