Fake News & Clickbait

Kemajuan teknologi bagaikan cahaya terang yang membawa harapan baru kepada masyarakat melalui manfaatnya yang dapat mempermudah masyarakat untuk memperoleh informasi, namun kemajuan teknologi juga memiliki sisi gelap yang mampu membuat kekacauan diruang digital. Masyarakat di hadapkan dengan ekosistem informasi yang tidak terbatas, tidak hanya terpapar dengan informasi yang kebenarannya tervalidasi tapi juga yang tidak tervalidasi atau fake news dan clickbait. Keadaan ini membuat masyarakat sulit untuk memilah dan memilih informasi yang kebenarannya valid, yang berimplikasi pada besarnya kemungkinan masyarakat untuk terjebak di antara fake news dan clickbait.

Fake news atau berita palsu adalah disinformasi yang dengan sengaja di sebar luaskan kepada khalayak umum untuk menimbulkan keraguan atas berita benar melalui sudut pandang yang berbeda, untuk merusak citra individu atau golongan dan untuk tujuan tertentu lainnya yang berkaitan dengan keuangan dan politik. Sedangkan clickbait adalah konten yang memiliki jebakan pada judulnya untuk menarik perhatian pembaca agar mengunjungi tautan tersebut. Dikatakan sebagai jebakan karena judul konten dibuat sangat heboh dan tidak relevan dengan isi konten.

Sebagai bentuk perhatian terhadap fake news dan clickbait, Binus Resillience Hub mengadakan webinar yang berjudul “Fake News & Clickbait”. Webinar keenam ini berlangsung pada hari Senin, 25 Juli 2022 pukul 14.00 – 15.00 WIB secara online conference melalui aplikasi Zoom. Webinar tersebut dipandu oleh Bapak Asep Darmini, Ph.D selaku tim Binus Resilience Hub dan mengundang Bapak Zaki Amrullah selaku Managing Editor Kompas.TV sebagai pembicara. Kata sambutan diberikan oleh Ibu Maria Anggia W, S.Sos., MM selaku Head of Communication Department of BINUS University yang mengutarakan bahwa Binus Resillience Hub merupakan wadah yang di inisiasi oleh Communication Departement Binus University sebagai tempat untuk berdiskusi mengenai digital resilience dan mental health resilience agar menumbuhkan rasa tangguh dalam menghadapi berbagai perubahan yang sangat massif di berbagai sektor kehidupan. Melalui webinar ini, Ibu Maria berharap pengguna digital dapat cakap dalam memilah dan memilih konten di dunia digital agar dapat memberikan manfaat yang baik.

Bapak Zaki Amrullah menuturkan bahwa masyarakat sangat bergantung kepada informasi dan kebenaran informasi mempengaruhi keseluruhan kehidupan. Jika informasi yang masyarakat dapatkan benar, maka keputusan yang dibuat akan benar juga. Hal ini berlaku pada seluruh aspek kehidupan, seperti perkiraan cuaca, vaksin, dan saham. Contohnya jika masyarakat lebih banyak terpapar oleh fake news mengenai vaksin, maka akan banyak masyarakat yang menolak untuk divaksinasi.

Bapak Zaki Amrullah juga menyampaikan bahwa fake news terjadi karena adanya post truth. Masyarakat Indonesia tidak percaya jika menerima informasi yang berseberangan dengan pandangannya. Bahkan masyarakat tidak mau menerima informasi fakta yang disajikan oleh media mainstream. Kondisi tersebut dinamakan sebagai echo chamber atau ruang gema. Dikutip dari Polonski (2016) echo chamber keadaan ketika orang hanya berkomunikasi dengan orang-orang lain yang sudah sepemikiran memperkuat dan memperteguh pikiran-pikiran tersebut. Hal ini juga diperkuat dengan teknologi artificial intelligence. Algoritma akan bekerja ketika individu mulai mengeklik mengenai suatu topik di internet, maka internet akan terus menampilkan informasi seputar topik yang dipilih.

Lebih lanjut, kemajuan teknologi melahirkan prosumer era yang di mana masyarakat dapat menjadi produsen informasi, atau dapat disebut sebagai citizen journalists. Prosumer era di dorong oleh kemudahan masyarakat dalam mengakses media sosial untuk keperluan publikasi informasi. Hal ini juga diperburuk dengan lahirnya ribuan media online yang tidak seluruhnya terverifikasi oleh Dewan Pers.

Sementara itu, clickbait adalah ketika artikel memiliki judul yang membohongi pembaca dengan tujuan untuk menggoda atau menarik perhatian pembaca. Media melakukan clickbait untuk mendapatkan AdSense. Di media cetak seperti koran clickbait dapat dijumpai pada lead berita yang jenaka, di media online clickbait dapat dijumpai pada judul yang spesifik, di media televisi clickbait dapat dijumpai pada gambar yang dramatik atau teaser, di media radio clickbait dapat dijumpai pada imajinatif, soundbyte mengigit atau atmo.

Bapak Zaki Amrullah mengungkapkan bahwa mediumnya yang menyebabkan berita-berita yang tersebar harus clickable. Berita yang termasuk clickable adalah berita yang memiliki judul mengandung keyword dan berita yang memiliki judul spesifik. Untuk menghindari clickbait hendaknya wartawan membuat judul yang selaras dengan isi konten dan patuh kepada kode etik jurnalistik.

Kemudian pada sesi tanya jawab berfokus pada kurikulum yang dapat diimplementasikan oleh para pendidik dan akademisi di tengah situasi fake news dan clickbait ini. Pendidik dan akademisi dapat mengemas kurikulum yang menarik dengan mengajarkan seputar kode etik jurnalistik dan pelatihan sebagai content creator, sehingga mahasiswa menjadi bersemangat.

 

Penulis :  Widya Putri