CARA HIDUP HEMAT SAAT BELAJAR DI EROPA
Belanja di Carrefour Prancis kita tidak diberi kantong plastik gratis
Pengalaman pertukaran pelajar ini merupakan pengalaman pertama saya untuk hidup jauh dari orang tua di luar negeri. Hidup sendiri dan jauh dari orang tua membuat saya lebih menghargai orang tua saya atas perjuangan mereka selama ini untuk menghidupi saya. Saya dapat merasakan bagaimana susahnya mereka mencari uang. Selama hidup di Prancis, saya menghemat uang sebisa mungkin, karena saya merasa tidak enak jika terus-terusan meminta uang yang nilai tukarnya sangatlah tinggi. Saya sadar bahwa itu sangat membebani orang tua saya. Ternyata, hidup hemat di Eropa sangatlah mudah. Hal itu tidak sesulit yang orang-orangpikirkan.
Berhubung saya tinggal satu apartemen dengan kelima teman saya, otomatis segala kegiatannya pun dilakukan secara bersama-sama, dari mencuci baju, mencuci piring, membersihkan rumah, sampai memasak. Karena segala kehidupan sehari-hari dilakukan bersama-sama, maka barang dan kebutuhan yang digunakan pun untuk bersama-sama pula. Untuk itu, kami belanja segala kebutuhan pun untuk keperluan bersama, sehingga harga yang perlu dibayar tidak terlalu mahal karena bisa patungan berenam. Kami biasa belanja di Carrefour dan pasar tradisional. Ada sebagian kebutuhan yang harganya lebih murah di Carrefour, ada juga sebagian yang lebih murah di pasar. Namun, pasar tradisional hanya dibuka tiga hari dalam seminggu. Jadi, apabila ada kebutuhan mendesak dan mendadak, kami hanya akan beli di Carrefoursaja.Bedanya belanja di supermarket luar dan di Indonesia adalah, jika di luar negeri harus membawa sendiri plastik belanjaan karena tidak disediakan secara gratis oleh supermarket tersebut, sedangkan di Indonesia plastik belanjaan bebas dibagikan secara gratis untuk menampung kebutuhan-kebutuhan yang dibeli. Untuk itu, kami selalu membawa tas punggung agar dapat membawa barang-barang belanjaan.Dalam melakukan kehidupan sehari-hari, agar terlihat adil kami membuatgrup piket, yang digunakan untuk membagikan tugas mencuci piring dan giliran memasak. Saya tidak menemukan adanya masalah dalam gaya hidup yang seperti ini. Justru membuat saya lebih enak karena tanggung jawab saya hanya ada pada hari-hari tertentu, tidak setiap hari.
Tak ada nasi roti pun jadi. Roti merupakan makanan utama dan mudah ditemukan di pasar
Namun, hambatan yang saya temui adalah kesulitan mencari makanan halal. Baik di restoran kampus, maupun di restoran-restoran sekitar susah rasanya untuk tidak menemui makanan yang tidak mengandung daging babi yang merupakan harambagi saya sebagai umat muslim. Apalagi, banyak juga makanan yang bahan dasarnya mengandung minuman yang memabukkan yang juga haram bagi saya.Walaupun membeli makanan yang berasal dari daging ayam saja, apabila proses pemotongannya tanpa ucap bismillah, makan tetap saja dihitung tidak halal. Disitulah keadaan tersulit yang saya temui dalam menjalani kehidupan sehari-hari di Eropa. Untuk menghadapi kesulitan seperti itu, cara terbaik yang saya lakukan adalah dengan memasak di rumah. Tidak jarang saya juga membawa bekal ke kampus. Apalaagi, dengan memasak di rumah maka saya akan lebih menghemat pengeluaran saya. Untuk membeli bahan-bahan makanan di supermarket atau pasar tradisional, harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan harga sekali makan di restoran. Selain mendapati makanan yang halal, dengan cara seperti ini pun saya membuat pengeluaran saya jauh lebih hemat yang efeknya akan berdampak juga ke orang tua saya.
Bumbu masakan didapat di pasar tradisional harganya relatif lebih murah
Selain itu, cara lain yang saya gunakan agar tidak terlalu membuang-buang banyak uang adalah dengan tidak menggunakan transportasi. Apabila jarak yang ditempuh hanya berkisar antara 2 sampai 7km, maka saya memilih untuk jalan kaki saja. Setiap pergi ke kampus pun saya dan teman-teman saya selalu jalan kaki yang membutuhkan waktu setengah jam untuk sampai kesana.Selain itu juga kami bisa menikmati pemandangan sekitar yang cuacanya jauh lebih sejuk dibandingkan dengan Jakarta. Daripada harus membayar transportasi umum yang harganya mahal, dengan jalan kaki juga bisa menjadi alternatif olahraga sehari-hari untuk tetap memelihara tubuh yang sehat (Siti Meidina, mahasiswa pertukaran pelajar Marcomm Binus-ISTC, Lille, Prancis)
Comments :