Pernahkah Anda menerima pesan seperti “Selamat, Anda menang undian!” atau “Akun Anda terdeteksi mencurigakan, klik tautan ini”? Jika ya, Anda bukan satu-satunya. Pesan-pesan seperti itu merupakan contoh nyata dari penipuan online yang kini semakin sering muncul di layar ponsel kita, baik melalui SMS, WhatsApp, email, maupun pesan langsung di media sosial.

Ironisnya, semakin canggih teknologi komunikasi, semakin halus pula cara penipu beraksi. Penipuan online saat ini tidak hanya menyasar orang tua atau individu yang kurang akrab dengan teknologi, tetapi juga generasi muda yang aktif di ruang digital. Hal ini terjadi karena para pelaku penipuan kini memahami bagaimana berkomunikasi dengan “bahasa kita”, yaitu bahasa yang sopan, profesional, dan terasa akrab. Mereka mampu menyusun pesan yang terlihat sah, bahkan meyakinkan secara visual maupun emosional.

Source: https://rri.co.id/lain-lain/1463618/waspada-modus-penipuan-online-melalui-sosmed

Modus Lama & Teknik Baru

Meskipun jenis penipuannya terasa familiar, tampilan dan pendekatannya kini jauh lebih meyakinkan. Banyak pelaku yang menyamar sebagai kurir paket yang memberi tahu soal pengiriman gagal, pegawai bank yang menawarkan bantuan, atau perekrut kerja dengan tawaran gaji tinggi. Tak jarang, akun mereka menyerupai perusahaan resmi, lengkap dengan logo dan gaya penulisan profesional.

Beberapa modus yang sering digunakan antara lain:

  • Tautan palsu dari layanan pengiriman.
  • Tawaran pekerjaan dengan syarat transfer biaya pelatihan.
  • Skema investasi bodong yang menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat.
  • Toko daring fiktif yang menjual produk viral dengan harga yang terlalu murah untuk dipercaya.

Seluruh taktik ini efektif karena menggunakan teknik komunikasi yang persuasif dan manipulatif. Narasinya dirancang untuk menyentuh rasa percaya, menciptakan urgensi, serta memanfaatkan emosi korban.

 

Mengapa Banyak yang Masih Terjebak?

Hal ini bukan soal cerdas atau tidak. Penipu digital bukanlah orang yang amatir, mereka memahami psikologi manusia. Mereka tahu kapan waktu yang tepat untuk menyerang, bagaimana membuat korban merasa panik, dan bagaimana menciptakan tampilan yang tampak “nyata.”

Bayangkan Anda baru saja mengirim paket, lalu beberapa jam kemudian menerima pesan dari “jasa pengiriman” yang mengatakan paket Anda bermasalah. Karena situasinya terasa masuk akal, Anda langsung mengeklik tautan yang dikirim tanpa berpikir panjang. Dalam hitungan menit, data pribadi Anda bisa dicuri atau saldo rekening Anda bisa hilang.

 

Komunikasi Digital Butuh Kesadaran Baru

Di era digital, literasi digital menjadi sangat penting. Tidak cukup hanya memahami teknologi, tetapi juga harus mampu membaca pesan secara kritis, memahami konteks, dan memverifikasi informasi yang diterima. Kita perlu lebih waspada terhadap pola komunikasi yang mencurigakan, yaitu pesan yang mendesak, menakut-nakuti, atau terdengar terlalu sempurna untuk dipercaya.

Beberapa pertanyaan sederhana yang dapat membantu mencegah risiko penipuan:

  • Apakah informasi ini terdengar masuk akal?
  • Apakah pesan ini bersifat mendesak secara tidak wajar?
  • Sudahkah saya memverifikasi informasi ini ke sumber resmi?

Kita perlu membiasakan diri untuk tidak mudah percaya, terutama jika informasi tersebut meminta data pribadi atau uang.

 

Komunikasi sebagai Alat Edukasi

Di tengah maraknya penipuan digital, kemampuan menyusun pesan yang kuat dan informatif menjadi sangat penting. Individu yang mampu merancang narasi, visual, serta kampanye digital yang komunikatif berperan besar dalam membangun kesadaran masyarakat. Melalui konten yang menarik, mudah dipahami, dan relevan dengan kehidupan sehari-hari, pesan pencegahan dapat tersampaikan secara efektif.

Kampanye edukasi dapat dikemas dalam bentuk video pendek, infografik ringan, cerita visual di media sosial, hingga utas informatif yang membuka wawasan. Semakin besar pemahaman tentang cara menyampaikan pesan yang tepat, semakin besar pula dampaknya dalam mencegah masyarakat menjadi korban berikutnya.

 

Kesimpulan

Penipuan online merupakan tantangan nyata di era komunikasi digital yang semakin maju dan kompleks. Modus yang semakin kreatif dan persuasif memanfaatkan teknik komunikasi yang manipulatif untuk menipu korban. Oleh karena itu, literasi digital dan sikap kritis dalam menerima informasi menjadi sangat penting agar masyarakat tidak mudah terjebak.

Kemampuan dalam merancang konten edukatif yang menarik dan mudah dipahami dapat menjadi senjata ampuh dalam meningkatkan kesadaran publik. Dengan pendekatan komunikasi yang tepat, kita dapat membantu membangun ekosistem digital yang lebih aman, sehat, dan terpercaya bagi semua pengguna.

 

 

Referensi

CNBC Indonesia. (2025, Mei 26). Penipuan WhatsApp dan Email Makin Banyak, Kenali Modus Terbaru 2025. Diakses dari https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250526061403-37-636056/penipuan-whatsapp-dan-email-makin-banyak-kenali-modus-terbaru-2025

Dawatuna: Journal of Communication and Islamic Broadcasting. (2025). Analisis Pola Komunikasi Digital Perbankan Melalui Fitur Instagram Reels dalam Mengedukasi Masyarakat Terkait Isu Keamanan Data Pribadi: Studi Kasus pada Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, dan BTN. Dawatuna, 5(2), 183-196. https://journal-laaroiba.com/ojs/index.php/dawatuna/article/download/6876/5486/42739

Finetiks. (2025, Mei 27). Modus Penipuan Baru yang Wajib Kamu Waspadai 2025. Diakses dari https://www.finetiks.com/blog/modus-penipuan-baru-yang-wajib-kamu-waspadai-2025

Optimaise. (2025, April). Modus Penipuan Online Terbaru di Indonesia (2025). Diakses dari https://www.optimaise.co.id/modus-penipuan-online-terbaru-2025/