Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbanyak nomor 4 di dunia, dengan terdapat sekitar 265 juta jiwa penduduk. Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan peminat olahraga terbesar di dunia. Mayoritas penduduk di Indonesia menyukai olahraga sepak bola. Sepak bola sudah mulai masuk ke Indonesia pada akhir tahun 1920. Hingga saat ini, penggemar sepak bola dari negeri ini selalu bertambah dari tahun ke tahun. Persatuan sepak bola di Indonesia bernama Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia atau biasa disebut PSSI. Pada tahun ini, PSSI menjadi kambing hitam di dalam dunia persepakbolaan negeri ini. Karena PSSI, timnas Indonesia tak kunjung juga mendapatkan prestasi di divisi senior.

PSSI saat ini dipimpin oleh Letjen TNI H. Edy Rahmayadi sedang dalam masa kritis. Di dalam dunia persepakbolaan, olahraga ini tidak boleh disangkut – pautkan dengan politik. Tetapi, Edy Rahmayadi malah rangkap jabatan setelah terpilih menjadi Gubernur di Sumatera Utara. Setelah terpilih menjadi Gubernur, ia lebih sering memperhatikan jabatannya sebagai Gubernur dari pada jabatannya yang sudah tinggi di dunia persepakbolaan Indonesia. Sehingga, sepak bola Indonesia terlalaikan akibat ulahnya. Seharusnya sepak bola Indonesia harus berbenah, tetapi beliau malah tak menghiraukannya. Prestasi – prestasi dari timnas senior Indonesia pun mandek.

Terbaru ini, saat PSSI menargetkan timnas senior menjadi juara di AFF Suzuki Cup 2018, timnas senior ternyata malah kesulitan untuk berada di posisi 2 besar di group stage. Alhasil, perjalanan timnas senior Indonesia di AFF Suzuki Cup tahun ini terhenti di group stage. Masyarakat pun marah, mereka mendesak agar Edy keluar atau mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI, karena mereka beranggapan bahwa Edy lah dalang dari hancurnya timnas senior Indonesia. Masyarakat sudah lelah melihat prestasi yang tak kunjung datang ke timnas senior. PSSI seperti tidak serius dengan prospeknya di timnas senior.

Berbeda dengan para seniornya, justru para juniorlah yang membangkitkan sedikit asa persepakbolaan di Indonesia. Para timnas junior Indonesia mendapatkan prestasi yang bisa disebut telah membanggakan negara ini. Timnas U-16 yang belaga di AFF Suzuki Cup, keluar sebagai juara pada ajang tersebut. Timnas U-19 pun yang berlaga di AFF Suzuki Cup keluar sebagai Juara ketiga. Sedangkan dari timnas U-23 yang mengikuti Asian Games 2018 kemarin sukses melewati target group stage yang diberikan oleh Pemerintah. Laju timnas U-23 terhenti sampai di babak 16 besar, dan itu merupakan sebuah prestasi yang membanggakan, melihat kekuatan tim yang dilawan adalah seluruh Asia.

Sebenarnya timnas Indonesia bisa melaju lebih baik lagi dan mempersiapkan prospek yang cerah untuk kedepannya jika PSSI dapat mempertahankan Coach Luis Milla yang memegang kendali penuh di timnas U-23 dan timnas senior. Tapi apadaya, PSSI seperti ingin menghancurkan fondasi yang telah dibuat sekuat mungkin oleh Luis Milla. PSSI tidak melanjutkan kontrak dari Luis Milla karena alasan gaji yang diminta oleh Milla sangat besar. Padahal Luis Milla sudah mempersiapkan prospek yang sangat baik untuk timnas Indonesia berlaga di AFF Suzuki Cup 2020 nanti. Masyarakat pun dibuatnya  marah karena perlakuaan PSSI yang seakan – akan ingin mengurung prestasi persepakbolaan didalam negeri ini.

Kelakuan dari Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi juga terbilang konyol, karena ia suka blak – blakan di depan media. Jawaban yang keluar dari mulutnya tidak masuk di logika dengan apa yang ditanyakan oleh para jurnalis. Yang terbaru, saat ada jurnalis yang bertanya tentang hasil yang didapat timnas senior di AFF Suzuki Cup 2018, ia dengan lantangnya menjawab pertanyaan tersebut “Jika medianya baik, maka timnasnya juga baik”, seolah – olah prestasi mandek yang didapatkan oleh timnas ini semua kesalahan dari media. Seakan – akan ia seperti menuduh bahwa media lah yang sebenarnya  berkelakuan jahat, sehingga timnasnya menjadi tidak baik. Akibat dari perkataannya tersebut, kini ia menjadi bahan lelucon atau MEME bagi masyarakat Indonesia, terutama para pecinta sepak bola.

Beliau juga menjadi sasaran media asing, saat menyuruh membuat statement untuk tetap menjalankan Liga 1 (kasta Liga tertinggi di Indonesia) disaat bersamaan dengan Tim Nasional yang sedang bermain. Dilansir dari kicauan di twitter @FOXSportsAsia, mereka mengatakan bahwa Indonesia menjadi satu – satunya negara yang tetap menjalankan pertandingan Liga disaat yang bersamaan dengan adanya pertandingan Tim Nasional. Padahal, hal itu dapat membuat para supporter kebingungan.

Contohnya, disaat Persija Jakarta akan kick – off babak pertama melawan PS Tira, disaat yang bersamaan pula timnas sedang menuju kick-off babak pertama. Pastinya mereka bingung ingin mendahulukan yang mana. Jika mereka ingin mendukung Persija, mereka seperti berdosa karena tidak mendukung timnas yang ingin bermain juga, hal tersebut berlaku sebaliknya jika mereka ingin mendukung timnas  terlebih dahulu, mereka seperti dalam situasi “maju kena, mundur kena”.

Kita semua para pecinta sepak bola pasti sangat ingin jika Edy mau mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI agar masa depan sepak bola Indonesia bisa cerah kembali ditangan orang yang paham betul dengan dunia sepak bola. Atau setidaknya ia mau meluangkan sedikit waktunya untuk mengurus PSSI yang sudah ia tinggalkan demi urusan politiknya. Hal ini harus ia lakukan segera, agar ia bisa mengetahui sebenarnya apa yang dibutuhkan timnas kita saat ini. Persepakbolaan kita saat ini seakan – akan hancur karena ulah PSSI nya Edy.

Pada saat ini, prestasi kita kalah dari negara tetangga kita. Mereka mendukung sepenuhnya timnas mereka sendiri demi prestasi yang membanggakan negara. Berbeda dengan negara kita, PSSI seperti “menyumbat” pipa prestasi yang seharusnya bisa dialirkan oleh para pemain – pemain timnas kita. Semoga saja pak Edy mau kembali turun ke lapangan untuk membantu meraih cita – cita timnas kita yang saat ini haus akan prestasi.

 

ARIVAN –LD51 MARCOMM