Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi berkembang dengan pesat. Hal itu dibuktikan dengan adanya kemudahan mengakses internet untuk terhubung dengan banyak orang dari berbagai belahan dunia tanpa harus bertatap muka secara langsung, hanya menggunakan berbagai media sosial.

Media sosial adalah  suatu media daring yang memudahkan para penggunanya untuk melakukan interaksi sosial secara online. Media sosial ini berbasis web yang membuat penggunanya diberikan kemudahan dan keberlangsungan dalam berbagai kegiatan yang akan dilakukan.

Media sosial hampir tidak pisah dipisahkan dari kehidupan sehari-hari remaja. Di satu sisi keberadaan media sosial dapat membantu remaja mengembangkan keterampilan komunikasi , bersosialisasi, mengembangkan bakat dan minat , dan berbagai pemikiran dan ide. Tak heran jika keberadaan media sosial menjadi jembatan penghubung ke dunia luar yang lebih luas.

Namun disisi lain, perlu diingat kembali bahwa penggunaan media sosial memiliki dampak negatif bagi penggunanya, seperti remaja. Remaja rentan akan kesehatan mentalnya. National Institute of Mental Health ( NIMH ) melaporkan bahwa penggunaan media sosial dapat meningkatkan risiko gangguan mental pada remaja usia 18 – 25 tahun. Mengingat pengguna media sosial sebagian besar adalah anak remaja dan pada usia tersebut merupakan fase yang sangat penting bagi perkembangan emosional dan psikososial mereka.

Penggunaan media sosial yang tidak bijak dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan mental remaja. Saat ini, media sosial sering  dikaitkan sebagai salah satu faktor depresi dan gangguan kecemasan. Hal tersebut karena adanya tekanan sosial  untuk membagikan atau mengikuti berita terkini.

Remaja  menggunakan media sosial untuk meredakan stres atau melampiaskan sesuatu, mulai dari mengkritik suatu pemberitaan, layanan konsumen, menyerukan kampanye, melihat video lucu, dan lain-lain. Penggunaan media sosial berlebih dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan mental Anda. Bahkan, penggunaan media sosial disebut sebagai salah satu penyebab depresi.

Kesehatan mental yang terganggu dapat disebabkan juga oleh kecenderungan pengguna media sosial yang membandingkan dirinya dengan keberhasilan yang dicapai orang lain. Saat melihat teman atau kerabat yang memiliki pekerjaan yang bagus, pasangan yang baik, serta rumah yang indah. Namun tidak jarang, rasa iri yang dapat memicu depresi, justru muncul. Bahkan perasaan ini memicu keinginan bunuh diri, ketika melihat pencapaian yang tidak sebanding dengan remaja lainnya.

Nah, orang-orang yang melihat konten tersebut akan membandingkan hidupnya dengan konten yang ia lihat, yang mana konten tersebut terkesan jauh lebih menarik. Adanya perbandingan inilah yang diduga memicu seseorang mengalami depresi. Karena sudah ada hasil studi yang mengemukakan bahwa aktivitas media sosial yang berlebihan dapat mengakibatkan rasa kesepian dan depresi, karenanya remaja diharapkan bersikap bijak dalam hal penggunaannya.

Meskipun setiap remaja dipengaruhi dengan cara yang berbeda oleh konsumsi media sosial, aliran negatif dan informasi yang salah , penonjolan isu-isu sosial dan politik telah mengurangi optimisme , dan adanya konten beracun yang  tidak menyisakan ruang untuk merasa aman atau mengekspresikan emosi negatif secara sehat. Bersamaan dengan meningkatnya keinginan untuk metrik seperti like dan komentar di masa-masa sulit ini, kemungkinan media sosial telah memperburuk tantangan kesehatan mental.

Terlepas dari pengaruh buruk dari media sosial , media sosial juga mempunyai sisi positifnya. Media sosial menjadi sarana yang efisien dan efektif untuk menghubungkan komunitas dan individu di seluruh dunia. Jaringan berbasis media sosial di antara sekelompok kecil orang bermanfaat bagi banyak orang. Untuk remaja media sosial dapat digunakan dalam peningkatan bakat dan bisa juga untuk mendapatkan pekerjaan, seperti open  endorse, dsb. Lalu, media sosial membuat orang tetap terhubung dengan teman dan keluarga, terutama selama jarak sosial dengan interaksi fisik yang terbatas. Media sosial dapat membuat remaja untuk memperluas pergaulannya dan penyebaran informasi dapat berlangsung secara cepat, biaya lebih murah.

 

Namun, peningkatan penggunaan ini mungkin telah memperkuat kecemasan dan tantangan sosial dengan perfeksionisme dan perbandingan bagi sebagian orang. Oleh karena itu, remaja harus mengurangi penggunaan media sosial karena dapat membantu mengurangi rasa kesepian dan terisolasi, serta meningkatkan kesejahteraan mereka.