Perubahan identitas Twitter menjadi X memicu perbincangan hangat di ruang publik digital. Bukan sekadar pergantian nama dan simbol, transformasi ini menandai ambisi besar untuk menjadikan X sebagai aplikasi multifungsi yang menyatukan fitur komunikasi, hiburan, hingga layanan keuangan digital (Detik Inet, 2023; Kompas, 2023). Meski terdengar progresif, arah baru ini turut menghadirkan dinamika yang kompleks terhadap interaksi sosial serta budaya komunikasi daring.

Sejak diambil alih oleh Elon Musk pada pertengahan 2023, platform ini mengalami perombakan dalam aspek fitur maupun identitas. Istilah ikonik seperti “tweet” dan “retweet” resmi diganti menjadi “post” dan “repost”, mendekatkannya pada gaya komunikasi media sosial lain yang lebih umum (Kompas, 2023; MOST 1058 FM, 2023). Tak hanya itu, kapasitas unggahan video diperluas, serta diperkenalkan fitur transaksi digital, menunjukkan cita-cita X untuk bertransformasi menjadi “aplikasi super” layaknya WeChat atau Grab (Tempo.co, 2023; TweetDelete, 2023).

Source: https://www.nucleus.co.uk/opinion/Rebranding-Two-Golden-Rules

Dilihat dari sisi positif, perubahan ini membuka ruang baru bagi demokrasi digital. Musk menegaskan bahwa salah satu misinya adalah memperkuat kebebasan berekspresi serta mempercepat pertukaran gagasan secara global (Detik Inet, 2023). Didukung oleh kecanggihan kecerdasan buatan, X memiliki potensi besar untuk menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat dan memperluas keterlibatan publik dalam diskusi yang lebih inklusif.

Namun demikian, semakin terbukanya ruang digital juga membawa risiko. Platform ini rentan disalahgunakan untuk menyebarkan ujaran kebencian, hoaks, serta perilaku tidak sehat secara daring. Pergantian identitas dan kebijakan privasi baru, termasuk pengumpulan data biometrik dan informasi riwayat pekerjaan. Hal tersebut memunculkan kekhawatiran baru mengenai hak dan keamanan pengguna (Kompas, 2023). Apalagi, hingga saat ini belum terlihat sistem moderasi yang mampu secara efektif menangkal gelombang konten negatif yang berkembang di platform tersebut.

Kondisi ini menekankan pentingnya membangun komunikasi digital yang bijak dan bertanggung jawab. Baik pengelola platform maupun pengguna dituntut untuk menciptakan ekosistem komunikasi yang sehat, menghargai keberagaman, serta bebas dari kekerasan verbal. Diperlukan kreativitas dalam menyampaikan pesan, sensitivitas terhadap konteks sosial, dan kemampuan menyusun narasi yang etis agar ruang publik digital tidak kehilangan arah.

Dengan demikian, perubahan Twitter menjadi X bisa menjadi tonggak baru dalam perkembangan komunikasi digital. Namun, apakah transformasi ini akan memperkuat suara masyarakat atau justru menciptakan lingkungan komunikasi yang semakin penuh konflik, sangat bergantung pada cara kita merespons dan berpartisipasi dalam ekosistem media sosial tersebut.

 

 

Referensi:

  • detikInet. (2023, August 10). Kenapa Twitter Jadi X? Ini Penjelasan dan Perubahan Fiturnya. detikInet. Retrieved June 23, 2025, from https://inet.detik.com/cyberlife/d-6869515/kenapa-twitter-jadi-x-ini-penjelasan-dan-perubahan-fiturnya
  • Kompas.com. (2023, September 9). Elon Musk Kukuh Ganti Istilah Tweet Jadi Post di X Twitter. Tekno Kompas. Retrieved June 23, 2025, from https://tekno.kompas.com/read/2023/09/09/13310087/elon-musk-kukuh-ganti-istilah-tweet-jadi-post-di-x-twitter
  • Most1058. (2023). 3 Perubahan pada Fitur Twitter Pasca Rebranding menjadi X. Retrieved July, 2025, from https://most1058fm.com/2023/08/3-perubahan-pada-fitur-twitter-pasca-rebranding-menjadi-x/
  • TEMPO. (2023, December 31). Kaleidoskop 2023: Perubahan Nama Twitter Menjadi X, Ambisi Elon Musk | tempo.co. Tempo.co. Retrieved June 23, 2025, from https://www.tempo.co/sains/kaleidoskop-2023-perubahan-nama-twitter-menjadi-x-ambisi-elon-musk-405674
  • Bagyaratnam, A. (n.d.). Rebranding Twitter | Kisah Nyata di Balik X. TweetDelete. Retrieved June 23, 2025, from https://tweetdelete.net/id/resources/twitter-rebrand/