(Senin, 29/8), Binus Resilience Hub kembali menyelenggarakan webinar dengan tema anxious people yang berjudul “Anxious People: Memelihara Ketenangan Diri di Era Digital” secara daring melalui platform komunikasi Zoom. Webinar tentang kesehatan mental ini menghadirkan clinical psychologist yaitu Mas Untung Subroto, M.Psi,. Psikolog. Webinar diawali dengan pembukaan oleh MC yaitu Ibu Vivien Sylvina selaku tim dari Binus Resilience Hub. Kemudian, Mas untung membuka topik webinar dengan memberikan tes skala kecemasan sebanyak 26 butir pertanyaan kepada peserta webinar, yang kemudian hasil tes tersebut akan dibahas pada akhir sesi.

Sejalan dengan judul webinar, menurut Mas Untung banyak sekali orang yang mudah terpicu rasa ketakutannya karena situasi pandemi dan era digital. Salah satunya adalah hasil dari produk era digital yaitu social media. Social media mampu mengubah pola pikir, dan menjadi alat tolak ukur kebahagiaan. Interaksi yang memungkinkan untuk tidak saling bertatapan juga menjadikan sebagian orang kehilangan kontrol dalam berbicara sehingga tidak menyaring perkataannya, kemudian dapat menjadi sumber kecemasan bagi pembacanya. Walaupun begitu kecemasan tidak selalu dipandang buruk, dalam tingkat kecemasan yang normal kita dapat mengambil sisi positif yaitu menjadi lebih aware.

Dikutip dari DSM-V, dan Kaplan, Sadock & Grebb, kecemasan merupakan keadaan yang ditandai dengan ketakutan dan kecemasan yang berlebihan dan gangguan perilaku terkait, respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup.

Beliau melanjutkan pemaparannya dengan ciri-ciri kecemasan yang ditandai dengan beberapa symtomps fisik seperti berkeringat, sesak nafas, gerd, dan hal lainnya yang terkait. Ciri-ciri kecemasan disebabkan oleh ketakutan yaitu respons emosional terhadap ancaman nyata atau yang dirasakan, dan kecemasan yaitu pemikiran yang mengantisipasi ancaman yang akan terjadi di masa depan seperti individu yang memikirkan kemungkinan buruk yang akan terjadi kedepannya. Menurutnya hal ini banyak sekali dialami oleh mahasiswa, atau dapat disebut sebagai generalized anxiety disorder.

Berdasarkan pengalamannya menjadi psikolog, banyak sekali mahasiswa yang berkonsultasi dengannya karena mengalami kecemasan akan masa depan, terlebih mahasiswa angkatan Covid-19. Hal ini memberikan dampak seperti mengurung diri, mudah marah, bahkan dapat mempengaruhi nilai akademiknya.

Lebih lanjut, era digital yang menjadikan internet sebagai bagian dari kehidupan mampu membuat mahasiswa menjadi lalai sehingga asing terhadap interaksi sosial secara langsung. Padahal sisi kemanusiaan manusia harus tetap dijaga. Seseorang yang tidak terbiasa dalam interaksi sosial dapat mengembangkan social anxiety. Untuk mengatasi kecemasan di era digital, mahasiswa dapat meningkatkan social skill, meningkatkan communication skill, dan meningkatkan self-esteem. Beliau juga menyarankan agar tidak perlu mencari kebahagiaan di social media berdasarkan tolak ukur ketenaran.

Kemudian terdapat lima pertanyaan yang diajukan pada sesi tanya jawab. Pertanyaan pertama yang diajukan adalah cara meningkatkan self-esteem agar menjadi lebih percaya diri ketika public speaking. Menanggapi pertanyaan tersebut, Mas Untung menyarankan untuk mencoba menggali topik yang akan dibicarakan supaya lebih siap, namun jika public speaking itu dilakukan mendadak dan topiknya random, maka tidak apa-apa untuk meresapi kecemasannya karna rasa cemas itu reaksi alamiah yang terjadi ketika adrenalin meningkat. Ketika hal ini terjadi maka kita dapat melakukan breating excersice atau minum. Selanjutnya kita dapat mendengar dan menyimak terlebih dahulu terhadap topik yang dibicarakan oleh lawan bicara, setelah itu kita dapat memberikan feedback. Jika kita tidak memiliki informasi yang cukup terhadap topik maka tidak perlu berbohong.

Singkatnya, dirangkum dari beberapa pertanyaan yang diajukan dalam sesi tanya jawab, peserta webinar memiliki kecemasan terhadap masa depan dan pengambilan keputusan. Mas Untung menjelaskan bahwa untuk menanggulangi kecemasan-kecemasan tersebut, mahasiswa sebaiknya mengenali diri terlebih dahulu, kemudian menganalisis faktor-faktor yang menjadi sumber kecemasan, seperti orang tua, lingkungan, dan sebagainya. Selanjutnya mahasiswa dapat melakukan diskusi terhadap orang tua dan melakukan hal yang ingin dilakukan. Kegagalan itu tidak apa-apa, ciptakan bahagia dan sukses versi diri sendiri karena masa depan bukan dicemaskan namun direncanakan.

Pada akhir sesi, beliau memberikan pesan kepada mahasiswa agar tidak takut berkonsultasi dengan psikolog, terlebih diera digital. Ketika kita mengalami kecemasan, kita resapi dan menerima kecemasan tersebut, karna jika kita denial terhadap rasa cemas itu, justru kita akan semakin merasakan kecemasan.

“You can’t always control what goes outside. But you can always control what goes inside” – Wyne Dyer.