Nilai Kehidupan dibalik Asian Para Games
Adakah yang masih asing dengan Asian Para Games?. Ya olimpiade yang satu ini memang berbeda dengan olimpiade yang biasanya diselenggarakan. Jika pada umumnya kita hanya mengenal SEA Games dan Asian Games, untuk pertama kalinya Indonesia menjadi tuan rumah Asian Para Games ini. Pada 29 Februari 2016, Indonesia menandatangani kontrak sebagai tuan rumah Pesta Olahraga Difabel Asia pada sebuah upacara di Jakarta, setelah dikonfirmasi sebagai kota tuan rumah Pesta Olahraga Asia 2018 pada Oktober 2014. Pesta Olahraga Difabel Asia atau Asian Para Games merupakan ajang olahraga untuk atlet Asia dengan disabilitas.
Para peserta Asian Games atau yang biasa disebut dengan atlet yang menyandang disabilitas bukan berarti mereka memanfaatkan kekurangannya untuk mendapat fasilitas berlebih dan bergantung dengan bantuan orang lain, justru atlet Asian Para Games ini dinilai sangat mandiri dan tidak menyulitkan pihak penanggung jawab jika fasilitasnya sudah memadai. Fasilitas yang menanggung Asian Para Games ini tidak bisa sembarang digunakan, semua memiliki standar yang sudah ditentukan seperti contohnya rem/jalur bagi penyandang disabilitas daksa khusunya yang menggunakan kursi roda. Rem itu sendiri memiliki aturan yang tidak boleh terlalu curam dikarenakan agar mudah digunakan dan demi keselamatan. Untuk menghadapi bagi atlet yang disabilitaspun ada cara tersendiri. Kita tidak boleh sembarang membantu mereka karena berkomunikasipun memiliki tata cara tergantung macam kategori disabilitasnya itu sendiri. Contohnya untuk penyandang disabilitas daksa yang menggunakan kursi roda kita tidak bisa sembarangan membantu dorong, kita harus mengetahui bagaimana posisi yang baik dan nyaman bagi pengguna, sebaiknya kita bertanya terlebih dahulu. Contoh lainya bagi penyandang disabilitas tunanetra, kita tidak bisa langsung menariknya begitu saja, kita harus menyentuhnya terlebih dulu bagian pundak lalu kita bisa berbicara atau menanyakan bantuan yang dibutuhkan.
Siapa sangka didalam Asian Para Games ini hanya ada pesta- pesta dan persaingan yang ketat, banyak kisah menarik dan mengharukan yang bisa kita ambil pelajaran didalamnya. Salah satu kisah dari seorang atlet renang yang memiliki keterbatasan yang sangat tidak memungkinkan untuk mengikuti lomba renang ini. Atlet tersebut mengalami kelumpuhan dari panggul sampai dengan jari- jari kaki, pada saat memasuki arena pertandingan atlet tersebut digendong layaknya seorang bayi yang belum bisa berjalan. Atlet tersebut mendapatkan peringkat terakhir. Bukan kecewa yang ia rasakan, namun ia ingin menunjukan kepada kita semua bahwa seorang yang memiliki keterbatasan tetap bisa berkompetisi dan dapat melakukan hal yang biasa orang normal lakukan, bahkan tidak semua orang normal dapat berenang. Semua yang ia lakukan hanya untuk memotivasi dirinya dan semua orang yang mendengar kisahnya. Selain itu ada juga Muhammad Fadli Imammuddin mungkin nama tersebut terdengar asing bagi sebagian masyarakat Indonesia. Namun bagi penggiat balap motor Tanah Air, Fadli merupakan sosok idola. Fadli berkecimpung di dunia balap motor sejak remaja. Berbagai gelar prestisius diraihnya selama berkiprah di lintasan, antara lain mendulang medali emas di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2004, hingga juara
nasional kelas Supersport 600cc 2010, 2011, dan 2013.
Gelimang prestasi tidak membuat nama Fadli terus eksis di dunia balap motor. Dia terpaksa menerima kenyataan pahit ketika mengalami kecelakaan pada 2015. Motor yang dikendarai Fadli ditabrak oleh pembalap Thailand, Jakkrit Sawangswat. Kecelakaan parah mengharuskan Fadli mengamputasi kaki kirinya, setahun berselang. Dibantu dengan kaki palsu, Fadli memberanikan diri bersepeda. Olahraga ini sebenarnya sudah lama dilakukannya untuk menjaga ketahanan tubuh sebelum balapan motor. Kebiasaan itu membuat Fadli medapat tawaran menjadi atlet sepeda paralimpik dari Ketua Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI), Raja Sapta Oktohari. Fadli pun tidak pikir panjang menerima ajakan tersebut. Alhasil Fadli mendapat medali emas ketika bertanding pada nomor individual putra C4 4.000 meter. Dengan adanya kisah ini yang sangat memotivasi, maka tidak salah lagi Indonesia memilih elang bondol bernama Momo yang memiliki arti motivasi dan mobilitas. Elang bondol adalah sejenis elang yang terancam punah yang hanya hidup di daerah Kepulauan Seribu dengan populasi yang sedikit. Hewan tersebut memiliki kepala dan dada yang berwarna putih, dan tubuh berwarna coklat gelap. Momo mengenakan sarung Betawi dengan ikat pinggang. Logo dari pesta olahraga ini diberi judul Harmoni – Energy of Asia, dimodelkan di atas atap Stadion Gelora Bung Karno yang mewakili harmoni dan keseimbangan dalam lingkungan alam dan masyarakat Asia. Orang yang bergerak di tengah lingkaran melambangkan gerakan dan energi dari atlet yang berpartisipasi pada Pesta Olahraga Difabel Asia 2018 dalam mencapai kemenangan, sementara 3 lengkungan di sekitar siluet orang tersebut mewakili persatuan dalam keragaman di antara negara-negara Asia untuk pencapaian bersama. Lima warna berbeda digunakan dalam logo tersebut untuk mewakili elemen-elemen dasar dalam filosofi Asia mengenai hidup dan kebersamaan. Warna biru melambangkan langit, warna Jingga melambangkan matahari, Hijau melambangkan alam, Ungu melambangkan kedekatan, kebijaksanaan, kesetiaan dan kebanggaan dan Merah melambangkan semangat solidaritas.
Bibliography
Rida, M. I. (2018, Oktober 12). Asian Para Games. Retrieved from Liputan6: https://www.liputan6.com/asian-para-games/read/3666219/m-fadli-peraih-emas-asian-para-games-2018-dan-hikmah-di-balik-tragedi-amputasi
Wijanarko, L. Y. (2018, September 5). TribunNews. Retrieved from Tribun Jambi: http://jambi.tribunnews.com/2018/09/05/jadi-tuan-rumah-ini-segala-hal-tentang-asian-para-games-2018-yang-akan-dilaksanakan-di-indonesia?page=all
Ziyan, R. (2018, November 5). Asian Para Games. (N. Khairunisa, Interviewer)
Najla Khairunisa/2101712850
Comments :