Teknik Analisis Framing bagi Mahasiswa Komunikasi dengan Perspektif Teori Konstruksi Realitas Sosial Berger & Luckmann
Media sosial telah menjadi arena utama dalam pembentukan opini publik, di mana berbagai isu sosial, politik, dan budaya diperdebatkan secara luas. Dalam konteks ini, mahasiswa komunikasi perlu memahami bagaimana polarisasi opini terbentuk dan diperkuat oleh cara media membingkai suatu peristiwa atau isu. Salah satu cara untuk menganalisis fenomena ini adalah dengan menggunakan teknik analisis framing yang dikombinasikan dengan perspektif teori konstruksi realitas sosial dari Berger dan Luckmann. Teori ini menekankan bahwa realitas sosial tidak bersifat objektif, melainkan dikonstruksi melalui interaksi sosial, bahasa, dan simbol yang digunakan dalam komunikasi. Dalam media sosial, framing menjadi alat utama dalam membentuk persepsi masyarakat, karena setiap individu cenderung menerima, menafsirkan, dan menyebarkan informasi sesuai dengan kerangka berpikir yang telah mereka internalisasi.
Analisis framing berfokus pada bagaimana media atau individu menyajikan suatu isu dengan cara tertentu sehingga membentuk pola pemahaman tertentu dalam benak audiens. Misalnya, dalam sebuah perdebatan politik di media sosial, suatu kelompok dapat membingkai kebijakan tertentu sebagai langkah progresif menuju perubahan, sementara kelompok lain membingkainya sebagai ancaman terhadap stabilitas sosial. Dengan memahami teori konstruksi realitas sosial Berger dan Luckmann, mahasiswa komunikasi dapat mengidentifikasi bahwa polarisasi opini bukanlah sesuatu yang terjadi secara alami, tetapi merupakan hasil dari konstruksi sosial yang diciptakan melalui bahasa, simbol, dan interaksi yang berulang di ruang digital.
Dengan menerapkan teknik analisis framing, mahasiswa komunikasi dapat mengembangkan keterampilan kritis dalam membaca, mengevaluasi, dan memahami bagaimana wacana di media sosial terbentuk dan mengapa polarisasi sering terjadi. Mereka dapat menganalisis bagaimana media sosial memperkuat bias kognitif, mempercepat penyebaran informasi yang sesuai dengan perspektif tertentu, dan menciptakan efek gema (echo chamber) yang membuat audiens semakin terjebak dalam sudut pandang tertentu. Dengan demikian, mahasiswa komunikasi tidak hanya menjadi pengguna media sosial yang lebih kritis, tetapi juga agen perubahan yang mampu menyajikan perspektif lebih objektif dalam membaca realitas sosial yang dikonstruksi di ruang digital.
Sumber: Burhan Bungin
DAFTAR PUSTAKA
Aningkurniawati, S. N., & Shofiyuddin, H. (2024). Dekonstruksi visual pada sampul Majalah Tempo edisi 13 “Jokowi (Dinasti Tiada Henti)” Analisis semiotika Pierce. Prosiding Konferensi Nasional Mahasiswa Sastra Indonesia (KONASINDO), 1, 596–608.
Irfandi, M. F. R., & Fathan, F. (2022). Representasi fanatisme suporter sepakbola dalam film Setia Bersamamu (Analisis semiotika Roland Barthes). UIN Surakarta.
Ramadhan, A. A., & Prasetyo, D. (2022). Analisis mitos kecantikan pada film Imperfect dengan semiotik Roland Barthes. DIGICOM: Jurnal Komunikasi dan Media, 2(1), 80–92.
Comments :